almuhtada.org – Pergaulan tak lepas dari aktivitas manusia yang menjadi bagian penting dari kehidupan sosial. Manusia sebagai makhluk sosial bergaul karena tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan saling bergantung satu sama lain untuk bertahan hidup.
Selain itu, interaksi sosial juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental, pengembangan diri, dan pemenuhan kebutuhan emosional. Namun, tidak semua bentuk pergaulan membawa dampak positif, terutama jika dilakukan tanpa batasan yang sesuai dengan ajaran agama.
Dalam Islam, pergaulan khususnya antara laki-laki dan perempuan tanpa mahram, sangat ditekankan untuk dijauhi karena dapat membuka pintu menuju perbuatan maksiat dan kerusakan moral.
Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram sering kali menjadi pintu gerbang menuju zina. Dalam Surah Al-Isra ayat 32, Allah memperingatkan:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةًۗ وَسَاۤءَ سَبِيْلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.“ (QS. Al-Isra: 32)
Dalam ayat tersebut, Allah SWT melarang para hamba-Nya mendekati perbuatan yang membawa pada perzinaan, seperti pergaulan bebas tanpa kontrol antara laki-laki dan perempuan, membaca bacaan yang merangsang, dan merebaknya pornografi dan pornoaksi.
Larangan melakukan zina diungkapkan dengan larangan mendekati zina untuk memberikan kesan yang tegas, bahwa jika mendekati perbuatan zina saja sudah dilarang, apa lagi melakukannya.
Penting dicatat bahwa Allah tidak hanya melarang perbuatan zina, tetapi juga segala bentuk pendekatannya, seperti berduaan (khalwat), bersentuhan tanpa mahram, serta komunikasi yang mengarah pada syahwat.
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan kecuali yang ketiganya adalah setan.” (HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu, Islam menawarkan solusi yaitu pergaulan yang terjaga, komunikasi secukupnya, serta pernikahan sebagai jalan halal untuk menyalurkan cinta dan kasih sayang. Orang-orang beriman dituntun untuk menundukkan pandangan, menjaga adab pergaulan, dan menjadikan agama sebagai kompas dalam hidup. [Alya Rosadiana]