The Future It’s Not Ours to See, Que Sera Sera

ilustrasi orang-orang yang sedang bernyanyi (Pinterest.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – “Que sera, sera, whatever will be, will be. The future’s not ours to see. Que sera, sera.”

Kalimat itu sederhana. Nyanyian lama yang ringan, namun tak lekang oleh waktu. Mungkin karena di balik kelembutannya, tersembunyi kebenaran yang terlalu tajam untuk kita akui: bahwa masa depan adalah misteri, dan bukan milik kita untuk diatur sesuka hati.

Manusia adalah makhluk waktu. Kita hidup dalam kenangan masa lalu dan kekhawatiran akan masa depan. Kita membiarkan diri terseret oleh penyesalan dan ambisi, seolah-olah waktu adalah sesuatu yang bisa kita genggam atau ubah. Padahal kenyataannya, yang ada di tangan kita hanyalah satu: sekarang.

Saat ini, momen ini, detik yang sedang berlangsung ketika mata ini membaca baris demi baris. Inilah satu-satunya waktu yang nyata. Namun ironisnya, inilah yang paling sering kita abaikan.

Kita berpikir bahwa dengan merancang rencana dan mempersiapkan segalanya, kita bisa menaklukkan waktu. Kita lupa bahwa hidup tidak pernah benar-benar bisa dikendalikan. Masa depan akan datang dengan caranya sendiri, kadang lembut, kadang menggemparkan. Dan kita? Hanya bisa berdiri di tengahnya, mencoba menerima, memahami, dan melangkah dengan apa yang kita punya hari ini.

Que sera, sera bukan tentang menyerah. Ini tentang mengakui bahwa tidak semua hal bisa diprediksi, dan bahwa menerima ketidakpastian adalah bentuk kedewasaan. Ini adalah pelukan lembut kepada diri sendiri yang terlalu lelah menebak-nebak apa yang akan terjadi.

Baca Juga:  Manajemen Waktu dengan Metode Skala Prioritas bagi Mahasantri

Maka mari berhenti sejenak. Tarik napas. Rasakan momen ini. Apa pun yang akan terjadi, biarlah terjadi. Karena masa lalu telah pergi, masa depan belum datang, dan satu-satunya milik kita… adalah sekarang. []M Rayn

Related Posts

Latest Post