Almuhtada.org – Kejadian yang telah terjadi dan juga dialami oleh kaum Tsamud merupakan pelajaran penting bagi kita semua di zaman sekarang ini.
Mereka ini adalah kaum yang unggul dalam bidang kemampuan seperti secara intelektual, sikap keberanian yang mereka miliki, dan juga kemajuan teknologi pada masa kejayaannya.
Namun, kita semua sudah mengetahui apa yang menjadi akhir dalam kehidupan dari Kaum Tsamud?
Mereka dihancurkan atas izin Allah SWT. karena lebih memilih kepada jalan yang buta (kesesatan) daripada memilih kepada petunjuk jalan kebenaran yang telah Allah SWT. tetapkan.
Melalui kisah dari Kaum Tsamud, mari kita semua bersama-sama saling merenungi atas kejadian yang terjadi tersebut, bukan hanya mengenai sebuah cerita sejarah saja, akan tetapi sebagai salah satu cermin bagi kehidupan kita semua di era yang modern sekarang ini.
Apakah nantinya kita sedang mengulang sebuah kesalahan dan sejarah kelam yang sama, dengan meninggalkan petunjuk jalan kebenaran dan juga dengan mengikuti segala hawa nafsu yang ada dalam diri kita masing-masing?
Nah, penjelasan berikut ini akan mengajak kepada kita semua untuk senantiasa mengenal dan juga memahami lebih dalam makna yang terkandung di balik kisah dari Kaum Tsamud dan juga penerapannya dalam kehidupan kita sekarang ini.
Yuk cari tahu siapa sebenarnya Kaum Tsamud?
Kaum Tsamud dikenal sebagai salah satu peradaban bangsa yang cukup tangguh yang tinggal di sebuah pegunungan berbatu.
Mereka ini diberikan kelebihan dengan mempunyai keahlian dalam membangun rumah yang terbuat dari batu-batu besar hingga sampai sekarang ini menjadi salah bukti ciri peradaban mereka.
Bahwasanya di dalam Kitab Suci Al-Qur’an Surah Fushshilat ayat ke-17 yang artinya “Adapun kaum Tsamud, Kami telah memberikan petunjuk kepada mereka, tetapi mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk. Maka mereka disambar oleh petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.”, Allah SWT. menjelaskan bahwa Kaum Tsamud telah diberikan petunjuk jalan kebenaran, akan tetapi mereka lebih memilih kepada kebutaan, yaitu sebuah jalan kesesatan.
Mirisnya, Kaum Tsamud yang mempunyai kelebihan berupa kecerdasan yang luar biasa akan tetapi justru malahan lebih memilih untuk meninggalkan panduan petunjuk jalan kebenaran Allah SWT.
Hal Ini menunjukkan bahwasanya dengan mengandalkan sebuah kecerdasan saja yang kita miliki tanpa disertai dengan adanya kesadaran spiritual yang dapat membawa ke dalam jurang kehancuran.
Sebuah kesalahan yang fatal dengan menolak adanya petunjuk jalan kebenaran dengan ciri kecenderungan yang mereka lakukan yaitu dengan mengikuti apa yang menjadi hawa nafsunya dan juga mengabaikan perintah jalan kebenaran yang datangnya dari Allah SWT.
Kaum Tsamud ini telah menyia-nyiakan adanya nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, termasuk hidayah berupa petunjuk jalan kebenaran. Di dalam Kitab Suci Al-Qur’an Surah Maryam ayat ke-59 yang artinya “Maka datanglah setelah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.”, Allah SWT. mengingatkan bahwasanya generasi yang lalai dalam shalat dan juga lebih memilih menuruti hawa nafsu akan menemui kesengsaraan.
Hal tersebut menjadi pelajaran bagi kita semua yaitu betapa sering kali kita melupakan dan juga mengabaikan suatu kewajiban kita dalam menjalankan agama Islam, dengan tergoda oleh hal-hal yang bersifat kehidupan duniawi yang sementara ini, dan juga kadang kita sering lupa bahwa sejatinya ada kehidupan akhirat kelak yang jauh lebih kekal. Satu pertanyaan yang kiranya perlu diri kita masing-masing renungi adalah, apakah diri kita sekarang ini sedang berada dan juga berjalan di jalan yang sama halnya seperti yang telah dilakukan oleh kaum Tsamud?, jawab dalam hati kita masing-masing.
Selanjutnya apakah akibatnya: kehancuran yang menghancurkan tersebut.
Allah SWT. menunjukkan akibat yang ditimbulkan dari pilihan buruk dari kaum Tsamud dengan azab yang diturunkan berupa petir yang menghancurkan mereka.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwasanya kaum Tsamud akan menjumpai sebuah kesengsaraan di dalam alam akhirat, dimana “ghayyan” menjadi simbol penderitaan di dalam neraka kelak.
Yaitu sumur berisi penuh dengan nanah dan juga darah ini disediakan untuk kaum Tsamud yang telah melupakan dan juga mengabaikan adanya jalan petunjuk kebenaran yang datangnya dari Allah SWT, termasuk mereka yang suka berbuat dosa seperti halnya zina, riba, dan juga menjadi saksi palsu.
Gambaran di atas tidak hanya berlaku bagi kaum Tsamud saja, akan tetapi juga untuk kita semua yang kadang mengulangi sebuah kesalahan yang sama juga. Dalam kehidupan zaman modern sekarang ini, dosa-dosa diatas kadang-kadang masih kita lakukan, sering kali dibungkus dengan dalih kemajuan atau hak pribadi.
Dari kisah kaum Tsamud menjadi refleksi bagi generasi kita sekarang ini. Dalam era kemajuan digital yang pesat ini, dimana kita semua mempunyai akses ke berbagai banyak ilmu dan juga informasi. Akan tetapi, apakah diri kita ini benar-benar sudah menggunakan pengetahuan tersebut untuk senantiasa mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, atau justru malahan menjauh dari petunjuk-Nya?
Sebagai contoh sederhananya, kadang dari diri kita sering larut dalam dunia maya, kemudian juga menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau produktif, dan juga melupakan tanggung jawab dalam menjalan agama Islam. Kita perlu tanyakan kepada diri kita sendiri, apakah diri kita selama ini sudah menggunakan kecerdasan yang kita punya dan juga menggunakan teknologi dengan bijak dan benar, atau justru malah mengulang kesalahan yang sama dilakukan oleh kaum Tsamud yang lebih mengutamakan akan kehidupan dunia dan juga melupakan adanya kehidupan akhirat kelak?
Jadi, dari kisah kaum Tsamud mengingatkan kepada diri kita semua bahwasanya kehidupan ini adalah pilihan.
Yaitu pilihan untuk mengikuti petunjuk jalan kebenaran yang datangnya dari Allah SWT. atau malah menuruti segala hawa nafsu. Pilihan dengan mengikuti petunjuk Allah SWT. untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan juga akhirat kelak, atau justru terjebak dalam kesenangan kehidupan dunia yang fana dan juga sesaat yang berujung pada sebuah kehancuran.
Generasi kita di zaman sekarang ini mempunyai kesempatan emas untuk senantiasa belajar dari sebuah kesalahan yang terjadi di masa lalu. Dengan memahami kisah dari kaum Tsamud, maka mari kita semua untuk senantiasa memprioritaskan hidayah petunjuk yang datangnya dari Allah SWT. di atas segalanya, dengan memanfaatkan kecerdasan dan juga kemampuan yang kita miliki sekarang ini untuk melakukan hal-hal yang diridhai oleh Allah SWT.
Oleh karena ini kehancuran yang dialami oleh kaum Tsamud bukanlah hanya sekadar kisah sejarah belaka saja, akan tetapi menjadi peringatan yang relevan sepanjang zaman kehidupan manusia di dunia ini. Kaum Tsamud menjadi contoh bukti nyata bahwasanya kecerdasan yang kita miliki sekarang ini tanpa diiringi dengan bimbingan ilahi maka hanya akan membawa diri kita pada sebuah kehancuran.
Jadi, Sebagai generasi yang hidup di zaman modern sekarang ini, kita semua mempunyai tanggung jawab untuk tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan oleh Kaum Tsamud.
Mari bersama-sama jadikan dari kisah diatas sebagai sebuah pelajaran bagi diri kita semua untuk selalu meningkatkan kesadaran spiritual dalam menjalankan agama Islam dengan baik dan benar serta menata hidup kita menuju ke keridhaan Allah SWT, Aamiin. [] Alfian Hidayat