almuhtada.org – Qasidah burdah merupakan salah satu shalawat karangan imam Al Bushiri yang terdiri dari 160 bait, berisi pujian dan sanjungan yang ditujukan pada nabi Muhammad SAW, qasidah ini menyimpan banyak pelajaran penting dalam kehidupan, salah satunya adalah menjaga hati dan mengendalikan hawa nafsu.
Pada bab ke dua qasidah burdah membahas peringatan tentang bahaya hawa nafsu. Allah telah menciptakan manusia sebagai mahluk paling sempurna karena dianugerahi oleh pikiran dan nafsu sebagai ujian. Dalam karangannya, pesan penting mengenai hawa nafsu ini diibaratkan seperti seorang bayi:
وَالنَّفْسُ كَالطَّفْلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى حُبِّ الرَّضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ
“Nafsu bagaikan bayi, bila kau biarkan akan tetap menyusu. Namun bila kamu sapih, maka bayi akan berhenti sendiri.”
Syair ini memiliki makna bahwa nafsu itu harus di didik sedari kecil, bayi jika dibiarkan menyusu, maka ia akan terus menginginkannya, namun bila disapih secara bertahap, maka bayi akan berhenti dengan sendirinya, sama seperti hawa nafsu, tidak boleh selalu dituruti, tetapi harus diawasi dibimbing dan dibiasakan untuk disiplin sejak dini.
Ketika seseorang lalai dalam menjaga hawa nafsu, semua keinginan dalam dirinya tidak akan pernah cukup meski telah dituruti. Karena harta, jabatan dan kenikmatan dunia tidak akan pernah memuaskan hati seseorang. Bahkan seseorang dapat melakukan hal apapun demi mewujudkan keinginannya, meskipun seandainya seluruh dunia telah dimiliki, nafsu masih merasa kurang.
Sebaliknya, orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, maka ia akan merasakan ketenangan dalam hidupnya. Rasulullah pernah bersabda:
الْمُقْوِيُّ لَيْسَ الَّذِي يَصْرَعُ فِي الْمُقَاتَلَةِ، وَلَكِنَّ الَّذِي يَقْهَرُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat, tetapi orang yang bisa menguasai dirinya saat marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sejalan dengan hal tersebut, para ulama mengatakan bahwa kemenangan sejati bukan berasal dari kemampuan kita dalam mengendalikan orang lain, melainkan berasal dari kemampuan kita dalam mengendalikan hawa nafsu diri sendiri. Inilah salah satu renungan dalam qasidah burdah, kemenangan sejati dimulai dari kemampuan mengendalikan diri dari hawa nafsu. [] Nur Laila Fithriani.











