almuhtada.org – Manusia sering kali lebih bisa mengenal orang lain daripada mengenal dirinya sendiri. Mudah untuk menilai sifat, kebaikan, keburukan orang lain dari pada menganalisis kebenaran atas perbuatannya.
Menilai perilaku orang lain memang lebih sederhana ketimbang menilai perilaku diri sendiri, karena menilai diri sendiri membutuhkan kejujuran dan keberanian untuk mengakui kekurangan. Pada dasarnya, kita pasti memiliki rasa sayang terhadap diri sendiri, sehingga penilaian pada diri sendiri kerap kali bias.
Kesulitan mengenal diri inilah yang sering dijadikan topik dalam kegiatan seminar, diskusi, video edukatif dan lain sebagainya. Pembicara topik ini lebih sering mengaitkan penilaian terhadap diri ke arah yang objeknya duniawi, seperti cara mengenal diri untuk menjaga kesehatan mental, cara mengenal diri untuk men-upgrade diri di masyarakat, dan contoh-contoh lain yang bisa kita cari di media sosial.
Padahal ada hal penting tentang mengenal diri yang wajib kita pahami dan implementasikan sebagai manusia. Hal itu adalah mengenal bahwasanya diri kita diciptakan oleh Allah, yang ditugaskan ke dunia sebagai khalifah dan hamba yang takwa dan beribadah kepada Allah.
Tidak salah ketika pengertian mengenal diri ini dikaitkan dengan hal duniawi, tetapi sebelum itu perlu diutamakan mengenal diri untuk mendekatkan diri kepada Allah. Melalui jasmani, akal dan hati terdapat langkah awal kita mengenal diri agar lebih dekat dengan Allah dengan cara mengaitkan 4 hal ini.
-
Tafakur
Tafakur artinya merenung, memikirkan secara mendalam, atau menggunakan akal untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah. Seperti pada QS. Ali- Imran ayat 190-191 yang berbunyi:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَـٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَـٰطِلًۭا سُبْحَـٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Artinya:” 190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal.
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring serta merenungkan (bertafakur) tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata,
“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari azab neraka.”
Tafakur ini bisa menjadi jalan kita mengenal bahwasanya diri ini adalah ciptaan Allah yang Maha Besar.
-
Zikir dan Doa
Zikir mengantarkan kita untuk mengingat Allah, sehingga menyadari bahwa setiap nikmat datangnya dari Allah. Sementara doa menyadarkan bahwa diri ini bukanlah makhluk yang bisa tanpa penjagaan dari Allah SWT. Dari sinilah kita lebih peka terhadap makna hidup dan tujuan keberadaan kita di bumi.
-
Muhasabah
Muhasabah artinya merenungkan dan menilai perbuatan diri sendiri sebelum nanti diperhitungkan di hari kiamat. Muhasabah ini membawa kita untuk menyadari kesalahan dan dosa yang pernah kita buat agar kita bisa bertobat dan memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat juga dengan Allah.
-
Mempelajari Al-Quran
Al-Quran menjadi sumber utama untuk memahami hakikat manusia. Dalam artian ketika kita mempelajari Al-Quran baik bacaan maupun isinya, maka kita bisa lebih tahu mengenai hakikat kita hidup sebagai manusia. Banyak pelajaran yang menarik yang bisa kita ambil dalam Al-Quran, bahkan setiap ayatnya mengandung petunjuk tentang bagaimana kita seharusnya menjalani kehidupan sebagai manusia.
Penjelasan di atas mengajarkan kita bahwa mengenal diri bukan sekedar memahami kepribadian, emosi, atau potensi diri kita, tetapi juga mengenal bahwasanya diri kita merupakan hamba Allah yang ditugaskan untuk taat kepadanya. Melalui tafakur, zikir dan doa, muhasabah, serta mempelajari Al- Quran diharapkan kita mampu memahami betapa lemahnya manusia tanpa kebesaran pertolongan Allah, sekaligus betapa mulianya manusia ketika mampu menjalankan hakikat manusia sesuai Al- Quran. [Nathasya Putri Ratu]
