Keutamaan dan Ibadah di Bulan Dzulqadah

Keutamaan Bulan Dzulqadah (Sumber: freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Menjelang pertengahan tahun dalam kalender Hijriah, umat Islam memasuki salah satu bulan yang sangat dimuliakan, yaitu bulan Dzulqadah. Tak hanya menjadi penanda mendekatnya musim haji, Dzulqadah juga dikenal sebagai bagian dari asyhur al-hurum, atau empat bulan suci yang dimuliakan Allah SWT dan disebutkan secara eksplisit dalam Alquran dan hadits Nabi Muhammad SAW.

Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Habib Nabiel Almusawa, mengingatkan pentingnya memperlakukan bulan ini sebagai waktu yang penuh keberkahan dan kesucian.

Pernyataannya dikutip dari MUIDigital yang menerangkan bahwa Dzulqadah termasuk dalam bulan-bulan haram yang ditetapkan oleh Allah sebagai momen khusus untuk memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi segala bentuk kezaliman.

Baca Juga:  Kapan Terakhir Kali Kita Berdzikir?

“Bulan Dzulqadah termasuk satu di antara empat bulan haram yang diharamkan (disucikan) oleh Allah. Ini disebutkan dalam Alquran, tepatnya di Surah At-Taubah ayat 36,” jelas Habib Nabiel kepada tim MUIDigital pada Kamis (1/4/2025).

Surah At-Taubah ayat 36 menyatakan secara tegas bahwa dari dua belas bulan dalam setahun, terdapat empat bulan yang dimuliakan. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” (QS At-Taubah: 36)

Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim juga memperjelas identitas keempat bulan suci tersebut:

Baca Juga:  Memaafkan Orang Lain Itu Susah? Tapi Inilah Plot Twist Nya!!

“Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab yang biasa diagungkan Bani Mudlar yaitu antara Jumadil Tsani dan Syaban.” (HR Bukhari)

Habib Nabiel menekankan bahwa momentum bulan haram seperti Dzulqadah harus digunakan umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak amal saleh, salah satunya dengan berpuasa. Ia merujuk pada hadits yang diriwayatkan Imam Abu Dawud dan Al-Baihaqi, di mana Rasulullah SAW menasihati seorang sahabat bernama Al-Bahili tentang puasa:

“Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Nabi Daud: sehari berpuasa, sehari tidak. Berpuasalah di bulan-bulan haram, kemudian berhentilah.” (HR Abu Dawud dan Al-Baihaqi)

Baca Juga:  Lepaskan yang Bukan Milikmu

“Di bulan haram itu, jangan kita zalim terhadap diri sendiri, yaitu bermaksiat kepada Allah,” ujar Habib Nabiel, menegaskan bahwa larangan berbuat zalim bukan hanya soal tindakan kepada sesama, tetapi juga termasuk kemaksiatan terhadap Allah SWT.

Ia juga menyampaikan bahwa selain puasa, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah lainnya seperti salat sunnah, bersedekah, dan menjauhi dosa serta perbuatan maksiat.

Imam Nawawi dalam karya besarnya, Al-Majmu’, turut menekankan bahwa memperbanyak amal ibadah di bulan-bulan haram, seperti puasa dan salat sunnah, adalah anjuran yang sangat utama dan berpahala besar.

Di akhir penjelasannya, Habib Nabiel mengingatkan bahwa penghormatan terhadap bulan Dzulqadah bukanlah tradisi turun-temurun atau budaya lokal, melainkan murni perintah agama yang bersumber dari Alquran dan hadits-hadits sahih. [Risqie Nur Salsabila]

Editor: Syukron Ma’mun

Related Posts

Latest Post