Ketika Seorang Nabi Kehilangan Kekuasaan karena Sebuah Benda

Ilustrasi Cincin nabi sulaiman (freepik.com – almuhtada.org)

Almutada.org – Di antara banyak kisah para nabi, cerita tentang Nabi Sulaiman AS adalah salah satu yang paling menarik.

Beliau bukan hanya seorang nabi, tapi juga seorang raja yang diberi kekuatan luar biasa oleh Allah SWT.

Dikisahkan, Nabi Sulaiman memiliki cincin yang Allah anugerahkan kepada-Nya.

Selain itu, atas izin Allah Nabi Sulaiman bisa berbicara dengan hewan, mengendalikan angin, bahkan memerintah bangsa jin.

Semua kekuasaan itu ia gunakan dengan adil dan selalu takut kepada Allah.

Suatu Ketika nabi sulaiman hendak mandi beliau menitipkan cincin tersebut kepada salah satu istrinya.

Namun, tanpa sepengetahuannya, cincin itu dicuri oleh jin bernama Shakhr yang kemudian menyamar sebagai Nabi Sulaiman.

Ia duduk di singgasana, mengelabui manusia dan jin dengan wajah yang menyerupai sang nabi.

Sementara Nabi Sulaiman yang asli terbuang, tidak dikenal, dan hidup sebagai rakyat biasa.

Bahkan ada yang menganggapnya orang gila karena tiba-tiba tidak lagi dihormati atau dipercaya.

Waktu berjalan, dan Nabi Sulaiman menjalani kehidupan penuh kesabaran dan kesendirian.

Ia tidak mengeluh, tidak marah, dan tidak menyalahkan takdir.

Dalam keadaan miskin dan tak berdaya, ia tetap menjaga imannya.

Hingga akhirnya, setelah penantian panjang, Allah mengembalikan cincin itu melalui cara yang tidak disangka-sangka.

Nabi Sulaiman membeli seekor ikan dari pasar.

Ketika ia membelah perut ikan itu, di dalamnya terdapat cincin yang selama ini hilang.

Baca Juga:  Maksimalkan Bulan Rajab! Inilah 9 Keutamaan Bulan Rajab yang Perlu Kamu Ketahui

Begitu cincin itu dikenakan kembali di jarinya, seluruh jin dan bala tentaranya langsung tunduk seperti sedia kala, dan kekuasaan kembali kepadanya seperti semula.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa kekuasaan bukan milik manusia sepenuhnya.

Kekuasaan adalah titipan dari Allah, dan bisa saja diambil kapan saja jika Dia menghendaki.

Nabi Sulaiman tetap menjadi orang yang mulia bukan karena singgasananya, tapi karena ia tetap setia dan sabar saat diuji.

Cincin itu hanyalah alat, tapi yang menentukan segalanya tetap Allah.

Dari peristiwa ini, kita belajar bahwa jabatan dan tanggung jawab harus dijaga dengan baik.

Jika seseorang mulai sombong karena kekuasaannya, itu bisa menjadi awal dari kejatuhannya.

Dalam keadaan apa pun, kita harus tetap berpegang teguh pada iman, karena yang paling penting bukanlah harta atau kekuasaan, tapi ridha Allah atas kesabaran dan kejujuran kita.[]Juliana Setefani Usaini

Related Posts

Latest Post