almuhtada.org – Para Nabi dan Rasul terjaga dari dosa besar maupun kecil oleh Allah. Mereka juga dijauhkan dari kekufuran dan kesalahan fatal dalam keputusan.
Namun, sebagian orang keliru memahami kisah Nabi Sulaiman dan bayi. Mereka menganggap beliau berniat menyuruh membunuh bayi tanpa alasan syar’i.
Padahal, hal itu mustahil karena para Nabi memiliki sifat ‘ishmah. Mereka tidak mungkin memerintahkan sesuatu yang melanggar hukum Allah.
Kisah ini sesungguhnya menunjukkan kecerdasan Nabi Sulaiman yang luar biasa. Beliau menggunakan strategi khusus untuk mengungkap kebenaran yang tersembunyi.
Dalam hadis riwayat Bukhari Muslim, dijelaskan peristiwa antara dua perempuan. Mereka berselisih karena seorang bayi yang masih hidup.
Seekor serigala telah memangsa salah satu bayi dari mereka. Kedua wanita itu kemudian saling klaim atas satu bayi yang tersisa.
Nabi Dawud memutuskan bahwa bayi itu milik wanita yang tua. Namun keputusan ini berdasarkan pada kondisi yang tampak saat itu.
Ketika dibawa kepada Nabi Sulaiman, beliau menggunakan pendekatan berbeda. Ia meminta pisau dan menyatakan akan membelah bayi itu. Wanita muda langsung menangis dan rela melepaskan bayinya. Ia lebih memilih kehilangan anak daripada melihatnya mati.
Nabi Sulaiman lalu memutuskan bayi itu adalah milik wanita muda. Beliau tidak sungguh-sungguh ingin menyakiti sang anak. Menurut Ibnu Hajar Asqalani, keputusan Nabi Dawud berdasarkan bukti yang ada. Mungkin bayi itu sedang dipegang oleh wanita tua saat itu.
Imam Nawawi menjelaskan bahwa tindakan Nabi Sulaiman adalah siasat cerdas. Tujuannya untuk memperjelas siapa ibu kandung yang sebenarnya. [Berliana Salwa Auliya]