Musibah Hidup Manusia: Sepucuk Surat Cinta Ilahi untuk Menguatkan Hati dan juga Jiwa yang menguji Keimanan, Simak Penjelasan Selengkapnya!

Potret seorang hamba yang tengah bersujud disertai hujan deras, di bawah cahaya rembulan yang menyinarinya dengan penuh kelembutan. Dimana setiap tetesan air hujan membawa pesan kasih sayang dan cinta dari Allah SWT., meski tubuhnya basah kuyup dan kedinginan. (Dokumen Pribadi -ALMUHTADA.ORG)

almuhtada.org – Ada kalanya langit berubah dari cerah menjadi mendung, bukan karena murka, akan tetapi karena cinta dan juga rahmat Allah SWT. yang sedang menyapa kepada para hamba-Nya. Kemudian tidak semua luka berarti sebuah kenestapaan, bisa jadi itu merupakan salah satu cara Allah SWT. merangkul jiwa-jiwa yang rindu kepadanya.

Musibah sejatinya merupakan tamu yang tidak kita undang yang datang tanpa ada aba-aba. Akan tetapi justru karena musibah datang tanpa kita minta, ia membawa pelajaran yang membuka tabir hikmah yang selama ini mungkin tersembunyi. Sebab di balik luka yang kadang tidak kita minta kedatangannya, seringkali tersimpan cinta dan rahmat Allah SWT.

Seperti halnya surat cinta yang ditulis oleh seorang sastrawan tingkat tinggi dalam bahasa yang tidak semua orang mampu untuk memahaminya, maka begitu pun dengan musibah merupakan pesan cinta dan rahmat dari Allah SWT. yang hanya bisa dibaca oleh hati yang hidup dan mengharap cinta-Nya.

Baca Juga:  Al-Qur’an Menjawab: Kamu Sering Mengantuk Setelah Makan? Ternyata Ini Alasannya

Sebagaimana Allah SWT. berfirman didalam Quran Surat Al-Baqarah ayat ke-155 sampai 156 yang artinya;

“Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”

“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’”

Ayat diatas merupakan sapaan dan juga pelukan lembut dari Allah SWT. kepada para hamba-Nya. Ujian yang disebutkan dalam ayat 155 bukanlah sembarang ujian. Dimana kita diuji hingga sampai menyentuh ke titik paling rendah dalam kehidupan kita yaitu dengan perasaan takut, kemudian rasa lapar, kehilangan harta benda yang kita miliki dan juga kehilangan orang yang kita sayangi dan kita cintai, hingga sampai hilangnya hasil jerih payah yang telah kita lakukan selama ini.

Namun coba kita telisik dan paham secara mendalam bagaimana Allah SWT. membungkus ujian tersebut dengan sebuah harapan yaitu “Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” Isyarat tersebut menjelaskan kepada kita semua bahwasanya di balik gelapnya rasa duka yang kita alami ketika kita ditimpa ujian maka ada sebuah cahaya yang menanti bagi hamba yang tidak pernah patah harapan dan putus asa saat diterpa badai yang melanda.

Coba kita perhatikan pula respons terbaik yang Allah SWT. ajarkan kepada kita semua saat musibah datang menghampiri kita dengan mengucap kalimat: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Kalimat tersebut bukan hanya sekedar pelipur lara semata, melainkan sebuah pengingat sejati, bahwasanya semua hanya milik Allah SWT. dan semua hanya akan kembali pada-Nya.

Supaya kita lebih memahami, maka musibah diibaratkan seperti kobaran api sangat panas yang meleburkan sebuah logam di dalam tungku dapur besi. Semakin besi dipanaskan, maka semakin murni dan juga kuatlah hasilnya nanti. Begitupun dengan Jiwa manusia yang lapang dibentuk dari panasnya ujian yang datang menghampirinya. Apabila kita mudah retak saat mendapatkan sebuah ujian berupa musibah, maka mungkin bisa jadi kita belum siap memanggul sebuah kemuliaan di sisi Allah SWT.

Contoh sederhana lain yaitu bayangkan seorang ibu yang sedang memasak nasi di atas sebuah tungku. Api yang digunakan untuk membakar panci kemudian airnya mendidih, dan dimana beras melewati perubahan yang tadinya keras menjadi lembut melalui proses pemasakan menggunakan api yang menyakitkan. Akan tetapi hasilnya apa?, Nasi berubah yang lunak, kemudian mengenyangkan, dan juga memberi kehidupan. Nah, begitulah dengan jiwa kita, maka dibentuk dalam panasnya takdir, agar bisa menghidupi kehidupan yang bermanfaat.

Sekarang kita di zaman yang serba digital ini, pastinya musibah mempunyai wajah yang baru. Bukan lagi sekedar kehilangan harta benda saja, akan tetapi juga kehilangan arah hidup di dunia. Kemudian bukan hanya sekedar kematian orang terdekat yang kita sayangi dan cintai saja, akan tetapi juga hilangnya motivasi dan juga semangat dalam menjalani hidup di dunia ini.

Saat ini seringkali, tekanan hidup tak selalu datang dari kehidupan dunia nyata saja, akan tetapi juga dari dunia maya yang bisa saja lebih kejam. Karena sejatinya hakikatnya tetap sama saja yaitu ujian merupakan gerbang pintu masuk menuju kematangan jiwa yang.

Sejatinya Allah SWT. menguji manusia, bukan hanya karena benci semata, melainkan karena Allah SWT. rindu kita sebagai hamba-Nya pulang. Intinya setiap patah hati yang kita rasakan dan setiap air mata yang jatuh diam-diam di atas sajadah merupakan sebuah hal yang sia-sia dan menjadikan hati kita lebih kuat dalam memaknai cinta sejati-Nya.

Karena musibah bukan akhir dari segalanya, melainkan sebagai jembatan. Musibah juga bukan kutukan, melainkan sebuah ujian. Perlu kita ketahui bersama bahwa dunia ini bukan tempat untuk menetap disini selamanya, akan tetapi sebagai tempat melatih jiwa kita agar layak menetap di surga kelak. Maka kita harus senantiasa bersyukur dalam setiap nikmat dan juga senantiasa bersabar dalam setiap musibah itulah sang pemenang sejati.

Oleh karena itu, rasa syukur dan juga rasa sabar merupakan dua dayung yang harus kita kayuh secara bersamaan. Bila kita menggunakan satu gerakan dayung saja, maka perahu kita pasti akan berputar-putar ditempat dan dalam lingkaran derita. Tapi apabila kedua dayungnya kita gerakkan secara bersama-sama, maka insyaAllah kita akan sampai kepada dermaga ridha-Nya, Aamiin. Semoga Bermanfaat. [] Alfian Hidayat

 

 

Related Posts

Latest Post