almuhtada.org – Menurut saya, Adolf Hitler adalah salah satu contoh nyata bagaimana leadership bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memiliki karisma yang luar biasa. Kemampuannya berpidato membuat rakyat Jerman yang terpuruk setelah Perang Dunia I merasa kembali memiliki harapan. Dengan retorika penuh emosi, ia berhasil meyakinkan banyak orang bahwa Jerman mampu bangkit. Propaganda yang ia gunakan pun efektif membentuk citra dirinya sebagai simbol persatuan dan kekuatan bangsa.
Namun, saya berpendapat bahwa kepemimpinan Hitler adalah contoh ekstrem dari gaya kepemimpinan yang totaliter. Semua keputusan penting dipusatkan pada dirinya, sementara kritik dan oposisi diberangus dengan kekerasan. Ia memang mampu menciptakan kedisiplinan, bahkan membawa perbaikan ekonomi dan militer Jerman, tetapi semua itu dibangun di atas ideologi rasis dan penuh kebencian.
Bagi saya, dampak kepemimpinan Hitler sangat jelas: Perang Dunia II dan tragedi Holocaust yang menewaskan jutaan orang menjadi bukti bahwa kepemimpinan tanpa moral dan kemanusiaan hanya akan membawa kehancuran. Dari kasus ini, kita bisa belajar bahwa leadership sejati bukan hanya tentang karisma atau kemampuan menggerakkan massa, tetapi juga tentang arah, etika, dan tanggung jawab terhadap sesama manusia.
Karena itu, saya meyakini bahwa setiap pemimpin modern harus menjadikan sejarah ini sebagai pelajaran penting. Kepemimpinan tidak boleh hanya berorientasi pada kekuasaan dan kejayaan sesaat, tetapi harus menekankan nilai kemanusiaan, keadilan, dan kesejahteraan bersama. Tanpa itu semua, kepemimpinan hanya akan mengulang kesalahan yang sama seperti yang pernah terjadi di masa lalu.[]SYUKRON YULI YANTO