Peringkat Sesungguhnya

Oleh:

Muhamad Mahfud Muzadi

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” [Al-Hujurât: 13]

Acap kali kita merasa sedih, resah, dan galau ketika peringkat kita di kelas mengalami penurunan. Tak jarang pula orang tua menasehati bahkan memarahi anaknya ketika peringkat anak turun. Padahal sejatinya peringkat di dunia hanya bersifat fana dan sementara, masih terdapat peringkat sesungguhnya yang justru kurang mendapat perhatian dari manusia itu sendiri. Lalu apakah peringkat sesungguhnya itu?

Peringkat manusia yang sesungguhnya adalah peringkat kita di hadapan Allah SWT. Jika merujuk pada firman Allah dalam surah al-Hujurat di atas, sesungguhnya kedudukan manusia di dunia itu sama, yang membedakan adalah tingkat keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Lalu permasalahannya, mengapa kita masih mengejar mati-matian peringkat di dunia, bahkan mengorbankan peringkat kita yang sesungguhnya?

Penyebab utama dari permasalahan ini adalah pesona dunia itu sendiri, yang membuat setiap orang siap menghamba untuk mendapatkannya. Seorang kyai karismatik pernah berkata: “sekarang orang tua lebih khawatir anaknya tidak bekerja daripada anaknya tidak bisa sholat dan mengaji.” Hal ini membuktikan bahwa setiap orang berlomba untuk mendapat peringkatnya di dunia, tanpa mempedulikan peringkatnya di hadapan Allah SWT. Padahal jika hanya masalah rezeki saja, tentu itu sangat mudah bagi Allah untuk memberikannya, karena sejatinya urusan dunia telah Allah cukupkan bagi setiap manusia.

Baca Juga:  Drama Ramadhan & Mualafnya Dunia Pertelevisian

Dunia memang laksana fatamorgana. Terlihat megah, padahal pada hakikatnya lemah. Hal ini bisa dilihat dari asal kata dunia itu sendiri, yang dalam Bahasa Arab berarti hina dan dekat. Hina karena nilainya yang tidak sebanding dengan akhirat, dan dekat karena kedekatannya dengan kampung akhirat. Meskipun demikian, bukan berarti kita harus meninggalkan urusan dunia, justru dunia kita jadikan sebagai ladang untuk akhirat kelak. Kehidupan di dunia kita jalani untuk kehidupan di akhirat kelak, bukan semata-mata mencari kedudukan di dunia saja.

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan kisah salah satu tabi’in yang asing di bumi tapi terkenal di langit, yaitu Uwais al-Qorni. Karena ketaatannya kepada Allah dibarengi dengan rasa cintanya kepada sang Ibunda, seluruh penghuni langit mengenali dirinya. Akan tetapi, banyak sekali penghuni bumi yang tidak mengenalinya bahkan warga Yaman tempat beliau tinggal. Hingga pada saat kematiannya, seluruh warga terkejut karena banyak sekali yang mengurus jenazahnya. Diriwayatkan bahwa orang-orang tersebut adalah malaikat-malaikat Allah yang diutus untuk memuliakan kematian Uwais al-Qorni.

Dari kisah Uwais al-Qorni tersebut, dapat diambil pelajaran bahwa tidak penting ketika kita tidak dikenal oleh penduduk bumi, namun kita perlu khawatir ketika nama kita tidak dikenal oleh langit. Karena sesungguhnya kebahagiaan yang sejati adalah ketika tidak ada hijab antara makhluk dengan sang Khaliq, hingga akhirnya Allah umumkan nama kita kepada seluruh penghuni langit dan tercurah ruah karunia dan kemuliaan Allah kepada kita, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Baca Juga:  Memaknai Qurban Dalam Konteks Hablun Min Allah Dan Hablun Min An-Naas

Sudah saatnya kita bisa membedakan mana peringkat yang sementara, dan mana peringkat yang sesungguhnya, sehingga diharapkan kita tidak merasa galau dan gelisah lagi ketika peringkat atau hasil jerih payah kita di dunia tidak sesuai dengan ekspektasi. Justru yang perlu diperhatikan adalah kita hendaknya senantiasa meningkatkan kualitas ibadah dan selalu meningkatkan keimanan juga ketaqwaan kepada Allah untuk menaikkan peringkat kita yang sesungguhnya.

(Wallahu A’lam Bish-Shawab)

Penulis adalah Santri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Related Posts

Latest Post