Stop Membiasakan Berbicara Kasar dalam Bahasa Apapun!

Ilustrasi orang yang sedang marah (Pinterest.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Saat ini kata-kata kasar seperti “anj*r”, “anj*y”, “shib*l” dan lain semacamnya dianggap hal yang sudah biasa dalam kehidupan sosial. Dimanapun kapanpun, kata-kata kasar ini selalu muncul sebagai imbuhan yang biasanya digunakan agar terkesan keren dan bergaya.

Mirisnya, kebiasaan ini menular dari anak muda hingga anak-anak. Mereka meniru karena menganggapnya lucu atau keren, padahal tanpa disadari sedang menormalisasi kebiasaan yang merusak.

Ada banyak sekali macam kata kotor yang digunakan dalam kehidupan sosial, dari berbagai plesetan kata “anj*ng” agar terdengar lebih halus hingga ungkapan dalam bahasa korea seperti “sh*bal” yang maknanya sangat jelek, semuanya sudah jadi bahan candaan. Walau kadang diucapkan dengan nada bercanda, makna asalnya tetap buruk. Atau sekadar menambah bumbu percakapan? Tidak sesederhana itu, karena setiap kata membawa pengaruh.

Mengapa Banyak yang Suka Bicara Kasar?

Ada beberapa faktor yang mendorong kebiasaan ini diantaranya adalah lingkungan pergaulan. Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian seseorang, mulai dari perilaku hingga perkataan. Lingkungan pergaulan dan konten media sosial yang sering memunculkan kata-kata kasar akan berdampak besar bagi keseharian seseorang.

Faktor lain yang menyebabkan seseorang berkata kasar adalah sebagai pelampiasan emosi. Saat marah atau stres, kata kasar jadi jalan pintas untuk meluapkan perasaan. Selain kedua faktor tersebut, ada banyak orang pula yang berkata kasar karena menganggap bahwa berkata kasar terlihat lucu, ekspresif, bahkan gaul.

Baca Juga:  Ikhlas Menerima Takdir Allah: Kunci Ketenangan Hati

Ada sebuah penelitian yang menyebut bahwa memaki dapat membantu menyalurkan emosi dan mengurangi rasa sakit. Namun, manfaat ini bukan pembenaran untuk menormalisasi kata keji. Ibaratnya adalah seperti makan junk food, bisa memuaskan sesaat, tapi dampaknya buruk jika jadi kebiasaan.

Kewajiban Sebagai Muslim

Dalam prespektif islam, berkata kasar atau buruk termasuk hal yang dibenci oleh Allah. Allah katakan secara jelas pada ayat pertama juz 6, yaitu surat An-Nisa ayat 148:

“Allah tidak menyukai ucapan buruk yang diucapkan dengan terus terang, kecuali oleh orang yang dizalimi.” (QS. An-Nisa:148)

Ayat ini menunjukan bahwa Allah tidak menyukai perkataan buruk yang diucapkan secara jelas. Dalil pun diperkuat dengan hadits nabi yang berbunyi:

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dua dalil ini cukup tegas bahwa ucapan keji bukan karakter seorang muslim. Kewajiban kita adalah menjaga lisan kita, ketika tidak bisa menjaga maka lebih baik diam.

Dampak Negatif Bicara Kasar

Dampak negatif dari berbicara kasar ada banyak macamnya dan dari berbagai sudut pandang, diantaranya: dari sisi agama adalah hal yang dilarang dan mengurangi pahala.

Dari sisi personal yaitu dapat menurunkan martabat dan menampilkan citra diri tidak berakhlak mulia atau bahkan disebut tidak berpendidikan, karena orang yang benar-benar berilmu maka akhklaknya juga mulia.

Baca Juga:  Fakta Mengenai Tidur yang Perlu Kita Ketahui

Dan yang terakhir dari sisi pendengar yaitu dapat melukai perasaan, memicu stres, bahkan memengaruhi perkembangan psikologis anak-anak yang meniru kata-kata itu.

Ayo Hentikan Kebiasaan Buruk Ini!

Saat emosi meluap, pilihlah kata yang baik atau diam sejenak. Jika lingkungan sekitar terbiasa berkata kasar, justru inilah saatnya kita memulai perubahan. Ingat, perubahan tidak akan datang kalau bukan kita yang memulainya. Menjaga lisan bukan hanya demi orang lain, tetapi juga bentuk ketaatan kepada Allah dan RasulNya. Wallahu a’lam bisshowab [Pranita Wulan Andini]

Related Posts

Latest Post