Dunia adalah Amanah Bukan Tujuan Akhir

Langkah kecil menuju cahaya yang cerah (freepik.com-almuhtada.org)

almuhtada.org – Tahukah kamu, dalam Surah At Takwir ayat 26, Allah Swt menekankan pentingnya manusia mengetahui tujuan hidup di dunia?

Sedangkan, dalam Kamus Ma’ani, kata dunia mempunyai beberapa arti, yaitu; tempat berbagai cobaan (al-Dunya), tempat sebelum kematian (plural dari Dana), kehidupan hari ini (hayah hadirah).

Al-Ghazali menerangkan bahwa dunia ibarat kampung bagi mereka yang tidak memiliki kampung, serta menjadi harta bagi orang yang tidak mempunyai harta.

Sementara itu, Hammudah Abdalati menegaskan bahwa dunia adalah ciptaan Allah yang dijaga-Nya dengan tujuan yang penuh makna, dan keberadaannya tercipta semata-mata karena kehendak-Nya.

Bagaimana manusia memandang dunia?

Dalam Al-Qur’an Allah Swt menyebutkan kata al-Dunya sebanyak 115 kali. Hal tersehut sama jumlahnya dengan penulisan kara akhirat di al’Qur’an.

Hal ini menunjukkan bahwa dunia terkadang memberikan makna negatif maupun positif.

  1. Dunia bukan tempat untuk mencari kepuasan duniawi. Seorang mukmin memiliki orientasi akhirat, termasuk dalam melakukan kegiatan sehari-harinya mereka.
  2. Sumber kebahagiaan adalah hati yang tentram. Mukmin yang baik adalah ia yang tidak pernah memandang dunia sebagai tujuan utama mereka.
  3. Dunia tempat untuk menentukan strategi perang agar senantiasa mendapatkan pagi yang cerah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengabarkan, dalam sabdanya;

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

Artinya :”Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir” (HR. Muslim)

Baca Juga:  Dari Manusia ke Makhluk Hidup: Indahnya Akhlak dalam Pandangan Islam

Bagi beberapa ora menganggap dunia tak lebih dari sebuah penjara karena ia tidak bisa bebas sepuas-puasnya. Bahkan, ia tidak bisa mengumbar nafsu semaunya.

Dunia bukanlah tempat untuk mencari kepuasan lahiriah semata, karena ada hal yang lebih penting dari sekadar kesenangan duniawi.

Makna kebahagiaan tidak terletak pada materi, namun lebih pada ketentraman hati. Yaitu hati yang disirami oleh cahaya keimanan, hati yang tersentuh oleh panggilan ilahi. []Lailia Lutfi Fathin

Related Posts

Latest Post