Mengatur Suara di Ruang Bergema

Ilustrasi Gelombang Suara yang Merambat. (freepik.com – almuhtada.org)

almuhtada.org – Suara merupakan produksi organ internal manusia, tetapi bagaimana hasil yang keluar juga bergantung rambatan yang dijadikannya sebagai media meluas.

Hal ini sama krusialnya dengan rambatan getar dalam produksi suara.

Suatu ‘lakon’, seorang ‘pemeran’ tidak hanya menyesuaikan diri dengan karakterisasi tokoh yang dilakoninya.

Memang betul, misalnya ketika seseorang berlakon menjadi seorang tua yang sudah kakek-kakek, pasti perlu dialek atau bahkan aksen khas yang dimunculkan untuk mengelabui, supaya realitas yang ingin disampaikan tersampaikan.

Dalam penyampaiannya itu, meski sudah dikemas sedemikian rupa, keadaan sekitar bisa mereduksi ‘suara’ sehingga penampilannya tidak timbul sesuai dengan yang diharapkan.

Hal itu dapat dilihat kebenarannya di dalam pementasan drama di mana para aktor yang memainkan suatu lakon menggunakan metode proyeksi suara yang berbeda bergantung lokasi lakon tersebut berlangsung.

‘Kejelasan akustik’ suatu ruangan berpengaruh sebagaimana ketika suatu ruang memiliki gema, rentang nada yang bisa dilakukan seorang pemeran dalam ruang tersebut menyempit.

Jadi, ketika suatu lakon dilakukan dalam ‘ruang bergema’, yang mana jika terjadi maka karena keterbatasan yang ada (tentu orang waras manapun tidak mungkin tidak memanfaatkan yang proper), diperlukannya usaha ekstra supaya tersampaikan dengan benar.

Dalam kondisi demikian, lakon harus menyesuaikan proyeksi, menata rentang nada, dan mengendalikan artikulasi supaya karakterisasinya tidak terpecah oleh ruang yang tidak bersahabat.

Baca Juga:  Suami Tidak Mau Datang ke Cerai Gugat Istri, Apakah Masih Bisa Cerai?

Untuk melakukan itu dengan jelas, seorang lakon akan memfokuskan resonansi produksi suaranya di area muka.

‘Resonansi ke mask area’ mampu menghasilkan bernada tinggi yang lebih resisten terhadap gema di mana semakin rendah nada suatu suara semakin mudah ia pecah dalam ruang gema (nada rendah itu didapat dari produksi suara yang berfokus ke dada, bukan pernafasannya, tetapi resonansinya).

Sehingga ketika itu, suara yang dihasilkan menjadi stand out dalam reverberasi ruangan yang banyak menetralkan suara-suara menjadi dengungan gema. []Muhammad Irbad Syariyah

Related Posts

Latest Post