Almuhtada.org – Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam. Salah satu ajaran Islam dalam berkehidupan adalah peduli.
Peduli terhadap tetangga, kerabat, saudara, atau bahkan alam atau lingkungan sekitar. Salah satu bentuk peduli kepada sesama yakni menjenguknya ketika sakit.
Ternyata, terdapat kisah menarik dari Rasulullah pada masa itu yang berkaitan dengan menjenguk orang sakit. Mari simak dengan seksama kisah tersebut.
Suatu hari, Rasulullah Saw. akan pergi ke masjid. Seperti biasanya, beliau pun selalu melewati jalan itu karena konon memang hanya itu jalan satu-satunya. Setiap melewati jalan itu, Rasulullah Saw. dihina, dicaci, diludahi, bahkan dilempari kotoran oleh seseorang. Nabi Muhammad Saw. berusaha bersabar dan bersabar.
Malaikat Jibril menawarkan kepada Rasulullah Saw. untuk membalas kelakuan orang itu. Namun, Rasulullah Saw. berkata, “Tak usah ya, Jibril. Sahabat itu belum mengenal Islam. Biarkanlah dia dengan perilakunya.” Dan terjadilah penghinaan itu terus-menerus.
Namun, hari itu sungguhlah teramat berbeda. Rasulullah Saw. tidak bertemu dengan orang yang biasa menghinanya.
Tak terlihat orang itu duduk dan menunggu Rasulullah Saw. yang biasa lewat jalan itu. Tentu saja kondisi itu justru mengherankan Rasulullah Saw. Maka, beliau pun berusaha mencari tahu tentang nasib orang tersebut.
Maka, diketahuilah bahwa orang itu sedang sakit keras. Orang itu tidak bisa bangun dari tidurnya. Sehari-hari orang itu hanya meringkuk di tempat tidur.
Begitu mendengar kabar itu, Rasulullah Saw. pun bergegas pergi. Beliau pergi untuk menengok orang yang sedang sakit itu.
Sama sekali beliau tidak menghiraukan pengalamannya yang dihina, dicemooh, dicaci, bahkan disakiti. Rasulullah Saw. hanya berkeinginan untuk segera bertemu dengan orang itu dan ingin mengetahui kondisi yang sebenarnya.
Setiba di depan pintu rumah orang itu, Nabi Muhammad Saw. segera mengetuk pintu. Hanya suara lemah yang terdengar. Suara lemah yang menggambarkan bahwa orang yang membalas salam tersebut dalam keadaan sakit keras.
Langsung saja pintu rumah dibukanya. Dan tiba-tiba Nabi Muhammad Saw. terbelalak ketika melihat kondisi orang itu yang terkulai lemah di ranjangnya.
Ketika mengetahui orang yang menengoknya adalah Rasulullah Saw., orang itu pucati. Keringat dingin mengucur deras sebagai pertanda rasa ketakutan yang teramat sangat. orang itu ketakutan karena disangkanya Rasulullah Saw. akan membalas dendam. Semakin Rasulullah Saw. mendekati dirinya, orang itu semakin pucat.
Ketika sudah berada di sampingnya, tak disangka Rasulullah Saw. meletakkan tangan lembutnya di dahi orang itu. Lalu, tangan beliau mengusap-usap tangan orang tersebut. Dengan suara lembut, Rasulullah Saw. bertanya tentang penyakit dan perasaan yang dirasakannya.
Mendengar bahasa halus Rasulullah Saw., orang itu gemetar, perasaannya berkecamuk. Orang itu tak pernah menyangka bahwa Rasulullah Saw. memiliki watak yang sedemikian mulia. Sama sekali Rasulullah Saw. tidak menampakkan rasa dendamnya.
Justru Rasulullah Saw. memperlihatkan kepribadiannya yang penyayang dan penyantun. Sungguh perilaku Rasulullah Saw. itu mengetuk hati orang itu. Tiba-tiba, orang itu mencium tangan Rasulullah Saw.
Dengan suara gemetar, orang itu berusaha berkata-kata: “Wahai Rasul, ketika engkau akan beribadah, saya selalu mengganggumu. Saya selalu menyakitimu. Saya selalu berusaha agar kamu tidak dapat beribadah dengan segala caraku. Namun, semua usahaku ternyata gagal.
Hari ini, saya sedang sakit. Tak seorang pun teman-temanku menjengukku. Justru kamu adalah orang yang pertama menjengukku. Sungguh hatimu teramat mulia. Maka, persaksikanlah wahai Muhammad, bahwa saya masuk Islam”.
Berdasarkan kisah tersebut, kita memahami bahwa selain Islam yang mengajarkan sikap peduli, Islam juga mengajarkan untuk tidak membeda-bedakan dalam bersikap. Selain itu apabila dilihat dari segi sisi dakwahnya, Rasulullah secara tidak langsung memberikan pengertian bahwasanya Islam adalah agama yang benar. [] Khariztma Nuril Qolbi
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah