Almuhtada.org – Syarif Hidayatullah, yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, adalah ulama yang sering berdakwah di wilayah Cirebon, Jawa Barat.
Beliau dilahirkan pada tahun 1448 di Pasai, Aceh, namun ada pula yang berpendapat bahwa kelahirannya terjadi di Makkah.
Darah bangsawan dari kerajaan Pasai mengalir dalam dirinya, dan beliau juga merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW melalui Sayyidina Husain, putra Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah binti Rasulullah.
Sebelum berdakwah di Cirebon, persiapan ilmu dilakukan oleh Sunan Gunung Jati di Pasai, Aceh.
Beliau kemudian melanjutkan pendidikan ke Makkah pada tahun 1468 M saat berusia 20 tahun, di sana beliau menimba ilmu dari ulama Makkah dalam bidang tafsir, tasawuf, ilmu hadist, dan fikih.
Setelah selesai menimba ilmu, beliau pulang ke kerajaan Samudra Pasai, namun singgah terlebih dahulu di Champa.
Setelah singgah, perjalanan diteruskan untuk kembali ke Aceh, di sana beliau melanjutkan belajar dengan berguru pada Sayyid Maulana Ishaq.
Selain ilmu, beliau juga diajarkan strategi dakwah yang sangat penting bagi keberlanjutan dakwahnya di Pulau Jawa.
Setelah merasa siap, dakwah di Pulau Jawa pun dimulai oleh Sunan Gunung Jati.
Dari Pasai, beliau menuju Demak, di mana koneksi dengan ulama dan pemimpin kerajaan Demak dibangun.
Di sana, beliau bertemu dengan Syekh Bahrul Amin Demak yang menyarankan beliau untuk berguru pada Sunan Ampel.
Berdasarkan saran tersebut, Sunan Gunung Jati pergi ke Surabaya untuk belajar lagi pada Sunan Ampel.
Di bawah bimbingan Sunan Ampel, hubungan yang erat terjalin, dan beliau mempelajari tafsir Al-Quran, hadist, tasawuf, serta strategi dakwah.
Setelah menimba ilmu dari Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati melanjutkan dakwahnya di Cirebon.
Dalam berdakwah, beliau dikenal sebagai ulama yang menghormati budaya lokal, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, serta menunjukkan kebijaksanaan dalam memimpin dan memenangkan hati masyarakat.[Dani Hasan]