Antara Luka dan Menerima; Antara Bahagia Meski Tak Sempurna

Belajar bahagia dalam diam (pixabay.com-almuhtada.org)

Almuhtada.org- Mungkin, banyak yang mengira bahwa aku baik-baik saja. Dari luar, mungkin banyak ketawa, senyum, tenang, serta menjalani hari seperti orang yang tidak punya beban pada umumnya.

Padahal, jauh di dalam hati ini, aku sedang berjuang keras. Bukan untuk terlihat kuat, akan tetali untuk tetap bersyukur atas segala hal yang terjadi dalam hidup.

Seringkali, kebahagian seringkali disalahartikan sebagai rasa yang membawa keceriaan. Padahal bahagia bukan berarti tertawa setiap hari. Bahagia juga bukan hanya hidup yang sempurna tanpa celah apapun.

Bagiku, bahagia adalah kemampuan diri untuk bisa menerima. Menerima bahwa tidak semua hal akan berjalan sesuai harapan. Menerima bahwa semua luka dan kecewa merupakan bentuk dari proses. Menerima bahwasanya aku hanyalah orang biasa yang hanya bisa menjalani hiduo sesuai porsi hidup yang telah digariskan.

Kini, aku sedang belajar untuk menikmati hidup, walaupun dengan cara yang sederhana. Menikmati hembusan angin sore dan sejuknya pagi tanpa tujuan pasti, menghargai detik-detik yang dulu seringkali terlewat hanya karna sibuk mengejar “nanti”

Aku, tidak sedang dalam puncak kebahagiaan. Aku juga tidak terpuruk dalam kesedihan. Aku berada pada fase dimana aku mulai belajar berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan keadaan, dan berdamai dengan segala hal yang ada.

Aku menyadari bahwa syukur tidak harus menunggu segalanya sempurna. Terkadang, syukur bisa muncul dalam ketidaksempurnaan hidup yang justru membuatku lebih manusiawi.

Baca Juga:  Bersyukur Sebagai Proses Menikmati Hidup

Tidak semua yang terlihat tenang itu tanpa beban. Tidak semua yang terlihat kuat itu tanpa letih. Dan tidak semua yang terlihat bahagia itu tanpa luka. Dibalik itu semua terdapat beribu proses yang tak terlihat.

Proses untuk menerima diri, proses untuk memaafkan semua masa lalu, dan proses untuk terus melangkah pelan, meski ragu.

Dan kini aku sadar, tidak apa-apa jika hidupku berbeda dengan orang lain. Tidak apa-apa jika langkahku lebih lambat dari mereka. Karena setiap orang punya jalan, wakru, dan ujian sesuai porsi masing-masing. Yang penting, aku tidak berhenti.

Jadi, jika engkau melihatku diam, bukan berarti aku tak merasa. Jika aku terlihat tenang, bukan berarti hidupku mudah. Kini, aku hanya sedang belajar. Belajar menikmati dan mensyukuri hidup sesuai dengan porsi yang aku mampu. []⁠Mirzalul Umam

Editor

Qoula Athoriq Qodi

Related Posts

Latest Post