almuhtada.org- Setiap tahun, seluruh umat islam di dunia yang terdiri dari miliyaran manusia merayakan hari Raya Idul Adha. Berjuta hewan sapi, kambing, maupun domba disembelih. Masjid dan lapangan yang dipenuhi oleh manusia dan para hewan kurban. Suara takbir menggema dari tiap masjid dan mushola, bersahut-sahutan menggetarkan hati.
Tetapi sebenarnya kita sedang merayakan apa sih?
Tidak mungkin kita hanya sekadar ikut-ikutan saja, merasa fomo dengan teman yang lain. Dari sekian banyak alasan merayakan Idul Adha, setidaknya ada satu alasan yang harus kita pahami, bahwa: Idul Adha bukan sekadar hari raya. Ini adalah hari “wisuda iman” seorang hamba yang luar biasa.
Hari ini adalah hari kita mengulang pelajaran, Allah ingin kita mengingat setiap tahunnya, akan seorang hamba yang mengajari kita tentang bagaimana cara mencintai Allah.
وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًاۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ ١٢٤wa
Artinya : (Ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “(Aku mohon juga) dari sebagian keturunanku.” Allah berfirman, “(Doamu Aku kabulkan, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” (QS. AL-Baqarah ; 124)
Nabi Ibrahim AS menghadapi ujian demi ujian. Sejak waktu muda Nabi Ibrahim AS harus berdiri sendirian menentang sistem masyarakat yang rusak. Ia menolak budaya penyembahan berhala yang dijunjung tinggi, bahkan harus berbeda dengan ayahnya sendiri.
Nabi Ibrahim AS bisa saja memilih aman dengan mengikuti mayoritas mereka, berpakaian yang sama, berbicara yang sama, menyembah sesembahan yang sama, sampai mengikuti trend yang ada di Masyarakat sana.Tetapi beliau tidak melakukan hal tersebut, karena bagi Ibrahim kebenaran lebih layak di ikuti dari pada trend sesaat.
Yang kita rayakan hari ini, salah satunya adalah keberanian Nabi Ibrahim AS untuk berdiri sendirian. Keberanian untuk mencintai Allah, meskipun itu berarti harus meninggalkan semua yang dicintai. Keteguhan untuk taat, meskipun itu harus mengorbankan sesuatu yang sangat berharga, seperti sang anak yang sangat dicintai, Ismail AS.
Idul Adha bukan hanya perayaan makan-makan daging saja, atau berkumpul-kumpul keluarga. Idul Adha hadir setiap tahun, untuk mengingatkan kita bahwa iman bukan sekadar teori. Ia harus diperjuangkan, diuji, bahkan kadang dilukai.
Maka kalau kamu hari ini merasa sendirian karena memilih jalan Allah, merasa berat karena mempertahankan iman di tengah arus yang salah, merasa aneh karena nggak ikut-ikutan trend. Mungkin kamu sedang mewarisi satu hal paling mulia, yaitu langkah Nabi Ibrahim AS. Dan itulah alasan kenapa hari ini layak dirayakan. Bukan karena pesta, tapi karena perjuangan. Bukan karena kemeriahan, tapi karena keteladanan. [Shokifatus Salamah]