Pentingnya Sifat Gemati dan Tepa Selira dengan Sesama Manusia, Begini Ajaran Rasulullah SAW!

menerapkan sifat gemati dan tepa selira
Gambar ilustrasi menerapkan sifat gemati dan tepa selira (Dok. Pribadi - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Pernahkah kamu mendengar kata gemati dan tepa selira? Ternyata keduanya merupakan sifat yang harus dimiliki oleh seseorang.

Sifat ini mengajarkan kita untuk menjaga perasaan satu sama lain, lalu bagaimana dengan definisinya? Yuk simak!

Gemati berasal dari bahasa jawa yang berarti kasih sayang. Kata ini biasa digunakan untuk menjelaskan seseorang yang penyayang, perhatian, dan peduli terhadap sesama.

Secara mendalam sifat gemati berarti sifat memberi tanpa meminta imbalan.
Sedangkan tepa selira merupakan sifat seseorang ketika ia mampu merasakan perasaan orang lain dan tidak menyinggung perasaannya.

Dalam istilah lain tepa selira diartikan sebagai sikap saling menghormati satu sama lain.

Kedua sifat di atas sangat mencerminkan seorang muslim yang sejati, dimana sebagai sesama saudara harus memiliki rasa senasib sepenanggungan.

Bahkan sifat seperti ini sudah diterapkan oleh para pahlawan terdahulu dalam mewujudkan kemerdekaan.

Berbicara soal gemati dan tepa selira, pernahkan kamu bertanya kepada diri sendiri, “Bagaimana reaksi kamu ketika mendengar seseorang menangis tersedu-sedu, saat sedang ujian sekolah?”.

90 dari 100 orang akan mengumpat di dalam hati karena merasa terganggu dengan suara tangisan tersebut.
Berbeda dengan sifat Rasulullah, saat Rasulullah solat mendengar tangisan anak kecil kemudian beliau meringkas solatnya dan bergegas menghampiri anak kecil yang menangis.

Ini menunjukkan betapa besar rasa kasih sayang Rasulullah SAW terhadap sesama.

Baca Juga:  Pentingnya Persaudaraan Dalam Islam dan Cara Menjaga Hubungan Rekan Seiman Yang Kuat, Simak Penjelasannya!

Syarah Al-Nawawi ‘Ala Al-Muslim juga menceritakan tentang bagaimana rasa kasih sayang Nabi pada putranya, Ibrahim, yang meninggal di usia 16 bulan.

Nabi juga memberikan perhatian saat mengajarkan Al-Quran kepada anak. Hal ini sebagai bentuk sifat gemati Rasulullah terhadap anak -anak.

Gemati dan tepa selira tidak melulu soal kasih sayang, melainkan bukti kesabaran seseorang.

Abu Hamid Al-Ghazali juga mengatalan:

«ومن نظر في أقوال الرسول صلى الله عليه وسلم، وما ورد من الأخبار في اهتمامه بإرشاد الخلق، وتلطفه في جر الناس بأنواع الرفق واللين واللطف، إلى تحسين الأخلاق وإصلاح ذات البين، وبالجملة إلى ما يصلح به دينهم ودنياهم حصل له علم ضروري، بأن شفقته صلى الله عليه وسلم على أمته أعظم من ‌شفقة الوالد على ولده»

Artinya:

Bahwa, siapa saja yang memahami betul seluruh tindak lampah Nabi, akan mengetahui secara dhoruri (pasti), bahwa rasa gemati Nabi pada umatnya, lebih dari rasa gemati orang tua pada anaknya. Demikian kata Al-Ghazali dalam kitabnya, Al-Munqidz min Al-Dhalal.

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk senantiasa bijaksana dan mawas diri terhadap suatu hal.

Dengan menjaga sifat tepa selira dalam diri, maka hubungan sosial satu sama lain akan terjalin dengan harmonis. Karenanya tepa selira juga sangat wajib diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kebanyakan dari kita salah kaprah dalam suatu hal. Banyak orang yang membutuhkan validasi orang lain, padahal validasi dari orang lain tidak selamanya benar.

Baca Juga:  Menjelang Akhir Puasa, Yuk Tingkatkan Ibadah di 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Namun, ada baiknya kita sebagai seorang muslim mampu memilah manakah sifat yang harus kita terima atau bahkan sebaliknya.
Kita juga harus menerapkan sifat bersyukur dimanapun kita berada.

Adanya sifat bersyukur akan memunculkan sifat positif baru. Dimulai dari positive thinking akan memunculkan perasaan memahami satau sama lain. [] Eka Diyanti

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post