almuhtada.org – Pernahkah kamu menyaksikan kondisi di mana seorang menyarankan yang lain untuk tidak menjadi orang yang terlalu baik? Ketika itu, bagaimana tanggapanmu? Setujukah dirimu dengan itu sebagaimana kebaikan rentan untuk dimanfaatkan, dieksploitasi? Atau justru alih-alih yang baik, kau berpikir seharusnya yang buruklah yang memerlukan perubahan?
Ketika itu, aku ingin meminta orang yang dinasihati itu untuk menjadi mata air. Air adalah kehidupan sebagaimana segala yang hidup bergantung padanya, bahkan sistem alam pun terpengaruh olehnya. Mata air adalah sumber munculnya air, munculnya kehidupan. Ia yang menghidupkan siklus kehidupan.
Sifat air adalah selalu mengalir turun, bukan mendaki puncak. Air mencari celah dalam turunnya supaya menghidupi. Meski bertemu sampah sampai tercemar, mata air terus mengalirkan airnya menuruni lembah menuju lautan lepas, tidak pilih-pilih tanah mana yang perlu dilalui. Mata air patuh pada hukum alam yang menjadikannya terus menghidupi.
Lantas haruskah dia terus diperalat orang lain, sebuah suara menyaut.
Pintaku memintanya untuk menjadi mata air. Sumber munculnya kebaikan. Ketika air telah keluar dari sumbernya, ia menjadi fungsional bagi lingkungannya, tempat yang dilaluinya. Ketika orang menjaganya maka ia akan menghidupi. Ketika dihargai, ia akan menyuburkan tanah menjadi gembur menumbuhkan pepohonan yang rimbun berbuah, kemudian bagi kehidupan di sekitarnya dahaga tak lagi muncul untuk dikhawatirkan.
Namun sekalinya dirusak, ia adalah perusak yang sangat berdampak sebagaimana ia gesit menjalar ke dataran terendah. Ketika ia dicemari maka sekitarnya akan sekarat. Kehidupan itu sendiri akan mati karena penggerak siklusnya tidak menghidupi tetapi menyengsarakan.
Singkatnya mungkin, mata air adalah sumber air yang mana merupakan representasi kebaikan. Namun meski fitrahnya menghidupi, air bertindak sebagaimana cermin berkerja. Ketika dibaiki maka ia akan menunjukan kebaikan, ketika dicemari maka ia secara sendirinya balik menyakiti, dan ketika menyakiti itu tidak serta merta menjadi salah sumbernya. Itu hanya bagaimana alam bekerja.
Lebih jelasnya: senantiasalah berbuat baik, ketika kebaikanmu dijahati maka biarkan Sang Kebaikan yang membalas dengan sendirinya. []Muhammad Irbad Syariyah