Menyingkap Peradaban Arab Sebelum Islam: Seberapa Kelamnya Zaman Jahiliyah?

Ilustrasi Zaman Jahiliyah (Freepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Akhir-akhir ini, saya tertarik untuk membahas tentang peradaban Timur Tengah. Salah satunya yakni zaman Jahiliyah, zaman yang paling tidak beradab dan tidak beretika sepanjang sejarah Islam.

Seberapa parah sebenarnya kondisi Arab sebelum adanya Islam? Simak penjelasan berikut.

Pengertian Zaman Jahiliyah

Zaman Jahiliyah berarti zaman kebodohan atau ketidaktahuan. Kebodohan yang dimaksud bukanlah merujuk pada kebodohan intelektual.

Hal itu dikarenakan orang Arab dinilai sudah cukup maju. Mereka ahli dalam strategi perang, menghafal, dan juga berdagang.

Lalu, zaman jahiliyah seperti apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu? Istilah Jahiliyah tersebut yakni mengacu pada buruknya pola pikir dan akidah mereka yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Kehidupan Sosial Orang Badui

Orang Badui, sebagai orang arab saat itu umumnya hidup secara nomaden. Mereka berpindah-pindah dengan kelompok kecil yang biasanya terdiri dari anggota keluarganya. Setiap kelompok atau suku dinamai berdasarkan leluhur atau pemimpin mereka, seperti Jurhum, Khuza’ah, dan Khajras.

Baca Juga:  Keteladanan dan Kisah Inspiratif Uwais Al-Qarni

Ketiadaan Hukum dan Konflik Antar Suku

Salah satu alasan zaman ini disebut Jahiliyah juga karena tidak adanya sistem hukum formal. Satu-satunya aturan yang mereka pahami adalah melindungi kelompoknya dari kelompok lain.

Kebanggaan terbesar mereka adalah membuat kelompok mereka besar dan kuat. Maka tidak heran jika, persaingan antar suku menjadi hal yang biasa terjadi. Tanpa hukum yang disepakati bersama, konflik sering diselesaikan dengan pertarungan pertumpahan  darah.

Sistem Patriarki yang Kuat

Sistem patriarki sangat kuat melekat pada masyarakat saat itu di mana kekuasaan penuh di tangan laki-laki, khususnya kepala suku atau Syeikh. Gelar Syeikh diwariskan kepada anak laki-laki, hampir sama dengan sistem monarki.

Oleh karenanya, perempuan tidak memiliki peran yang signifikan. Mereka hanya dijadikan objek untuk menghasilkan anak dan juga pemuas nafsu saja. Bahkan nilai perempuan disamakan bagaikan sebuah rampasan perang. Ia bisa diambil dan dinikahi apabila kelompoknya dikalahkan kelompok lain.

Kita dapat melihat perempuan pada saat itu dinilai begitu rendah oleh banyak kalangan sehingga mereka sering dianggap sebagai aib. Tak heran praktik mengubur anak perempuan hidup-hidup sering dijumpai kala itu.

Makkah: Pusat Perdagangan dan Keagamaan

Meskipun kehidupan suku keras, terdapat kota-kota yang berkembang pesat seperti Makkah dan Yasrib (Madinah). Makkah sudah menjadi pusat perdagangan dan keagamaan sejak lama, bahkan sebelum Islam.

Menurut sejarawan Yunani, Diodorus Siculus, ada kuil sangat suci yang dihormati semua orang, yaitu Ka’bah. Sebelum Islam, Ka’bah sudah dianggap suci dengan banyak berhala di sekitarnya.

Oleh karena kesuciannya, banyak sekali dijumpai ratusan berhala yang dijumpai di sekitar Ka’bah dari berbagai agama dengan tujuan untuk memperkenalkan Tuhan-Tuhan mereka.

Konflik dan Kerajaan di Jazirah Arab

Selain kehidupan suku, banyak sekali persaingan yang timbul dari kerajaan-kerajaan yang ada. Bagi kerajaan yang lengah karena kurangnya pengaruh di sekitar Arab, mereka akan ditaklukan kerajaan lain dengan mudah.

Baca Juga:  Mengapa Celak Disunnahkan dalam islam?

Transformasi Setelah Kedatangan Islam

Kehadiran Nabi Muhammad membawa perubahan drastis. Moral, etika, dan akidah diperbaiki, serta suku-suku yang tadinya sering bertikai mulai dipersatukan.

Piagam Madinah menandai bukti berakhirnya konflik di mana Nabi Muhammad saw. sebagai penengahnya. Al-Qur’an sebagai hukum formal pun mulai diterapkan secara bertahap, yang kemudian menjadi landasan hukum resmi yang disepakati bersama.

Riba telah banyak membuat orang yang sengsara makin sengsara dan terciptalah kesenjangan sosial. Setelah adanya Islam yang mengharamkan riba, kini negara Arab menjadi lebih maju.

Islam juga mengangkat derajat perempuan, memberi mereka hak dan peran penting di masyarakat. Sistem pernikahan diatur dengan ketat, membatasi laki-laki hanya boleh memiliki empat istri yang sebelumnya tiada batasan.

Peradaban Arab sebelum Islam memang penuh dengan kegelapan dan ketidakteraturan. Kehadiran Islam membawa transformasi besar yang mengangkat martabat manusia dan menciptakan peradaban yang lebih beradab dan bermoral. Semoga artikel ini menambah wawasan dan menghibur. Terima kasih sudah membaca! [Syukron Ma’mun]

Editor : Raffi Wizdaan Albari

Related Posts

Latest Post