Al Muhtada.org – Kehidupan manusia tidak terlepas dengan rintangan dan cobaan yang terjadi kapanpun. Sebagai umat Islam, hal tersebut merupakan suatu hal yang luar biasa. Karena pada dasarnya, Allah mendekatkan umatnya dengan memberinya ujian. Artinya, Allah sedang memberikan tes kepada kita sebagai hamba-Nya seberapa kuat imannya dan seberapa besar ketaqwaannya kepada Allah Swt.
Jika seorang manusia dapat bertahan dalam ujian dan dapat bermuhabah diri menjadi lebih baik, maka ia tergolong memiliki iman yang kuat. Selain iman yang kuat, juga tidak mudah terjerumus oleh kesesatan. Sedangkan mereka yang tidak tahan atau mengikuti hawa nafsunya tanpa mereka sadari, maka mereka berada di tepi jurang. Itu berarti imannya lemah dan mudah terhasut oleh kesesatan.
Dalam Al Qur’an maupun sumber lain seperti dalam kegiatan majlis, taklim, ceramah, dll pasti kita pernah mendengar kata sabar atau mungkin sering mengucapnya . Nah, kenapa sabar dan apa itu sabar?
Dari berbagai literatur atau sumber fiqih, secara umum sabar merupakan sikap menahan diri dari berbagai hawa nafsu yang menggiring kita untuk mempersulit atau memperumit masalah yang dihadapi dengan kepentingan pribadi tanpa memikirkan kepentingan bersama.
Dalam sabar sendiri, ternyata terdapat beberapa tingkatan.
Sabar Tingkat Pertama
Yakni sabar ketika kamu menghadapi ujian dan kamu yakin bahwa semua yang terjadi atas kehendak Allah tanpa terkecuali. Kutipan surah Al-Baqarah ayat 155-156, dan berikan gambar gembira bagi mereka yang sabar(155), maka jika ia terkena musibah, ia mengatakan sesungguhnya aku milik Allah, dan karena Allah lah saya kembali. Tanpa disadari ia sudah melibatkan Allah dalam musibah nya.
Sabar Tingkat Kedua
Yakni sabar dalam meninggalkan dosa. Sabar untuk menahan keinginan perbuatan yang berdosa. sabar dengan menjaga pandangan mata. Juga sabar untuk meninggalkan hal yang disenangi. Hal dilakukan hanya mendapat hasil yang sia-sia dan itu merupakan sabar yang lebih baik daripada sabar ketika menghadapi musibah
Sabar Tingkat Ketiga
Sabar tingkat ketiga adalah sabar dalam beribadah. Dalam tingkat sabar ini merupakan sabar yang paling tinggi dari tingkatan sebelumnya. Dimana saat kita sedang beribadah baik itu shalat maupun sedekah, dan lainnya dihadapkan dengan perasaan yang tidak enak. Seperti saat shalat pasti kita susah untuk khusyuk karena beberapa sebab, seperti terburu-buru karena khawatir akan terlambat dan sebagainya. Piikiran kemana-mana dan selalu merasa diri paling baik dari yang lain dengan gerakan shalat kita. Ketaatan kita dalam beribadah sehingga tanpa disadari menimbulkan riya’ dan riya’ itu membuat semua amal yang kita usahakan menjadi sia-sia.
Jadi sabar dalam beribadah adalah menahan diri agar diri kita dapat lebih mendekatkan diri, lebih dalam mengenal Allah. Anggaplah Allah itu sedang memberimu rezeki, siapa tahu saat kita selesai shalat tanpa terburu-buru, mendapat makanan gratis di masjid atau dijalan, mendapat hibah berupa uang senilai 100 juta atau bahkan mendapat undangan umrah atau haji ke Makkah secara gratis dan terpercaya. Dan semua itu hanya Allah yang Maha Tahu segalanya.
Disisi lain kita tidak boleh memilih, Â hanya sabar dalam satu hal atau tingkatan seperti kita mengambil sabar tingkat 3 yang termasuk sabar yang lebih baik dari tingkat sebelumnya. Karena hal itu saat kita sedang dihadapkan musibah kita malah mengeluh, malah tidak sabaran atau saat ingin bertaubat kita malah mengulangi dosa tersebut seterusnya. Jadi kita tidak hanya dapat bergantung pada 1 tingkatan, tapi semuanya karena semua tingkatan tersebut saling melengkapi. Karena baru bisa dianggap orang yang Sobirin atau orang orang yang sabar jika kita bisa sabar dalam semua tingkatan di atas [] Ngafif Fatah Damawan