Mengapa Umat Muslim Dilarang Berpuasa di Hari Tasyrik? Inilah Alasannya!

ilustrasi gambar sapi yang akan dipakai untuk berkurban (freepik.com -almuhtada.org)
ilustrasi gambar sapi yang akan dipakai untuk berkurban (freepik.com -almuhtada.org)

Almuhtada.org- Idul Adha pada tahun 2025, bertepatan dengan tanggal 6 Juni 2025. Umat islam merayakan hari raya idul adha dengan penuh semangat dan dipenuhi rasa syukur.

Allah juga telah memerintahkan kepada umat-Nya untuk bersyukur terhadap nikmat yang diberikan salah satunya dengan berkurban. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-qur’an sebagai berikut :

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ۝٢

Artinya : ‘’ Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!’’(QS. Al Kautsar : 2)

Setiap yang orang yang berkurban adalah orang yang telah mampu dan menyadari pentingnya nilai ibadah, baik nilai spiritual maupun sosial.

Namun, sebelum merayakan idul adha, umat muslim dianjurkan untuk berpuasa arafah yang memiliki keutamaan yaitu dapat mengampuni dosa selama setahun.

Pada hari ini, Allah juga akan mengabulkan doa orang-orang yang beriman dan menaati segala perintah-Nya.

Setelah hari raya idul adha tepatnya selama tiga hari, Allah mengharamkan umatnya untuk berpuasa yang dinamakan hari tasyrik (11,12, dan 13 Dzulhijjah).

Amalan lainnya yang dapat dilakukan umat muslim pada hari tasyrik seperti berdzikir dan berkurban.

Mengutip dalam situs Majelis Ulama Indonesia (MUI), tasyrik bersal dari kata dalam bahasa arab ‘‘Yaraqqa’’ yang artinya ‘‘matahri terbit atau menjemur sesuatu’’. Hal ini erat kaitannya dengan idul adha.

Penamaan  arti hari tasyrik ini memiliki dua pendapat berbeda yang dikemukakan oleh para ulama.

Pertama, masyarakat pada zaman Rasulullah SAW memanfaatkan daging qurban supaya awet dengan cara menjemur dibawah terik matahari.

Baca Juga:  Yakin nggak mau shalat Tarawih? ini lah Keutamaan Shalat Tarawih di malam ke 11 sampai ke 20

Hal ini dikarenakan belum adanya teknologi untuk mengawetkan daging, seperti lemari pendingin atau kulkas, sehingga masih tradisional agar daging qurban yang melimpah masih dapat diolah dalam jangka panjang.

Kedua, waktu penyembelihan hewan qurban dilakukan setelah sholat idul adha atau matahari terbit. Maka pengertian tasyrik dalam bahasa arab ini sama dengan serangkaian moment penyembelihan hewan qurban.

Allah melarang berpuasa supaya umat muslim dapat menikmati hidangan dari olahan daging qurban tersebut. Hal ini telah dijelaskan dalam hadists Rasulullah SAW sebagai berikut :

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَا لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ

Artinya : ‘‘Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhu, keduanya berkata: “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari Tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan qurban ketika menunaikan haji.” (HR. Bukhari, no. 1859).

Berdasarkan hadits tersebut, terkecuali untuk orang yang sedang menunaikan haji tamattu atau haji qiran dan tidak mampu secara finansial atau keterbatasan lain untuk berqurban maka dapat menggantinya dengan berpuasa.

Waktu yang dilakukan untuk berpuasa yakni selama 10 hari , denga syarat 3 hari saat di Makkah (hari tasyrik) dan 7 hari setelah kembali dari tanah suci.

Ini merupakan bentuk ruksah (keringanan) dari Allah SWT, karena puasa tersebut termasuk wajib untuk pengganti.

Dalam syariat islam memang segalanya dipermudah untuk hal-hal kebaikan yang sifatnya ibadah kepada Allah.

Baca Juga:  Lingkungan Mempengaruhi Kita, Mengapa? Simak Penjelasannya!!

Selain amalan berpuasa untuk orang yang berhaji, umat islam lainnya tetap menunaikan ibadah lain seperti berdzikir dan bermal shaleh.

Terutama bagi yang berqurban harus membagikan dagingnya dengan adil kepada tetangga, keluarga, fakir miskin, dan masyarakat lain juga menjadi bentuk amal sosial yang sangat dianjurkan.

Jadi, ketika kita diberi nikmat oleh Allah, jangan lupa untuk selalu berbagi dan menyulurkan tangannya terutama kepada orang yang kurang mampu.

Karena dengan kita berbagi, tidak akan berkurang sedikitpun kenikmatan kita justru Allah akan menambah dengan berlipat kenikmatan baik dengan bentuk yang sama maupun diganti dengan pahala.

Hal ini juga dijelaskan dalam kitab Al ‘Athiyyatul Haniyyah bahwa:

رُوِيَ، مَنْ اَدْخَلَ عَلَى مُؤْمِنٍ سُرُوْرًا، خَلَقَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ السُرُوْرِ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَلَكٍ، يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Artinya: ‘‘Barangsiapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah SWT menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan untuk meminta ampunan baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain’’.

Inilah bentuk kasih sayang Allah kepada umat-Nya, walaupun membahagiakan orang lain dengan senyuman, itu juga termasuk membahagikan persaan orang lain.

Mengapa melalui malaikat sebagai perantara?

Malaikat merupakan ciptaan Allah yang tunduk, patuh, dan tidak pernah berbuat maksiat. Oleh karena itu jika didoakan oleh banyak malaikat maka doa sangat mudah dikabulkan.

Jadi, berlomba-lombalah umat muslim dalam menebar kebaikan karena nikmat yang Allah berikan sangat besar.

Baca Juga:  Mengenal Jenis-jenis Hukum Sunnah dan Maknanya

Jadikan moment hari raya idul adha ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya dan bentuk kepedulian terhadap sesama.

Dengan memahami larangan dan anjuran di hari tasyrik ini, kita dapat menjalani dan mengisi hari dengan amal shaleh lainnya. Karena dibalik larangan berpuasa, Allah membukakan pintu kebaikan lainnya. []Najwa Khofifahtul Azizah

 

 

 

 

 

Related Posts

Latest Post