Pentingkah Salat Gerhana Matahari? Bagaimana Sejarahnya Hingga Shalat Ini di Hukumi Sunnah Muakkad

ilustrasi bulan nisfu sya'ban (Pixabay.com)

almuhtada.org – Dalam beberapa tahun sekali posisi matahari, bulan dan bumi di angkasa akan sejajar dan menciptakan gerhana matahari atau juga gerhana bulan, dalam islam fenomena ini akan diabadikan dengan shalat gerhana.

 

Dari Abu Bakrah ra. Berkata, “Kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat gerhana, lalu beliau berdiri hingga terbit matahari dan berkata, ‘Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda Allah. Tidak ada kematian dan tidak ada kebangkitan sampai dua tanda ini berlalu. Jika kalian melihat keduanya, maka berdirilah lakukanlah shalat.”

(HR. Al-Bukhari no. 1040 dan Muslim no. 763).

 

Seperti yang disebutkan dalam hadits tersebut Rasulullah bersabda bahwa Matahari dan bulan merupakan tanda dari Allah SWT, dan ketika tanda itu bersatu (membentuk gerhana) Rasulullah menganjurkan kita untuk melaksanakan shalat.

Baca Juga:  Hati-Hati Tipu Daya Zona Nyaman, Sebab Hati Sulit Tawakkal

Gerhana pertama zaman Rasulullah terjadi saat wafat putra beliau yang bernama Ibrahim. Pada saat itu para kaum muslimin pun langsung beranggapan bahwa gerhana matahari merupakan sebuah tanda duka dari Rasulullah, mendengar hal itu Rasulullah pun menolak membenarkan karena wafatnya putra beliau tidak ada sangkut pautnya dengan gerhana matahari tersebut.

 

Untuk menghindari anggapan tersebut Rasulullah akhirnya menyuruh umatnya untuk melaksanakan shalat gerhana untuk mengagumi Allah SWT atas penciptaan matahari dan bulan.

Kisah tersebut terabadikan dalam hadits berikut :

أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

 

Artinya: “Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah sholat, dan bersedekahlah,” (HR Bukhari).

Baca Juga:  Adab Berteman dalam Islam: Sebuah Kajian dari Kitab Adabu Fiddin

Jadi begitulah sejarah bagaimana gerhana matahari dan bulan di Hukumi Sunnah Muakkad, semoga dengan kisah ini kita semua dapat lebih bersemangat dalam mengamalkan Sunnah untuk mengagumi Allah SWT atas ciptaan nya.[] Dani Hasan Ahmad

 

Related Posts

Latest Post