almuhtada.org – Saat melihat orang lain lebih cepat sukses, lebih besar pendapatannya, atau lebih dulu berhasil, hati kecil kita sering berbisik: “Kenapa bukan aku?”
Dalam dunia ekonomi hari ini, kita hidup di tengah kompetisi dan perbandingan. Tapi Islam mengajarkan cara pandang yang menenangkan: rezeki tak akan salah alamat.
Allah telah menetapkan rezeki setiap makhluk bahkan sejak dalam kandungan. Dalam surah Hud ayat 6, Allah berfirman:
“Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”
Konsep ini menanamkan ketenangan. Bahwa berusaha itu wajib, namun hasil adalah hak Allah. Maka tak perlu iri saat orang lain lebih dahulu berhasil. Karena rezeki tak bisa tertukar, dan tak akan tertahan jika sudah waktunya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya jiwa tidak akan mati sampai rezekinya disempurnakan oleh Allah.” (HR. Ibn Hibban)
Kita diajarkan untuk fokus pada usaha terbaik dan niat lurus. Menjaga etika dalam bisnis, tidak curang, tidak menipu, dan tidak saling menjatuhkan. Karena yang kita cari bukan hanya uang, tetapi keberkahan dalam rezeki.
Ada yang mungkin penghasilannya sedikit, tapi cukup dan hatinya tenang. Ada pula yang besar, namun tak pernah merasa cukup. Maka, keberkahan adalah nilai tertinggi dari rezeki, bukan hanya jumlahnya.
Jangan takut rezeki orang lain akan mengurangi milikmu. Dalam Islam, yang ditakdirkan untukmu pasti akan datang, selama engkau berjalan di jalan yang benar. Rezeki itu soal kepercayaan kepada Allah dan ketenangan hati dalam menjalani proses. [] Sahaki