almuhtada.org – Di setiap langkah kehidupan, pastinya kita akan selalu mendapati berbagai macam harapan dan impian.
Setiap manusia pastinya mempunyai harapan dan impian yang berbeda. Akan tetapi, satu hal yang mungkin sama adalah setiap orang yang mempunyai harapan dan impian pastinya akan mengusahakannya dengan sebaik mungkin.
Setiap manusia akan berusaha, berdoa, dan melakukan yang terbaik untuk mencapai hal yang diinginkannya. Akan tetapi, sering kali kita lupa bahwa di balik setiap ikhtiar, ada ketentuan Allah SWT yang mengiringi.
Ikhtiar adalah salah satu bentuk tanggung jawab manusia untuk mengusahakan segala hal yang diingini. Misalnya kita mau study lanjut, pastinya kita harus belajar dengan tekun, dan lain sebagainya.
Ikhtiar tidak hanya terbatas bata ikhtiar lahir. Akan tetapi juga ikhtiar batin. Semua ikhtiar boleh dilakukan. Akan tetapi, satu hal yang harus kita ingat bahwasanya kita harus senantiasa ikhlas menerima apa pun hasil yang Allah SWT tetapkan untuk kita.
Ikhlas itu bukan berarti pasrah tanpa adanya usaha. Akan tetapi, ikhlas merupakan bentuk pasrah yang didasari keyakinan kepada Allah SWT akan selalu memberikan hasil yang terbaik.
Terkadang, hasil yang kita harapkan tidak sesuai dengan keinginan. Saat itu terjadi, di situlah keikhlasan kita diuji.
Meyakini bahwa Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita akan membuat hati kita menjadi tenang.
Satu hal yang perlu diingat bahwasanya harapan boleh setinggi langit, usaha harus maksimal. Akan tetapi, tetap sediakan ruang ikhlas dalam hati untuk menerima segala kemungkinan yang terjadi dengan penuh kelapangan.
Ingat, kita itu hanya bisa merencanakan. Akan tetapi, Allahlah yang menentukan.
Percayalah bahwasanya setiap pemberian Allah SWT itu baik bagi hambanya. Allah SWT juga tidak akan pernah menzalimi hamba-Nya sendiri.
Oleh karena itu, bersemangatlah dalam berikhtiar tanpa takut gagal. Gagal bukan akhir dari segalanya. Yang terpenting adalah menjaga hati agar tetap ikhlas agar jauh lebih tenang dan mampu menerima segala hal. Wallohua’lam bisshowab. [Mirzalul Umam]
Editor: Syukron Ma’mun