almuhtada.org – Ketika dunia menggoda dengan segala rayuan dan nafsu, adakah yang masih bertahan karena takut kepada-Nya?
Godaan dalam hidup sering kali datang saat kita sedang sendiri, jauh dari pengawasan orang tua, teman, atau lingkungan. Tapi saat itu pula keimanan diuji.
Banyak orang merasa bahwa menjaga diri dari dosa besar seperti zina hanya berlaku bagi orang yang sudah tua atau alim. Namun, Islam justru memuliakan mereka yang masih muda, kuat syahwatnya, tapi tetap menundukkan pandangan dan menahan diri karena takut kepada Allah.
Inilah kisah seorang pemuda yang memilih Allah di atas segalanya, bahkan ketika dosa besar ada di depan mata.
Kisah Pemuda dan Wanita Penguasa
Dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, diceritakan kisah seorang pemuda tampan, saleh, dan kuat imannya. Ia bekerja pada seorang wanita bangsawan yang sangat cantik dan terpandang. Karena sering berinteraksi, wanita itu mulai terpikat kepada si pemuda.
Suatu hari, ketika rumah sepi dan pelayan disuruh keluar, wanita itu menggoda sang pemuda. Ia berdandan dengan pakaian yang menggoda dan mengatakan dengan halus, “Pintu-pintu telah dikunci, tidak ada yang akan tahu.”
Namun sang pemuda menjawab lirih, dengan wajah menunduk dan hati yang bergetar:
“Sesungguhnya Tuhanku tidak tidur.”
Wanita itu tertegun. Ucapannya seperti cambuk yang menyadarkan. Ia pun menangis dan merasa malu. Ia menyadari bahwa di balik ketertarikan fisik, ada ruh yang takut kepada Allah. Ia pun bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa wanita itu akhirnya menjadi wanita yang shalihah, dan kisah pemuda ini diangkat sebagai teladan oleh para ulama dari generasi ke generasi.
Di zaman sekarang, godaan datang dari berbagai arah seperti media sosial, lingkungan, bahkan dari orang terdekat.
Tapi kisah ini menjadi pengingat bahwa takut kepada Allah adalah benteng paling kokoh untuk menjaga kehormatan diri.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di hari tiada naungan selain naungan-Nya… di antaranya: Seorang pemuda yang diajak oleh wanita cantik dan terpandang untuk berzina, namun ia berkata, ‘Aku takut kepada Allah.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kisah ini menyiratkan bahwa iman sejati bukanlah yang hanya terlihat dari luar, tetapi diuji saat kita sendirian.
Pemuda itu memiliki kesempatan, suasana mendukung, dan wanita yang siap. Tapi dia memilih Allah. Itu artinya, takut kepada Allah bukan kelemahan, melainkan kekuatan yang paling tinggi dalam diri seseorang.
Jika seseorang mampu berkata “Tuhanku melihatku” di saat godaan begitu kuat, maka ia telah mencapai derajat tertinggi keimanan. Kisah ini mengingatkan kita bahwa cinta sejati bukan kepada maksiat, tapi kepada kemurnian hati yang ingin tetap bersih di hadapan Allah.
Semoga kita bisa menjadi seperti pemuda ini, yang lebih memilih takut kepada Allah daripada mengikuti nafsu sesaat. Sebab, dalam keteguhan itulah, surga menanti.
Wallahu a’lam bish-shawab. [Sahaki]
Editor: Syukron Ma’mun