Almuhtada.org – Mencari ilmu adalah sebuah perjalanan yang mulia, namun tak jarang penuh rintangan. Dalam menempuh jalan ini, musyawarah menjadi sebuah lentera yang menerangi jalan, mengantarkan para pencari ilmu menuju gerbang pengetahuan yang hakiki.
Seperti dikisahkan dalam kitab Ta’limul Muta’alim, seorang pelajar yang berniat menimba ilmu di Bochara terlebih dahulu bermusyawarah untuk mendapatkan arahan dan petunjuk. Kisah ini menjadi teladan bagi para penuntut ilmu, bahwa musyawarah adalah kunci untuk membuka pintu-pintu pengetahuan.
Allah SWT pun memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk bermusyawarah dalam segala hal, meskipun beliau adalah manusia yang paling mulia dan berilmu.
Hal ini menunjukkan bahwa musyawarah bukan hanya untuk orang yang kurang ilmu, tetapi juga untuk orang yang paling berilmu sekalipun.
Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Tiada seorang pun yang rusak karena musyawarah.” Musyawarah membuka ruang untuk bertukar pikiran, mendapatkan perspektif baru, dan menemukan solusi terbaik.
Orang yang utuh adalah orang yang memiliki pendapat benar dan mau bermusyawarah. Orang yang setengah utuh adalah orang yang memiliki pendapat benar tetapi tidak mau bermusyawarah, atau orang yang mau bermusyawarah tetapi tidak memiliki pendapat. Dan orang yang tidak berarti adalah orang yang tidak memiliki pendapat dan tidak mau bermusyawarah.
Menuntut ilmu adalah perkara yang mulia, tetapi juga paling sulit. Oleh karena itu, musyawarah menjadi lebih penting dan diharuskan dalam prosesnya.
Al-Hakim, seorang ulama terkemuka, memberikan nasihat kepada seorang pelajar yang ingin pergi ke Bochara untuk menuntut ilmu.
Dia menyarankan agar pelajar tersebut tidak terburu-buru dalam memilih guru, tetapi meluangkan waktu dua bulan untuk mempertimbangkan dan bermusyawarah.
Dengan bermusyawarah, pelajar dapat memilih guru yang tepat, mendapatkan ilmu yang bermanfaat, dan merasakan keberkahan dalam proses belajarnya.
Musyawarah dengan orang-orang yang beriman dan berilmu akan membantu para penuntut ilmu dalam memilih jalan yang tepat, menemukan guru yang sesuai, dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Marilah kita jadikan musyawarah sebagai sahabat dalam perjalanan menuntut ilmu, agar ilmu yang kita peroleh menjadi berkah dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. [] Mila Amalia
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah
