almuhtada.org – Pernahkah kita berfikir dan merenungi apa yang sebenarnya kita lakukan pada saat kita menengadahkan kedua tangan dan memejamkan mata kita dalam berdoa? Seringkali terjadi disekitar kita, dimana sebagian orang menjadikan sebuah doa ini suatu hal yang darurat, yang muncul ketika hidup mereka mulai terasa pahit, saat berbagai masalah datang atau ketika mereka memiliki sebuah keinginan dan tak mampu untuk mereka wujudkan. Mereka memohon agar diberikan rezeki, jodoh, kesembuhan, dan jalan keluar dari kesulitan yang mereka hadapi. Tapi, apakah semua itu benar-benar sebuah doa atau hanya sebuah daftar permintaan?
Tanpa disadari, banyak orang-orang yang telah mereduksi makna doa menjadi sebuah alat transaksi kepada Tuhannya. Mereka memohon berbagai macam permintaan agar dikabulkan, namun kecewa saat semua itu tak ada jawaban dari-Nya. Padahal dalam agama islam makna doa lebih daripada itu, doa seharusnya menjadi sebuah hal yang sakral bagi manusia untuk berkomunikasi, bersyukur, berserah diri, dan mendekat kepada Allah SWT.
Namun, yang terjadi saat ini yaitu masih ada sebagian orang yang berdoa, akan tetapi realitanya mereka hanya meminta, mereka meminta kepada Allah SWT sekali, dua kali, tiga kali, akan tetapi saat permintaan mereka belum diijabahi mereka langsung berputus asa, kemudian pergi berbalik arah dan menjauh dari Allah SWT dengan rasa kecewa. Ketika mereka ditanya, mengapa tidak berdoa? Mereka menjawab “Aku sudah berdoa dengan sungguh-sungguh namun belum dikabulkan”. Ini sejatinya bukanlah sebuah doa, melainkan hanya sekedar meminta.
Lalu apa hakikat doa itu? doa adalah bentuk penghambaan dan keyakinan manusia kepada Allah SWT. Menikmatinya sebagai bentuk kedekatan manusia dengan Allah, sehingga ketika itu berjalan dengan baik maka kamu akan dapat menerimanya dengan lapang dada sebagai anugerah dari Allah Yang Maha Pengasih. Namun, apabila tidak berjalan sesuai dengan keinginanmu maka kamu akan yakin bahwa itulah yang terbaik untukmu. Permintaan atau permohonan akan memunculkan kekecewaan apabila tidak terkabul, tapi doa adalah penyandaran dimana apapun yang terjadi pada hidupmu kamu dapat menerima semua itu.
Syekh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi pernah berkata, Jangan jadikan doa sebagai perantara untuk mendapatkan semua keinginanmu. Sehingga apabila tujuanmu itu terkabulkan kamu akan meninggalkan (berhenti) doa. Namun, nikmatilah doa karena doa itu sendiri, buatlah dirimu nikmat dengan berkata : “ Ya Allah kini aku mengetuk pintu-Mu”, “Ya Allah aku sangat membutuhkan kedermawanan dan kemuliaan-Mu”, ” Ya Allah hanya Engkau yang aku miliki”, “Ya Allah aku ridho atas keputusanmu, aku adalah hambamu yang fakir”. Perkataan seperti inilah yang harus dinikmati seorang hamba saat berdoa. Jika engkau senantiasa datang kepada Allah dan konsisten secara terus menerus dengan cara seperti ini, maka Allah akan mengijabah semua doa-doamu.
[SAHRUL MUJAB]
Editor: Syukron Ma’mun