Saat Uluran Tangan Menjadi Titik Balik

Ilustrasi gambar orang yag sedang mengulurkan tangannya (pixabay.com - almuhtada.org)

Almuhtada.org-Seseorang pasti pernah merasa pikiran terasa begitu buntu, seolah setiap jalan keluar tertutup kabut tebal. Masalah yang menghimpit begitu kuat dan bahkan stuck. Rasanya seperti berada di persimpangan tanpa tanda, tak tahu harus melangkah ke mana.

Terkadang, rasanya semua usaha sia-sia, sekeras apa pun mencoba, tetap saja terjatuh. Rasanya begitu lelah, seperti berjalan di atas pasir hisap yang perlahan menelan setiap langkah. Di saat seperti ini, dunia terasa begitu sepi, meski kenyataannya orang-orang tetap berlalu-lalang di sekitar. Hanya saja, tak seorang pun benar-benar tahu apa yang terjadi di dalam diri.

Namun di titik paling gelap itulah, sebuah uluran tangan betapapun kecil dan sederhana bisa menjadi cahaya yang mengarahkan jalan pulang. Entah itu melalui pesan singkat, kehadiran diam yang tak menuntut apa-apa, atau sekadar seseorang yang mau mendengar tanpa menghakimi. Uluran tangan itu mungkin tidak menyelesaikan semua masalah, tapi seringkali, cukup untuk mengingatkan bahwa kita tak benar-benar sendiri.

Terima kasih untuk yang hadir di saat segalanya terasa runtuh. Yang tetap tinggal, bahkan ketika diri tak mampu menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Hadirmu menjadi penguat, meski tanpa banyak kata.

Mungkin terdengar munafik ketika dulu pernah ada fikir menjadi mandiri berarti tidak perlu siapa-siapa dan harus mampu melakukan segalanya sendiri. Namun, perlahan sadar bahwa diri ini pun memiliki banyak kekurangan, dan ada kalanya bantuan orang lain menjadi sangat berarti.

Baca Juga:  Melatih Kesabaran untuk Menuju Kemuliaan dan Pertolongan Allah

Ternyata dituntut untuk selalu sempurna itu melelahkan. Namun, jika tujuan hidup adalah menjadi pribadi yang bermanfaat, maka segala lelah yang dirasakan akan terasa lebih bermakna. Menjadi berguna bagi orang lain jauh lebih indah daripada sekadar tampak tanpa cela. Dalam Islam pun dijelaskan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Sadar akan hal itu, sedikit mulai memahami bahwa menjadi manusia bukanlah sekadar hidup, bekerja, lalu mati. Keberadaan  akan lebih berarti jika mampu memberi dampak positif bagi orang lain.

Manusia memang tidak akan pernah sempurna, namun setiap kebaikan yang dilakukan, sekecil apa pun, dapat menjadi cahaya bagi orang lain. Ketika menanamkan niat untuk selalu menghadirkan manfaat dalam setiap langkah, maka hidup pun akan terasa lebih lapang dan penuh makna. Kita hidup bukan untuk sekadar memenuhi ambisi pribadi, tapi juga untuk hadir sebagai jawaban atas doa-doa orang lain.

Maka, mari terus belajar menjadi manusia yang lebih peduli, lebih peka, dan lebih berempati. Karena hidup bukan tentang seberapa banyak yang dimiliki, tetapi seberapa banyak yang bisa kita berikan. Ketika meninggalkan dunia ini kelak, bukan kesempurnaan yang akan dikenang, melainkan seberapa besar manfaat yang pernah kita tebarkan. Itulah warisan sesungguhnya, kebaikan yang tetap hidup dalam ingatan dan hati orang lain.

Terima kasih, Uluran tanganmu adalah titik balik yang mengingatkan bahwa harapan masih ada, bahkan ketika nyaris tak bisa menemukannya sendiri. Dan mungkin, suatu saat nanti, diri ini bisa menjadi uluran tangan itu bagi orang lain.[]Ahmad Firman Syah

Baca Juga:  Waspadalah! Ternyata Ini Alasan Rezeki Menjadi Seret

 

 

Related Posts

Latest Post