Kisah Pengkhianatan Ja’dah binti Al-Asy’ats kepada Suaminya, Hasan bin Ali

Gambar Ilustrasi Seorang Hasan bin AliSumber Gambar: freepik.com

almuhtada.org – Hasan bin Ali merupakan salah satu cucu Rasulullah SAW yang penuh kemuliaan. Beliau ini terkenal sebagai seorang yang memiliki kelembutan, keberanian, dan kebijaksanaan. Akan tetapi kemuliaan-kemuliaan dan juga kebaikan yang dimiliki oleh beliau ini tidak akan pernah cukup bagi seseorang yang memiliki hati tamak, seperti istrinya yang didalam jiwanya dikuasai ambisi dunia.

Ja’dah binti Al-Asy’ats adalah nama istrinya. Dia merupakan seorang wanita yang tidur di sisinya, yang selalu berbagi kesedihan dan juga kebahagiaan dengannya, yang seharusnya menjadi pendamping setia. Namun, Ja’dah ini justru mengkhianatinya karena menginginkan sebuah harta, tahta, dan kuasa yang sebenarnya semua itu hanyalah tipu daya.

Baca Juga:  Bercanda dengan Teman di Alam Terbuka Terbukti Efektif Mengurangi Stres

Di sisi lain, seorang penguasa Bani Umayyah melihat Hasan sebagai penghalang, dia yaitu Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Selama Hasan masih hidup, Mu’awiyah tidak bisa dengan mudah mewariskan tahtanya kepada putranya, Yazid. Maka, Mu’awiyah menyusun sebuah rencana kotor, akan tetapi bukan dengan pedang ataupun perang, tetapi dengan rayuan yang menargetkan kelemahan seorang wanita.

Mu’awiyah mengirim utusan kepada Ja’dah, dan menjanjikannya kekayaan melimpah dan pernikahan dengan Yazid sang pangeran, dengan satu syarat yaitu ia harus meracuni suaminya, Hasan. Ja’dah pun termakan oleh janji-janji manis itu hingga membuatnya melupakan lelaki yang telah berbagi hidup dengannya. Dia pun memberikan racun kedalam makanan atau minuman yang ia sajikan untuk suaminya.

Baca Juga:  Membedah Kandungan QS Al-Baqarah ayat 284 hingga 286, Kekuatan dan Pertolongan Datangnya dari Allah SWT

Racun itu mulai bekerja perlahan didalam tubuh Hasan bin Ali yang kemudian membuatnya muntah darah dan tubuhnya yang semakin melemas, akan tetapi beliau masih sadar akan apa yang terjadi. Beliau tahu, jika istrinya ini telah mengkhianatinya. Dalam kesakitan, beliau memanggil saudara-saudaranya dan berpesan “Jangan ada pertumpahan darah karena aku”. Beliau lebih memilih untuk menyerahkan keadilan kepada Allah SWT bukan kepada manusia.

Pada saat Hasan wafat, Ja’dah dengan penuh percaya diri datang kepada Mu’awiyah untuk menagih janjinya. Namun, yang menantinya bukan mahkota atau kemewahan dunia, melainkan sebuah tamparan dari kenyataan. Mu’awiyah menatapnya dan berkata “Wanita yang mengkhianati Hasan, tidak akan pernah setia kepadaku”. Semua janji itu hanyalah ilusi, setelah menghancurkan satu hati, Ja’dah justru dibuang kedalam kehinaan. Tidak ada istana, tidak ada Yazid, yang ada hanya penyesalan yang tidak berujung seumur hidupnya.

[] SAHRUL MUJAB

Related Posts

Latest Post