almuhtada.org – Sebelum membuatmu percaya atas statement saya, adakah kalian adalah orang yang meragukan generalisasi?
Jika iya, maka kita sama. Dengan itu, awalan ini ditujukan untuk memperjelas batasan-batasan seseorang bisa dikatakan subjek yang dimaksud dalam artikel ini.
Jelas subjek artikel ini adalah orang tua.
Lebih spesifik adalah orang tua yang selalu kalah terhadap anaknya.
Yang seperti itu adalah yang bagaimana, mari kita perjelas. Dalam frasa “orang tua yang selalu kalah terhadap anaknya”, sufiks “-nya” pada anak menandakan kepemilikan.
Siapakah yang memilikinya? Apakah Tuhan? Bukan, dalam kalimat tersebut yang memiliki adalah orang tua.
Barangkali, yang mana memang sudah tentu, kamu adalah seorang anak, dan merasa tidak nyaman dengan statement saya, maka bertahanlah.
Ya, saya tekankan, rasa kepemilikan adalah batasannya.
Orang tua-orang tua yang selalu kalah terhadap anaknya adalah orang tua yang memiliki rasa kepemilikan terhadap anak yang diberkahkan kepada mereka.
Menariknya adalah rasa kepemilikan orang tua terhadap anaknyalah yang tidak jarang menjadikan keduanya renggang.
Itu berbanding terbalik dengan konsep kekalahan orang tua terhadap anaknya, yang mana dalam artikel ini kekalahan dimaksudkan sebagai bentuk kerelaan orang tua menanggung rugi demi anaknya.
Jika dianalogikan sebagai kompetisi, maka ini adalah jenis yang mempertandingkan jumlah rasa kasih sayang, siapa lebih banyak dia menang.
Lantas bagaimana aku meyakinkan kalian? Tentu dengan menunjukan bahwasanya kerenggangan itu muncul karena kesalahpahaman.
Ketika merasa memiliki, sudah pasti dijaga baik-baik. Namun di sinilah letak simpul persoalan dimana penjagaan orang tua terkadang dimaknai sebagai kekangan yang nantinya melatarbelakangi pemberontakan remaja.
Orang tua, dengan dalih kepemilikan, sering kali mengatur, mengarahkan, bahkan membatasi anak sesuai dengan bingkai pikir dan pengalaman mereka.
Padahal, yang dibutuhkan anak bukan sekadar penjagaan yang mengekang, melainkan ruang untuk bertumbuh.
Namun ketahuilah, dalam kerasnya orang tua mendidik yang mana menurut mereka adalah yang terbaik, yang mana bagimu mungkin tidak, mereka justru kalah.
Sebagaimana sudah saya bilang ketika merasa memilki, sudah pasti dijaga baik-baik dalam penjagaannya itu.
Orang tua merelakan kemungkinan terjaganya hubungan baik dengan anaknya sebagaimana itu bisa ditangkap sebagai bentuk pengekangan. Dan begitulah orang tua kalah dalam kasus ini. []Muhammad Irbad Syariyah