almuhtada.org – Mendengar kata pemimpin, yang terpikirkan oleh saya adalah seseorang dengan karismatik yang tinggi dan mampu menggunakan itu untuk menggerakkan orang lain melakukan kegiatan untuk tujuan bersama. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak jarang orang menganggap bahwa pemimpin menjadi momok yang menakutkan dan mengharuskan untuk tidak melakukan kesalahan.
Padahal, kesalahan adalah sumber belajar. Menjadi pemimpin, bukan berarti tidak boleh melakukan kesalahan. Menjadi pemimpin, bukan berarti tidak boleh memiliki kekurangan. Menjadi pemimpin, bukan menjadi mengharuskan kita untuk menjadi orang lain.
Agung Gunawan dalam buku Book of Leadership menjelaskan bahwa tidak apa menjadi seorang pemimpin yang memiliki kelemahan, asalkan dia menyadari kelemahan tersebut dan berupaya untuk mengatasinya dan dari sinilah pemimpin belajar.
Teman saya pernah mengatakan bahwa menjadi seorang pemimpin artinya memiliki kesempatan untuk memiliki kacamata sudut pandang yang lebih luas dibanding orang yang dipimpin dan dari sinilah dia belajar hal baru dengan menjadi pemimpin.
Artinya bahwa menjadi pemimpin tidak akan berhenti tugas kita untuk belajar. Artinya bahwa sebelum menjadi pemimpin kita juga memiliki kewajiban untuk belajar.
Melalui tulisan ini, saya ingin membagikan satu hal menarik yang saya dapat dari buku karya Agung Gunawan berjudul Book of Leadership berkenaan dengan pemimpin dan kepemimpinan. Dalam sub bab “Mencapai Tujuan Kolektif” beliau menjelaskan bahwa salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu mampu mendelegasikan tugas demi tercapainya tujuan bersama.
Lalu, saya mengenal dua istilah yang seringkali secara tidak sadar dilakukan oleh seorang pemimpin yaitu delegate and forget dan forget to delegate. Kedua istilah ini berbeda namun, kedua tipe pemimpin tersebut dianggap tidak efektif.
Delegate and forget artinya bahwa seorang pemimpin mendelegasikan tugas lalu melupakannya, menyerahkan seluruh tanggung jawab kepada pengikutnya. Dia melupakan salah satu dari lima fungsi pokok kepemimpinan yaitu fungsi kontrol.
Forget to delegate artinya bahwa seorang pemimpin enggan untuk mendelegasikan tugas dan pekerjaannya. Dia tidak memiliki kepercayaan kepada pengikutnya untuk turut serta mewujudkan tujuan kolektif organisasi.
Dia melupakan bahwa pemimpin yang memiliki kepemimpinan yang baik adalah yang mampu menciptakan pemimpin selanjutnya. Lalu, bagaimana cara mereka belajar jika tidak diberikan kesempatan?
Beliau menjelaskan bahwa pilihan yang terbaik adalah pendelegasian secara efektif. Melakukan pendelegasian secara efektif dapat membantu pemimpin mengoptimalkan seluruh sumber daya untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Melalui tulisan ini, bukan berarti saya merasa sudah benar menjadi seorang pemimpin. Justru sebaliknya, karena saya merasa belum maksimal menjadi pemimpin maka saya membagikan informasi tersebut untuk tiap-tiap pemimpin yang sedang belajar dan orang-orang yang sedang belajar menjadi pemimpin.
Semoga bermanfaat [Khariztma Nuril Qalbi Barlanti]
Editor: Syukron Ma’mun