Almuhtada.org – Siapa yang tidak tahu Sayyidah Khadijah dan Sayyidah Aisyah? Mereka adalah dua diantara istri Rasulullah Muhammad SAW.
Wanita penghuni surga. Wanita yang shalihah dan sempurna. Mereka juga memiliki peran besar dalam kemenangan agama Islam.
Khadijah binti Khuwailid, wanita mulia yang memiliki paras dan akal sempurna, selalu teguh dalam setiap keadaan, memiliki gelora semangat yang tinggi, dan paling setia kepada Rasululah Muhammad SAW.
Beliau merupakan istri pertama Rasulullah. Beliau orang pertama yang menjadi pendukung Rasulullah dikala Rasulullah mengalami kesulitan dalam berdakwah, sementara yang lainnya mengingkari dan mendustakan Rasulullah SAW.
Hatinya begitu agung dan penuh belas kasih saat membekali Rasullulah dengan perhatiannya. Lika-liku kehidupan selama 20 tahun berumah tangga kepada Rasulullah, ia jalani dengan penuh cinta, kasih sayang, kepercayaan, dan perhatian.
Khadijah lah yang menentramkan hati Rasullulah ketika Rasullulah mendapat wahyu pertama kali dan diangkat menjadi Nabi.
Ketika itu, Rasulullah sangat menggigil dan bercucuran keringatnya sehingga meminta istrinya Khadijah menyelimuti tubuh Rasulullullah. Dengan tutur manis nan lembut Khadijah, Rasulullah menjadi lebih tenang dan percaya diri.
Rasulullah sangat sedih pada saat Sayyidah Khadijah wafat. Namun, kepergian Sayyidah Khadijah tidak membuat cinta Rasulullah berkurang sedikitpun.
Rasulullah sering mengagung-agungkan Sayyidah Khadijah di depan banyak orang, bahkan istri-istrinya sendiri, salah satunya Sayyidah Aisyah.
Sayyidah Aisyah adalah istri Rasulullah yang ketiga. Beliau merupakan wanita mulia yang paling banyak meriwayatkan hadits. Kecerdasan dan sifat dermawanannya terkenal dan patut diacungi jempol.
Selayaknya manusia dan seorang istri, Sayyidah Aisyah pernah merasa cemburu kepada istri-istri Rasulullah, termasuk Khadijah.
Ketika itu Sayyidah Aisyah mendengar Rasulullah selalu memuji Sayyidah Khadijah sehingga Sayyidah Aisyah pun berkata “Bukankah dia seorang wanita yang telah memerah gusinya (kiasan dari rontoknya gigi karena faktor usia), sudah tua renta. Dan Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik, dengan seorang gadis yang masih muda belia”.
Mendengar perkataan Sayyidah Aisyah yang kurang layak, Rasulullah pun marah dan berkata “Demi Allah, tidak ada yang dapat menggantikan Khadijah.
Dia beriman kepadaku, ketika manusia mengingkariku. Dia mempercayaiku, ketika orang lain mendustakanku. Dia memberikan hartanya untukku ketika orang lain mengharamkan harta mereka. Dia memberiku keturunan, ketika istriku yang lain tidak sanggup memberikannya”.
Kemudian Sayyidah Aisyah berjanji tidak akan menyebut Sayyidah Khadijah dengan perkataan yang kurang layak. Rasa cemburu Sayyidah Aisyah bukan karena marah atau kebenciannya kepada Sayyidah Khadijah.
Namun karena rasa manusiawi akan cintanya kepada Rasulullah SAW. Sayyidah Aisyah juga banyak menceritakan kemuliaan Sayyidah Khadijah. Seandainya Sayyidah Aisyah tidak menceritakan kisah ini, maka kita tidak akan tahu siapa dan bagaimana Sayyidah Khadijah. [] Nihayatur Rif’ah
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah