almuhtada.org – Sebagai mahasiswa, kita hidup di tengah masa peralihan. Banyak hal yang datang dan pergi, salah satunya adalah manusia. Teman-teman baru banyak bermunculan saat awal kuliah, namun hanyalah sedikit yang bertahan dan banyak yang perlahan menjauh dan hilang komunikasi. Di antara semua pertemuan, selalu ada perpisahan. Di antara semua kehadiran, selalu terselip kepergian.
Ungkapan “people come and go” bukan sekadar kata puitis. People come and go adalah realita hidup yang pasti setiap manusia mengalaminya. Dan sebagai seorang muslim, kita diajarkan untuk menyikapi realita ini dengan iman yaitu bahwasanya segala sesuatu yang terjadi bukanlah secara kebetulan, melainkan karena kehendak dan takdir dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hadid yang artinya: “Tiada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
(QS. Al-Hadid: 22)
Setiap orang yang datang ke dalam hidup kita entah itu untuk waktu yang singkat atau lama pasti membawa hikmah dan pelajaran. Ada yang hadir untuk menguatkan, ada yang hanya sebentar namun membuka cara pandang kita, dan ada pula yang pergi setelah membuat kita merasa ketergantungan. Semua itu adalah cara Allah membentuk hati, jiwa dan sikap kita agar lebih dewasa.
Terkadang, kita bertanya, “Mengapa dia pergi?”, “Mengapa tidak bisa dipertahankan?” atau “Mengapa yang baik tidak bertahan lama?” Tapi Allah mengingatkan kita dalam Surah Al-Baqarah yang artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Maka saat seseorang pergi, mungkin itu bukan karena salahmu, bukan juga karena kamu tidak cukup berarti bagi dia. Namun, bisa jadi karena Allah sedang melindungimu dari sesuatu yang tidak kamu ketahui. Atau mungkin, Allah ingin kamu menemukan sesuatu yang lebih penting dari seseorang yang pergi itu yaitu dirimu sendiri dan hubunganmu dengan-Nya.
Ada kalanya kita terlalu berharap pada manusia sampai-sampai kita lupa bahwa manusia itu lemah, berubah, dan sementara. Padahal sebaik-baik tempat bersandar hanyalah Allah SWT. Dalam Surah Az-Zumar, Allah menegaskan bahwa:
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”
(QS. Az-Zumar: 36)
Hidup sebagai mahasiswa membuat kita sering berada di antara banyak hubungan baik dengan teman, dosen, organisasi, bahkan mungkin dengan seseorang yang lebih personal. Tapi cepat atau lambat, kita harus belajar bahwa tidak semua hubungan bisa bertahan. Yang paling penting adalah bagaimana kita bersikap ketika semuanya berubah, bagaimana kita tidak bergantung pada orang lain dan bagaimana kita bertahan walaupun sendirian.
Ketika kehilangan, jangan hanya fokus pada apa yang hilang. Tapi lihatlah apa yang tersisa baik dirimu, keluargamu, waktu, kesempatan, dan terutama Allah yang tidak pernah meninggalkan. Lihatlah juga hikmah di balik kehilangan itu, Sebagaimana yang disebutkan dalam Surah At-Taubah:
“Jika mereka berpaling (darinya), maka katakanlah: ‘Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.’” (QS. At-Taubah: 129)
Kalimat yang sering kita dengar yaitu mengikhlaskan bukan berarti melupakan memanglah benar. Tapi kita juga harus menerima bahwa setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya dan setiap masa punya perannya. Jika hari ini kamu merasa kehilangan, maka yakinlah bahwa Allah sedang mengajarkanmu arti sabar dan ikhlas. Yakinlah juga Allah akan menggantikan apa pun yang hilang dengan hal yang jauh lebih baik. Sebab, tidak ada perpisahan tanpa pesan. Tidak ada kepergian tanpa pelajaran.
Dan yakinlah, bahwa Allah tidak akan membiarkanmu sendirian. Dalam Surah Al-Insyirah, Allah menjanjikan:
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5–6)
“People come and go” manusia memang datang dan pergi. Akan tetapi, ingatlah Allah akan menetap, tidak akan pergi dan meninggalkan hamba-Nya. Maka jangan terlalu menggenggam manusia, karena mereka hanya titipan. Yang tinggal bukanlah sosok mereka, tapi bekas hikmah yang mereka tinggalkan. Dan dari itulah letak pertumbuhanmu agar bisa ikhlas dalam setiap perjumpaan dan perpisahan yang kita alami. [Rani Alfina Rohmah]