almuhtada.org – Dalam sejarah Islam, tidak sedikit sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikenal karena keberanian di medan perang. Di antara mereka terdapat Nu’aim bin Mas’ud yang menonjol bukan karena kekuatan pedangnya, melainkan karena kecerdasannya dalam strategi dan diplomasi. Ia berasal dari suku Ghatafan di Najd.
Dikisahkan dalam Sirah Nabawiyah karya Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, pertemuan pertama Nu’aim dengan Rasulullah terjadi ketika ia diutus Abu Sufyan ke Madinah untuk menggoyahkan semangat kaum Muslimin. Namun, cahaya hidayah menyentuh hatinya. Di malam yang sunyi, ia menemui Rasulullah dan bersyahadat secara diam-diam, menyatakan keislamannya dengan penuh keyakinan.
Rasulullah SAW kemudian menugaskannya misi penting: melemahkan kekuatan musuh melalui akal, bukan senjata. Dengan pengetahuan mendalam tentang karakter Quraisy, Ghathfan, dan Bani Quraizhah, Nu’aim menyusun siasat licik nan cerdas.
Langkah pertamanya adalah mendatangi Bani Quraizhah, sekutunya di masa Jahiliyah. Ia menasihati mereka agar berhati-hati terhadap Quraisy dan Ghathfan yang bisa saja meninggalkan mereka setelah perang. Kata-kata itu menimbulkan keraguan di hati mereka. Setelah itu, ia menemui Quraisy dan Ghathfan untuk menyebarkan kabar bahwa Bani Quraizhah telah berkhianat. Saling curiga pun tak terelakkan.
Tanpa pedang terhunus, strategi Nu’aim menggoyahkan kekuatan musuh. Pasukan sekutu yang sebelumnya kompak mulai terpecah. Mereka saling menyalahkan dan kehilangan kepercayaan satu sama lain. Ketegangan semakin meningkat hingga akhirnya Allah menurunkan pertolongan berupa angin kencang yang menghancurkan kemah-kemah musuh.
Keesokan harinya, pasukan Quraisy dan Ghathfan mundur dalam keadaan kacau. Madinah terselamatkan, dan kaum Muslimin bersyukur atas kemenangan tanpa pertempuran besar. Rasulullah SAW memuji kecerdikan Nu’aim bin Mas’ud yang dengan strategi halus mampu membalik keadaan.
Kisah Nu’aim mengajarkan bahwa kemenangan tidak selalu diraih dengan kekuatan fisik. Dalam banyak keadaan, kecerdikan, kesabaran, dan keimanan mampu mengubah arah sejarah. Nu’aim bin Mas’ud membuktikan bahwa perang juga bisa dimenangkan oleh akal dan iman.
Wallahu’alam. [Risqie Nur Salsabila Ilman]











