allmuhtada.org – Sejak awal manusia pertama kali diturunkan di muka bumi ini, perlu kita ingat bersama bahwa ada satu hukum kehidupan yang tidak akan pernah berubah hingga akhir zaman kelak yaitu “siapa yang bersatu, pasti akan kuat”.
Akan tetapi setiap kali kita mengucapkan kalimat tersebut, maka akan muncul pertanyaan kecil di dalam benak hati kita, “Persatuan yang seperti apa dan gimana dulu?”. Yang menjadi persoalan itu tidak semua kebersamaan itu benar-benar melahirkan sebuah kekuatan.
Mungkin saja ada persatuan yang kelihatannya rapi dari luar, akan tetapi kosong di dalamnya maka hal itu seperti gedung yang kelihatannya mewah dan megah tapi tanpa pondasi yang kuat, pasti akan roboh begitu saja apabila terkena hembusan angin atau guncangan.
Oleh karena itu, di zaman sekarang ini kita sering melihat banyak sekali kelompok dan juga perkumpulan besar, mulai dari organisasi, kemudian koalisi, komunitas, semuanya itu terlihat solid dan kompak dari permukaan luarnya.
Terus apakah itu benar-benar yang namanya persatuan? ataukah cuma perkumpulan orang-orang yang berdiri berdekatan satu sama lain, akan tetapi tanpa adanya ikatan hati yang sesungguhnya?, Yuk simak penjelasan berikut ini:
Pertama, Persatuan yang asal-asalan itu pasti akan mudah hilang begitu saja
Dalam hukum ketetapan Allah Swt., manusia sebenarnya berasal dari satu keturunan yang sama yaitu kita semua anak dari Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa.
Didalam Kitab Suci Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat ke-213 yang artinya “Manusia itu adalah umat yang satu. (Kemudian) Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan menurunkan bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu kecuali orang-orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan izin-Nya. Dan Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”
Dari ayat diatas Allah Swt. menjelaskan bahwa perpecahan itu bukan karena kita berbeda secara fisik, misal perbedaan wajah, kemudian warna kulit, ataupun daerah asal kita masing-masing. Akan tetapi yang membuat terpecah justru hawa nafsu yang kita biarkan tumbuh liar di dalam hati dan juga diri kita.
Contoh sederhananya saja, persatuan itu ibarat seperti air jernih yang sumbernya berasal dari mata air pegunungan. Awalnya airnya bening, segar, dan satu aliran yang tenang. Akan tetapi ketika air itu sudah melewati aliran yang penuh bebatuan, alirannya bercabang, dan juga bercampur dengan kotoran, maka kejernihan air itu perlahan akan menghilang. Walaupun begitu masih tetap disebut “air”, akan tetapi sudah tidak sejernih saat pertama kali keluar dari sumbernya.
Begitu juga dengan hati kita sebagai manusia biasa. Selama hati dikuasai hawa nafsu, maka persatuan cuma jadi tampilan baik di luar hanya menjadi formalitas semata, bukan sebuah persatuan sejati yang mana hanya akan terwujud apabila hati kita bersih dari berbagai macam penyakit hati yaitu ego, kemudian sikap iri, dan juga keinginan pribadi.
Kedua, Kenapa Persatuan yang berlandaskan Nafsu tidak pernah Bertahan?
Berikut gambaran yang Allah Swt. sebutkan di dalam Kitab Suci Al-Quran Surat Al-Hasyr ayat ke-14 yang artinya: “Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti.” Dari ayat diatas menjelaskan persatuan yang tampak bersatu dari luar, akan tetapi hati mereka saling berjauhan.
Perlu kita ketahui bahwasanya sebuah persatuan yang dibangun atas dasar kepentingan sesaat itu ibarat sekelompok penjahat yang awalnya sepakat untuk bekerja sama sebelum melakukan aksinya. Dimana mereka itu terlihat kompak satu visi sebelum mendapat dapat hasilnya. Akan tetapi begitu harta itu ada di tangan mereka, maka masing-masing mulai berebut bagian paling besar dengan penuh ego.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi?, Karena apabila hawa nafsu selalu kita turuti maka pasti tidak akan pernah puas. Entah itu nafsu tidak suka untuk berbagi, kemudian tidak mau mengalah, dan juga tidak pernah mau menundukan hawa nafsunya. Selama masing-masing orang itu membawa ambisi masing-masing, maka perpecahan hanya menunggu soal waktu, semoga bermanfaat. [] Alfian Hidayat – Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada Angkatan 5










