almuhtada.org – Pagi tadi saya mengikuti sebuah seminar. Satu data menarik, yang sejujurnya telah menjadi asumsi selama ini, dimunculkan dalam bentuk numerik berdasar penelitian di pemaparan materi yang membuat saya lebih merenungkannya daripada keseluruhan isi pemaparan.
Data yang dimaksud adalah signifikansi aspek visual dalam artian pembawaan diri sebagai aspek paling penting dibanding dua yang lain yang relevansinya dengan berbicara lebih dekat.
Itu menunjukan bahwasanya kemampuan public speaking justru lebih berpusat kepada kemampuan sosial daripada berbicara sendiri.
Adapun hal tersebut didukung dengan publik dalam public speaking yang menjadi modifier di frasa tersebut dengan makna “berkenaan orang-orang”.
Itu adalah bentuk interaksi sosial, dan ketika berkenaan dengan sosial maka sangat erat kaitannya dengan pengelompokan kelas.
Itu lebih lanjut bagaimana dua aspek selain visual meskipun berdekatan dengan kemampuan berbicara, tetapi juga berkenaan dengan mata uang sosial yang mana menunjukan berada di kelas atau tingkatan seseorang.
Misalkan aspek verbal antara lain logis, koheren, variasi diksi dapat mengelompokkan orang sebagai intelektual yang mana membuat audiens merasa yang berbicara ini lebih pintar atau lebih berkemampuan.
Sayangnya signifikansi dari aspek ini hanya 7% sebagaimana untuk mengetahui nilai substansi topik yang dibawakan kita harus paham terlebih dahulu topiknya.
Kemudian aspek tone mengenai intonasi, nada, tempo, dan volume misalnya mempengaruhi penilaian pendengar terhadap tingkat pemahaman pembicara terhadap materi yang disampaikan.
Jadi dengan penguasaan diri yang bagus dalam penyampaian seseorang sudah cukup dibilang berkemampuan dalam apa yang dibicarakannya.
Itulah yang menjadikan public speaking penting sebagaimana itu kegiatan bersosial, yang mana artinya di sini tidak hanya berdiri di depan podium membawakan naskah atau memberikan sambutan secara impromptu.
Karena toh setiap individu ini adalah bagian sosial yang pastinya akan terkena oleh kegiatan bersosial. Jadi, daripada dikira tidak berkemampuan, lebih baik mampu melakukan public speaking.
Namun, tentu alangkah baiknya ketika baik dalam ber-public speaking, juga harus benar.
Sifat benar ini dapat didapatkan dalam 7% yang tidak seberapa daripada kedua aspek lainnya, tetapi justru yang memastikan kualitas substansi yang dibicarakan.[]Muhammad Irbad Syariyah











