Kualitas Pemimpin Bangsa Ditentukan oleh Sikap Kita, Ini Alasannya Menurut Islam

Ilustrasi seorang pemimpin (Ilustrasi AI – Almuhtada.org)

Al Muhtada.org – Keadaan suatu bangsa tergantung dari sikap rakyatnya, simak penjelasan menurut Islam.

Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan arah dan masa depan suatu bangsa. Dalam sejarah peradaban manusia, banyak bukti yang menunjukkan bahwa keberhasilan atau kehancuran suatu bangsa kerap kali berkaitan erat dengan kualitas pemimpinnya. Dalam Islam, pemimpin bukan hanya sosok yang memegang kekuasaan, tetapi juga memiliki tanggung jawab moral dan spiritual terhadap rakyatnya. Namun, tahukah kita bahwa kualitas seorang pemimpin ternyata sangat dipengaruhi oleh kualitas masyarakat yang ia pimpin?

Hal ini bukanlah asumsi semata, melainkan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Salah satunya dapat kita temukan dalam tafsir Surat Al-An’am ayat 129.

وَكَذٰلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّٰلِمِيْنَ بَعْضًا ۢ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَࣖ

Artinya : “Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.”

Berdasarkan tafsir dari “Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an”, menjelaskan bahwa pemimpin suatu bangsa adalah cerminan dari masyarakatnya. Apabila masyarakat tersebut suka berbuat zalim, merusak, dan lalai dalam kebaikan, maka Allah akan mengangkat pemimpin yang juga bersifat demikian. Sebaliknya, jika masyarakat istiqomah dalam kebaikan dan keadilan, Allah pun akan mengangkat pemimpin yang memiliki sifat-sifat yang mulia.

Pemimpin: Cerminan dari Rakyatnya

Dalam tafsir Al-An’am ayat 129, Allah menegaskan bahwa pemimpin tidak terlepas dari kondisi masyarakatnya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kepemimpinan yang adil, bijaksana, atau sebaliknya, tiran dan zalim, sejatinya adalah cerminan dari apa yang ada di dalam hati dan perilaku masyarakatnya.

Baca Juga:  Apakah Kita Sudah Adil? Coba Cermati Konsep dan Perspektif Keadilan dalam Islam!

Pemimpin zalim akan terangkat di tengah masyarakat yang sering kali meremehkan hukum-hukum Allah, melakukan kerusakan di bumi, dan berbuat dosa secara terang-terangan tanpa rasa malu atau takut kepada Allah. Sebagaimana pepatah mengatakan, “sebuah pohon dikenal dari buahnya,” maka masyarakat pun dikenal dari pemimpinnya.

Islam menekankan bahwa kebaikan suatu bangsa dimulai dari setiap individu di dalamnya. Ketika individu-individu dalam suatu masyarakat berpegang teguh pada kebaikan, senantiasa jujur, dan menjalankan amanah sesuai dengan ajaran agama, niscaya Allah akan memberikan pemimpin yang juga memiliki sifat-sifat tersebut.

Pemimpin yang adil dan bijaksana tidak mungkin muncul dari masyarakat yang kerap kali berbuat maksiat, karena seorang pemimpin pada dasarnya dipilih oleh Allah sesuai dengan kondisi bangsa yang dipimpinnya.

Konsekuensi dari Pemimpin Zalim

Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an bahwa jika suatu masyarakat terus menerus melakukan kerusakan, maka azab dalam bentuk kepemimpinan yang zalim bisa menjadi konsekuensinya. Pemimpin seperti ini akan memperburuk keadaan, membawa ketidakadilan, dan semakin menjauhkan masyarakat dari kebaikan. Sebuah hadits juga menyebutkan bahwa “sebagaimana keadaan kalian, demikian pula pemimpin yang akan diangkat atas kalian” (HR. Al-Baihaqi). Maka, pemimpin yang zalim adalah azab yang datang akibat perbuatan masyarakat itu sendiri.

Ketika kita melihat pemimpin yang tidak amanah, korup, dan menindas, penting bagi kita untuk tidak hanya menyalahkan pemimpin tersebut, tetapi juga merenungi kualitas diri dan masyarakat kita. Apakah kita sebagai individu sudah berbuat baik? Apakah kita sudah menegakkan keadilan dalam kehidupan sehari-hari? Atau justru kita ikut dalam arus kerusakan yang akhirnya membawa kita kepada pemimpin yang zalim?

Baca Juga:  Ahmad Ibnu Tulun: Pemimpin Visioner yang Membawa Kemajuan Mesir

Jalan Menuju Pemimpin yang Adil

Sebaliknya, jika masyarakat terus menerus berusaha untuk memperbaiki diri, menghindari perbuatan maksiat, serta senantiasa istiqomah dalam kebaikan, Allah akan mengangkat pemimpin yang memiliki karakter yang baik pula. Ini adalah janji Allah kepada umat-Nya. Ketika kita berusaha menegakkan kebenaran, menegakkan keadilan, dan memperbaiki moral, maka pemimpin yang diangkat pun akan mencerminkan nilai-nilai tersebut.

Kepemimpinan yang adil dan baik adalah salah satu bentuk rahmat Allah bagi suatu bangsa yang taat kepada-Nya. Oleh karena itu, jika kita menginginkan pemimpin yang adil dan bijaksana, langkah pertama yang harus diambil adalah memperbaiki diri kita sendiri sebagai bagian dari masyarakat.

Pemimpin dalam Islam adalah cerminan dari kualitas masyarakatnya. Surat Al-An’am ayat 129 dengan jelas menunjukkan bahwa keadaan pemimpin bergantung pada keadaan rakyatnya. Oleh karena itu, jika kita menginginkan pemimpin yang baik, kita harus mulai dengan memperbaiki diri sendiri dan lingkungan kita. Jangan sampai kita menyalahkan pemimpin atas segala ketidakadilan, sementara kita sendiri ikut dalam arus keburukan. Sesungguhnya, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri. []Raffi Wizdaan Albari

Related Posts

Latest Post