Almuhtada.org – Syekh Abdul Qodir Al-Jailani merupakan seorang tokoh sufi, aqidah dan fiqih yang bermadzab Hambali, yang lebih dikenal sebagai sulthonul auliya (Rajanya para ulama) karena kezuhudan dan ketawadhuan beliau.
Beliau dilahirkan di Tobaristan, Iraq, tepat pada tanggal 1 Ramadhan 471 H, dengan nama lengkap Abdul Qadir Ibn Abi Shalih Abdullah Janki Dusat Al-Jailani.
Beliau merupakan tokoh dibalik berdirinya tarekat qadiriyah.
Namun, berbeda dengan pendiri-pendiri tarekat yang lain, Syekh Abdul Qodir Al-Jailani lebih dikenal oleh masyarakat lewat cerita-cerita karamahnya dibandingkan dengan ajaran spiritualnya.
Salah satu cerita karamahnya adalah karamah Diceritakan, suatu ketika, seorang perempuan sowan kepada As-syekh ditemani dengan anaknya dengan harapan agar anaknya dapat berguru ilmu suluk kepada beliau.
Singkat cerita, sang anak kemudian diterima sebagai santri As-syekh, dengan syarat sang anak harus dapat memerangi hawa nafsunya serta meningkatkan kualitas ibadahnya.
Kemudian, suatu hari, sang ibu datang untuk menyambangi sang anak.
Betapa terkejutnya sang ibu karena mendapati anaknya menjadi sangat kurus.
Sang anak juga mengaku dirinya hanya makan roti saja selama dia nyantri kepada Syekh Abdul Qodir Al-Jailani.
Bertambah terkejutlah si ibu dan akhirnya memutuskan untuk sowan kepada sulthonul auliya tersebut.
Setelah masuk ke ndalem, sang ibu lebih terkejut lagi karena melihat tumpukan-tumpukan tulang yang berserakan berada tepat di depan As-syekh.
Marahlah sang ibu karena dilihatnya merupakan suatu hal yang miris apabila para santri hanya makan roti sementara sang guru malah memakan daging.
Sang ibu kemudian meminta penjelasan dari semua ini.
Menanggapi hal tersebut, Syekh Abdul Qodir Al-Jailani kemudian meletakkan tangan beliau di atas tumpukan tulang belulang tersebut seraya berkata,
قُوْمِىْ بِإِذْنِ اللهِ تَعَالٰى الَّذِىْ يُحْيِى اْلعِظَامَ وَهِىَ رَمِيْم
“Maka atas izin Allah, tulang belulang tadi kemudian kembali lagi menjadi ayam utuh yang hidup dan berkokok”
لآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ وَلِيُّ اللهِ
“Tidak Ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah dan Nabi , Muhammad adalah utusan Allah, Syaikh Abdul Qodir kekasih Allah SWT”
Kemudian berkatalah Syekh Abdul Qodir Al-Jailani kepada sang ibu “Kalau anakmu sudah dapat berbuat seperti ini, maka boleh makan sekehendaknya”.
Cerita tersebut hanyalah satu dari ribuan karomah beliau yang menyimpan pelajaran penting bagi para penuntut ilmu.
Kisah ini secara sederhana mengajarkan bahwa kesabaran dan ketaatan adalah prasyarat utama sebelum meraih keberkahan ilmu.
Sang anak santri diuji dengan hidup sederhana sebagai bentuk perjuangan melawan hawa nafsu.
Pernyataan Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, “Kalau anakmu sudah dapat berbuat seperti ini, maka boleh makan sekehendaknya,” menjadi penekanan.
Artinya, sebelum mencapai tingkatan keilmuan spiritual yang tinggi dan menguasai nafsu diri sepenuhnya, seorang murid wajib bersabar, menerima segala ketentuan guru, dan fokus pada peningkatan ibadah. [Moh. Zadidun Nurrohman]