Sering Merasa Cemas dan Tidak Tenang? Mari Tadabburi Surah Al-An’am ayat 82

Perasaan Cemas dan Tidak Tenang
Gambar Ilustrasi Perasaan Cemas dan Tidak Tenang (Freepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Cemas, rasa takut, tidak tenang dan trauma pasti pernah dialami oleh semua manusia, sebab kita ini makhluk sosial yang diberikan rasa emosional.

Tetapi ada sebagian kasus dimana kondisi-kondisi psikologis tersebut dirasa terlalu berlebihan dan orang yang mengalaminya kesulitan dalam menjalankan hari-hari yang normal. Entah penyebabnya adalah tekanan sosial dari lingkungan, trauma masa lalu ataupun kekerasan yang pernah dilihat dan dialami.

Bahkan penderita kecemasan yang berlebihan ataupun orang yang merasa dirinya tidak mendapat ketenangan selama hidup di dunia, ia akan melakukan bunuh diri sebagai langkah terakhir untuk mengakhiri penderitaan.

Kemudian ada juga yang mengalihkan rasa cemas dan ketidak tenangan dalam dirinya dengan cara yang salah seperti memakai narkoba, alkohol, seks bebas dan lain sebagainya.

Namun, sebagai ummat muslim kita tidak boleh menyembuhkan rasa cemas, takut dan trauma dengan jalan yang salah apalagi bisa menjerumuskan pada kesesatan.

Nah, maka dari itu mari kita tadabburi ayat Al-Qur’an dalam surah Al-An’am ayat 81-82 berikut ini sehingga kita bisa menemukan obatnya.

وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا ۚ فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Terjemah: “Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (ketenangan), jika kamu mengetahui? (QS. AL-An’am : 81)

Baca Juga:  Ikatan Sihir Orang Yahudi Kepada Rasulullah SAW, Berikut Asbabun Nuzul dari Q. S. An-Nas

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Terjemah: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan (ketenangan) dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. Al-An’am : 82)

Dalam surah Al-An’am ayat ke 81 dikisahkan ada dua golongan, yang pertama adalah golongan orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan selainnya dan yang kedua adalah golongan orang-orang yang takut dan taat kepada Allah SWT.

Kemudian diakhir ayat dikatakan siapakah orang yang mendapat keamanan (ketenangan) diantara kedua golongan tersebut.

Lalu pertanyaan tersebut dijawab pada ayat ke 82 bahwa orang-orang yang mendapat ketenangan itu adalah orang-orang yang tidak mencampuradukkan iman dengan kezaliman.

Nouman Ali Khan dalam penjelasannya memaknai lebih luas konteks tentang orang-orang yang tidak mendapat ketenangan jiwa itu adalah selain mereka yang syirik (mempersekutukan Allah), juga mereka yang menderita depresi, kecemasan, trauma, kesedihan, kemarahan dan ketakutan.

Beliau mengatakan iman dan ketenangan jiwa itu memiliki keterikatan, saat iman dalam kondisi yang baik maka kondisi psikologis juga akan merasa tenang.

Hal ini dibuktikan pada ayat ke 82 bahwa mereka yang mendapat ketenangan jiwa adalah orang-orang yang tidak mencampuradukkan iman dengan kezaliman. Nouman Ali Khan menafsirkan kezaliman disini artinya dengan tidak bertindak semena-mena terhadap orang lain dan tidak mengganggu orang lain.

Baca Juga:  Beginilah Keterkaitan Surah An-Naas dan Kehidupan Manusia

Ketenangan jiwa diperoleh saat kita fokus untuk kebahagiaan diri sendiri, fokus untuk memperbaiki diri dan selalu berusaha untuk menangkal seluruh energi negatif yang bisa muncul karena faktor dari dalam (diri) maupun dari luar (lingkungan).

Semua rasa cemas, takut dan depresi sebenarnya bisa ditekan dan dihindari oleh kita sendiri, karena ini adalah cara kita dalam mengolah energi negatif dan energi positif.

Selama kita tidak melakukan keburukan dan ketidakadilan pada orang lain maka yakinlah ketenangan itu pasti bisa kita capai.

Atau ternyata kondisi emosional semakin terpuruk, maka langkah yang tepat adalah dengan melakukan konsultasi dengan psikolog ataupun psikiater dan carilah lingkungan yang sekiranya positif dan mendukung proses kesembuhan tersebut.

Ustadz Muhammad Faizar adalah seorang ahli ruqyah dan pengobatan Al-Qur’an, ia pernah mengatakan bahwa terkadang ada beberapa pasien yang pernah ditemunya itu tidak selalu mengalami gangguan mistis (jin) tetapi ada juga yang mengalami gangguan psikologis dengan latar belakang luka masa kecil, luka masa lalu, dendam, trauma dan sebagainya.

Ia menyarankan bagi pasien dengan gangguan emosional tersebut agar bisa berdamai dengan dirinya terlebih dahulu, kemudian lakukan pengobatan dengan psikolog atau psikiater, dan terakhir perbaiki iman atau keyakinan terhadap Allah atas segala takdir, bahwa apa yang menimpa kita merupakan ujian hidup di dunia dan Allah pasti akan membalasnya dengan kebaikan selama kita ikhlas serta senantiasa meminta pertolongan hanya pada Allah.

Baca Juga:  Hikmah dan Makna Surat Al-Fatihah dalam Kehidupan Sehari-hari

Nah, disini kita bisa menemukan bahwa obat ketenangan jiwa adalah iman. Selama kita menjaga iman dengan baik maka rasa cemas, takut, ataupun depresi bisa dihindari.

Teman-teman sejatinya obat terbaik seorang muslim ketika sakit adalah dengan sabar dan sholat. Sebab sabar membawa kita pada keikhlasan hati dan kelembutan (iman) atas segala sakit yang kita derita. Dan sholat sebagai bentuk memohon pertolongan pada Allah atas segala hal yang menimpa kita.

Jadi jangan merasa cemas dan takut lagi ya, karena pertolongan Allah itu sungguh dekat dan datang dari arah yang tidak kita sangka-sangka. Cobalah untuk berdamai dengan diri sendiri dahulu, kemudian perbaiki iman dan hati kita, lalu jangan ragu untuk meminta pertolongan pada Allah dan orang sekitar yang kita percayai.

“orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Rad : 28). [] Andhika Putri Maulani

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post