Almuhtada.org – Abi Qudamah merupakan seorang yang selalu berjihad dan selalu mengajak orang-orang untuk berjihad. Sesaat setelah berjihad, Abi Qudamah berkunjung ke salah satu masjid dan ditanya oleh salah seorang disana, “Pengalaman apa yang paling berkesan bagi anda di saat jihad”. Abi Qudamah menjawab, “Itu adalah kisah seorang pemuda yang bertemu bidadari”. Orang itu bertanya kembali, “Bagaimana ceritanya wahai Abi Qudamah?”.
Suatu waktu Abi Qudamah pulang ke kota, ia motivasi semua orang untuk ikut pergi berjihad, hingga semua orang telah termotivasi dan akan ikut berjihad, kemudian Abi Qudamah pulang dan ketika sampai di rumah, terdapat suara perempuan di depan pintu dan berkata “Assalamualaikum”, seketika Abi Qudamah berdoa “apakah ini godaan syaiton”, suara ini terdengar kembali bersalam didepan rumahnya, namun tidak di bukakan pintu itu karena takut akan fitnah, namun tak lama perempuan itu kembali berkata, “wahai Abi Qudamah, bukankah engkau yang memotivasi kami untuk pergi berjihad, bukalah, aku ingin menitipkan seseorang kepadamu”.
Ketika mendengar orang ini menitipkan seseorang untuk berjihad, Abi Qudamah membuka pintu dan berkata, “Apa yang akan kamu titipkan wahai ibu?”, perempuan itu menjawab kembali, “Aku memiliki sesuatu yang sangat indah yaitu rambut, rambutku sudah aku potong dan aku bentuk menjadi tali kekangan kuda, dan aku meminta untuk tali ini untuk menjadi tali kekangan kudamu”. Abi Qudamah menjawab, “Baiklah”, namun perempuan ini kembali berkata, “Tunggu, sebentar, masih ada satu lagi Abi Qudamah”, perempuan melanjutkan, “Suamiku mati syahid, dan semoga Allah terima, dan semoga kami semua dikumpulkan di surga, dan dia mewariskan seorang anak laki-laki yang mirip sepertinya, aku harap engkau tidak menolak apabila anaku ikut engkau berjihad”. Abi Qudamah menjawab, “Baiklah”.
Besok paginya, menjelang dhuha, berkumpul orang-orang mukmin untuk pergi berjihad. Tidak lama setelah Abi Qudamah memotivasi orang-orang yang akan berjihad, muncul cahaya seperti matahari dari kejauhan, yang mana cahaya itu merupakan pancaran dari seorang pemuda berkulit putih bersih, tinggi, dan gagah sedang berjalan kemari menunggangi kudanya dengan gagah perkasa, yang membuat Abi Qudamah kagum kepada pemuda itu. “Wahai Abi Qudamah, aku anaknya ibu semalam yang menyerahkan rambut kepada anda, dan aku siap untuk berperang, ibuku memberi wasiat agar aku tidak pulang (artinya pemuda ini berniat syahid)”.
Singkat cerita ketika sedang perang berkecamuk, pemuda ini tidak tampak di mata Abi Qudamah, namun ketika Abi Qudamah melihat ke barisan paling depan, terlihat sosok anak muda tersebut, akhirnya Abi Qudamah menghampiri pemuda itu dan berkata, “Wahai pemuda, engkau masih muda, masih belum berpengalaman, mundurlah ke barisan belakang”, seketika pemuda itu menjawab dengan lugas, “Wahai Abi Qudamah, Allah berfirman bahwasannya ketika sedang berhadapan dengan kaum kafir, janganlah engkau mundur, bagaimana mungkin ketika Allah menyuruh untuk jangan mundur sementara engkau menyuruhku untuk mundur”, seketika juga Abi Qudamah terdiam dan tidak bisa berkata-kata akan tekad dan semangat pemuda itu.
Ketika para pasukan muslim tengah beristirahat, pikiran Abi Qudamah bukan lagi soal perang, melainkan pemuda tadi, Abi Qudamah sibuk mencari-cari pemuda itu, sampai ditemukannya pemuda tersebut, tengah sibuk memberi makan para pasukan, mempertajam senjatanya, mempersiapkan kudanya, dan Abi Qudamah kagum dengan anak muda tersebut.
Perang kembali terjadi dan anak muda itu lagi lagi berada di barisan depan, Abi Qudamah kembali menghampiri dan mengingatkan kepada pemuda itu untuk mundur, namun seperti yang sudah sudah, pemuda itu menolak dengan membacakan ayat ayat Allah untuk tidak pernah mundur, akhirnya perang kembali berlanjut, hingga suatu saat ketika sedang beristirahat untuk yang kedua kalinya, Abi Qudamah melihat pemuda itu tengah tertidur lelap dengan raut wajah tersenyum bahagia, kemudian Abi Qudamah membangunkan pemuda itu dengan menepuk pundaknya. “Wahai pemuda, apa yang engkau mimpikan sehingga engkau tersenyum ketika tertidur?”, anak muda itu menjawab, “Sungguh aku tengah memimpikan bahwa aku telah berada di surganya Allah, dan disampingku terdapat bidadari yang juga berkata kepadaku “engkau akan bertemu denganku besok siang”, setelah itu engkau bangunkan aku dan sungguh aku berharap kepada Allah untuk bisa mati syahid besok siang”. Abi Qudamah kagum dengan tekad pemuda tersebut.
Besoknya, ketika perang tengah berkecamuk, pemuda tersebut lagi dan lagi berada di barisan depan, dengan semangat membara untuk membunuh musuh musuhnya. Setelah perang usai, Abi Qudamah menargetkan anak muda itu dan mencarinya, tak lama Abi Qudamah melihat tubuh pemuda itu berada di tumpukan korban perang dengan kondisi berlumuran darah namun dalam keadaan masih hidup dengan sisa hidupnya tersenyum. Pemuda itu melihat Abi Qudamah dan berkata dengan semangat, “Abi Qudamah, kemarilah, kemarilah!”, dengan tergesa-gesa Abi Qudamah menghampiri pemuda itu dan bertanya, “Wahai pemuda, kabar apa yang ingin kau sampaikan?”.
Pemuda itu berkata, “Wahai Abi Qudamah, ketika engkau pulang nanti, sampaikan kepada ibuku bahwa impian dia telah tercapai”, Abi Qudamah terdiam dan pemuda itu melanjutkan perkataannya, “Wahai Abi Qudamah, engkau masih ingat kata kataku semalam tentang mimpi bidadari? Sekarang ia berada di sampingku, menunggu ruhku keluar dan akan mengantarku ke surga”. Abi Qudamah tidak kuasa menahan tangis, karena kekagumannya dengan anak muda itu dengan semangat dan tekadnya berjihad, dan kekagumannya terhadap ibunya yang memimpikan anaknya mati syahid.
Setelah hal itu, Abi Qudamah menguburkan anak muda tersebut dan kembali pulang ke kampung halaman. Sesampainya di kampung halaman, Abi Qudamah tidak dulu pulang, melainkan pergi ke rumah ibu dari pemuda tadi untuk menyampaikan pesan pemuda tersebut.
Saat sampai dirumahnya, Abi Qudamah mengetuk pintu, keluarlah wanita yang merupakan ibu dari pemuda, dia berkata “Wahai Abi Qudamah, engkau kemari berbelasungkawa atau berita gembira?”, Abi Qudamah bertanya heran, “Apa maksudmu wahai ibu?”. Ibu itu menjawab, “Jika engkau membawa putraku kembali dengan selamat maka itu belasungkawa, namun jika engkau berkata putraku mati syahid di medan perang, maka itu kabar gembira”. Seketika Abi Qudamah menangis dan menjawab pertanyaan ibu itu dengan sedih, “Ibu, berita gembira, Allah telah kabulkan impianmu, anakmu telah menyusul suamimu”. Ibu itu pun seketika menangis tidak kuasa menahan rasa gembiranya.
Itu merupakan kisah pemuda yang bertemu dengan bidadari dan keimanan yang sangat kuat dari pemuda dan ibunya. Banyak dari kita yang terlena dengan dunia, sehingga merasa bangga apabila memiliki prestasi di dunia, memiliki kekuasaan di dunia. Bangga bila anaknya keluar dengan pakaian terbuka, anaknya keluar berpesta, yang mana semua itu hanyalah sementara, sementara akhirat selamanya. Semoga kita semua dilindungi oleh Allah SWT dari sifat duniawi dan senantiasa mengejar akhirat. [] Raffi Wizdaan Albari
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah