almuhtada.org – Setiap pagi, seringkali akrab dengan satu benda kecil yang jadi musuh terbesar yakni alarm. Apalagi saat Subuh tiba, rasanya alarm itu datang terlalu cepat. Suara berisiknya sering dimatikan atau ditunda dengan menekan tombol “snooze”. Bahkan mungkin sering kali sampai mengatur beberapa alarm dalam jeda waktu berbeda. Alasannya kenapa tuh? Karena tahu, satu kali alarm saja sering tidak cukup untuk membangunkan.
Menariknya lagi, perilaku terhadap alarm subuh ini sangat mirip dengan bagaimana cara merespons peringatan dari Allah. Allah sering memberi “alarm” dalam hidup dengan beberapa bentuk seperti berupa nasihat dari teman, teguran dari orang tua, ceramah yang tak sengaja terdengar, hingga musibah yang membuat terhenti sejenak dan berpikir. Tapi sayangnya, sering kali “menunda” untuk benar-benar bangun. Terkadang juga lebih memilih untuk “tidur lagi” yang membuat menunda taubat, menunda perubahan, dan menunda kebaikan. Padahal, setiap peringatan dari Allah SWT adalah bentuk kasih sayang. Dalam Al-Qur’an Surah Al Kahfi atat 56, Allah berfirman:
“Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokkan.”
Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa Allah selalu mengingatkan sebelum mendatangkan ujian yang lebih berat. Tapi pertanyaannya “berapa kali harus disentuh oleh peringatan hingga benar-benar “terbangun”?” Jangan sampai baru benar-benar sadar setelah kehilangan, setelah jatuh, atau bahkan setelah ajal menjemput.
Belajar dari alarm subuh, mari biasakan untuk segera bangun saat diingatkan. Bukan hanya bangun dari tidur, tapi juga dari kelalaian. Karena waktu tidak pernah berhenti, usia terus berjalan, dan kesempatan untuk berubah tak selalu datang dua kali.
Semoga sebagai umat muslim termasuk orang-orang yang peka terhadap peringatan Allah, bukan yang selalu menundanya. Dan semoga setiap kali mendengar “alarm” dalam hidup, maka segera bangkit dan memilih jalan yang lebih baik, karena bisa jadi alarm berikutnya adalah yang terakhir. [Neha Puspita Arum]
Editor: Syukron Ma’mun