Almuhtada.org – Dijelaskan dalam fatwa Al Lajnah Ad Daimah;
مأخوذة من عان يَعين إذا أصابه بعينه ، وأصلها : من إعجاب العائن بالشيء ، ثم تَتبعه كيفية نفْسه الخبيثة ، ثم تستعين على تنفيذ سمها بنظرها إلى المَعِين
Artinya: “Ain dari kata ‘aana – ya’iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respons jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut,” (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).
Penyakit ain atau penyakit mata jahat adalah kondisi di mana mata mengalami sakit yang disebabkan karena seseorang merasa iri dan dengki terhadap pencapaian kita termasuk apapun yang kita dapatkan yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan orang yang terdampak.
Iri dengki adalah keadaan di mana kita merasa jengkel, tidak nyaman saat orang lain memiliki kelebihan dan kita berharap kelebihan itu hilang dari mereka. Jika hati selalu iri dengki maka hati bisa jadi busuk dan bisa mempengaruhi matanya sehingga terjadilah penyakit ain atau mata jahat.
Ain bisa menyerang siapa saja, baik anak kecil, orang dewasa, artis, orang biasa, orang kaya, bahkan orang yang berilmu sekalipun. Dengan kata lain, bahwa penyakit ain tidak pandang buluh.
Penyakit ain merupakan penyakit tidak kasat mata, berbahaya dan sulit untuk disembuhkan. Efek dari penyakit ain ini bermacam-macam, bisa membuat orang yang dipandang celaka, sakit, bahkan kematian.
Nabi Muhammad saw. bersabda dalam sebuah hadits;
“Ain adalah haq (benar). Seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, niscaya ainlah yang bisa mendahuluinya.” (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Kata kunci agar terhindar dari penyakit ain yaitu jangan lihat orang yang ada di atas kita, tapi lihatlah orang yang di bawah kita karena itu akan memudahkan kita dalam mensyukuri nikmat Allah. Karena jika sudah disyukuri maka akan ditambah oleh Allah. Allah sudah menentukan rezeki kita masing-masing. Maka janganlah kita cemburu terhadap pencapaian orang lain, karena itu sudah Allah aturkan.
Rasulullah bersabda, “Mayoritas umatku adalah meninggal tapi sebabnya adalah ain.”
Utsman bin Affan pernah melihat anak kecil gagah sekali wajahnya, namun karena gagahnya anak itu dihias lagi dengan baju yang gagah hingga menjadi seperti perempuan yang sangat menarik. Utsman lalu berkata; tidakkah kalian letakkan di bawah bibrnya arang agar tidak ada sedikit yang membuat orang hasud (dengki) dengannya.
Ciri-Ciri
Berikut adalah ciri-ciri seseorang terkena penyakit ain:
- Ada perubahan rona wajah (as-saf’ah), baik rona wajahnya kepucatan, kegelapan, atau bahkna kekuningan.
- Merasakan kedutan di sekujur tubuhnya seolah-olah ada sesuatu yang sedang berlari di dalam tubuhnya.
- Senantiasa berkeringat di malam hari wlau di suhu ruang yng dingin.
- Merasakan disfungsi di Sebagian organ tubuhnya.
- Adanya perubahan pola kejiwaan di dalam dirinya.
- Lesu dan malas-malasan.
- Suka menyendiri dan suka tidur.
Cara Mencegah
Untuk terhindar dari ‘ain, Rasulullah mengajarkan umatnya untuk membaca doa:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
Artinya: “Aku memohon perlindungan kepada Allah untuk kamu dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari semua setan dan binatang yang berbahaya serta dari ain yang mencela,” (HR Bukhari)
Doa tersebut sering dibaca Rasulullah untuk memohon perlindungan dari Allah untuk cucunya, Hasan dan Husein, dari penyakit ain.
Selain itu, penyakit ain dapat dicegah dengan melakukan hal-hal berikut.
- Jika melihat sesuatu yang menakjubkan maka jangan lupa untuk mengatakan مَاشَاءَ الله karena sejatinya sesuatu yang baik itu merupakan milik Allah.
- Tidak memamerkan kekayaan, pencapaian, kesenangan di depan orang lain yang bisa memunculkan ketakjuban atau kekaguman bagi mereka yang melihat, karena kita tidak tahu apakah mreka akan ikut senang atau malah iri dan dengki sehingga dikhawatirkan bisa memunculkan penyakit ain.
- Senantasa berdzikir, berdoa, ddan jangan lupa membaca surat muawidzatain (al-falaq dan an-nas)
- Beristighfar dan memohon ampun kepada Allah atas segala sesuatu yang ia lakukan atau ia miliki baik omongan kita, perilaku, keluarga, jabatan, ataupun harta. [] Alya Rosadiana
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah