almuhtada.org – Dalam Islam, niat adalah pondasi dari segala aktivitas seorang muslim. Niat yang menjadi tolak ukur apakah suatu ibadah diterima atau tidak. Niat pula yang menjadi perantara amal ibadah dilipat gandakan. Oleh karenanya, niat sangat penting dalam segala urusan. Akan tetapi sering terlupakan oleh banyak orang.
Ada aktivitas rutin yang awalnya tidak bernilai ibadah menjadi bernilai ibadah sebab baiknya niat. Sebaliknya, ada aktivitas yang bernilai ibadah akan tetapi menjadi amalan yang sia-sia sebab buruknya niat. Rasulullah SAW. bersabda,
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ آمْرِئٍ مَا نَوَي
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niat. Dan sesungguhnya setiap orang (akan mendapatkan balasan dari) apa yang diniatkannya.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain juga disebutkan,
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: ‘niatnya seorang mukmin lebih baik daripada amalnya.” (HR Imam Tabrani).
Hadits tersebut menjelaskan bahwasanya niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya itu sendiri, karena niat adalah amalan hati, dan hati adalah anggota badan yang paling mulia. Suatu niat yang bagus bisa bermanfaat dan bernilai ibadah walaupun tidak dibarengi dengan amal setelah berniat. Sedangkan suatu amal bisa bermanfaat apabila didalamnya terdapat sebuah niat yang bagus. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah,
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا الله عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: ‘setiap orang yang berniat satu kebagusan, lalu dia tidak mengamalkan (niatnya tersebut), Allah menulis satu kebagusan sempurna di sisi-Nya.” (HR Imam Bukhari dan Muslim).
Ada juga kalam Ibnul Haj tentang pentingnya niat sebagai berikut,
“Manusia paling agung derajatnya dan paling banyak kebaikan dan barakah diamnya, yaitu mereka yang setiap gerak dan diamnya selalu bersama niatnya. Dengan pengertian ini, tampak perbedaan antara kita dan para ulama salaf—semoga Allah meridhai mereka semua.”
Oleh karenanya, marilah kita merefleksi diri, sudahkah kita mengawali suatu aktivitas dengan niat yang baik? Jangan-jangan selama ini, kita melakukan sesuatu dengan sia-sia dan tidak bernilai ibadah.
Mari ubah kebiasaan kita. Kebiasaan yang awalnya tidak pernah mengawali sesuatu dengan niat, kini kita mulai dengan menanamkan niat baik dalam setiap langkah. Mulai dari aktivitas sehari-hari, misalnya mandi dengan niat agar ibadah dan aktivitas lainnya menjadi lebih semangat. Makan dengan niat agar lebih kuat dalam beribadah dan beraktivitas. Belajar dengan niat mencari ridha Allah dan enghilangkan kebodohan.
Jangan lupa, niat hanya berlaku untuk mengawali suatu perkara yang dibolehkan syariat. Untuk ativitas yang bertentangan dengan syariat, niat tidak berlaku. Tidak ada ruang untuk masuk. Artinya bahwa aktivitas tersebut tidak akan berubah menjadi baik walaupun didalamnya ada niat yang baik, misalnya mencuri. [] Nihayatur Rif’ah