Almuhtada.org – Tak jarang secara sadar kita mengeluh bahwa kita kecewa terhadap sesuatu. Namun sayangnya, seringkali lupa bahwa penyebab kecewa ada pada diri kita sendiri.
Memiliki harapan dan cita-cita adalah suatu hal yang normal, yang tidak normal adalah ketika terlalu berlebihan terhadap apa yang kita harapkan itu.
Lalu timbulah pertanyaan, lantas hal apa saja yang bisa menyebabkan kecewa? Pertama yaitu berharap kepada hal yang tidak pantas yaitu manusia. Sahabat nabi bahkan ulama’ terdahulu sudah mengingatkan kita akan hal itu.
Salah satunya yakni Ali bin Abi Thalib r.a, beliau berkata
“Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia”
Bukankah sudah jelas bahwa salah satu sumber kekecewaan terbesar kita adalah manusia? Contohnya dalam sebuah lingkaran organisasi. Kita berusaha menunjukan kepada ketua bahwa kita adalah anggota yang sangat berdedikasi dengan harapan mendapatkan banyak apresiasi.
Namun karena keterbatasan manusia, bisa jadi ketika kita melakukan sesuatu untuk menunjukan didikasi kita dia tidak melihatnya dan jadilah kita kecewa karena tidak mendapatkan apresiasi itu.
Tapi ketika kita niatkan itu untuk Allah, maka Allah akan dengan sangat bangga mengapresiasi kita lewat nikmat-nikmat-Nya. Dan kita tidak akan merasa kecewa ketika dedikasi kita terhadap organisasi tidak diapresiasi karena sejatinya bukanlah itu yang kita cari.
Alasan yang kedua, yaitu terlalu mengedepankan dunia. Sejatinya dunia bukanlah tempat tinggal tetapi tempat meninggal. Akan sangat tidak baik apabila kita mengharapkan suatu hal dari dunia yang fana ini. Entah itu jabatan, kekayaan, atau hubungan.
Menariknya, rasa kecewa kita terhadap sesuatu selain Allah bisa jadi sebagai rasa cinta Allah terhadap kita. Karena secara tidak langsung, Allah meminta kita untuk kembali menggantungkan harap kepada-Nya.
Sebagaimana perkataan Imam Syafi’i:
“Ketika kamu berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya harapan-harapan kosong. Allah tak suka bila ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya supaya ia kembali berharap hanya kepada Allah SWT”
Lalu timbulah pertanyaan, “Aku sudah berdo’a kepada Allah dan sudah menggantungkan harapan hanya kepada Allah namun mengapa do’aku tak kuncung dikabulkan?”
Ada beberapa jawaban untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama, ketika do’a-do’a kita tak kunjung dikabulkan Allah SWT mari coba untuk introspeksi diri hal-hal apa dari kita yang membuat do’a-do’a kita tak kunjung dikabulkan Allah SWT.
Kedua, Allah akan kabulkan itu di waktu yang tepat atau bisa juga dengan hal yang lebih baik. Ketiga, Allah sudah kabulkan namun masih proses. Sebagaimana seseorang meminta untuk kaya, lalu setelahnya dia disibukkan dengan banyaknya projek namun dia mengeluh. Artinya, dia tidak menyadari bahwa itu adalah jalan Allah yang disiapkan untuknya sebagai bentuk jawaban dari do’a-do’anya.
Maka dari itu, mari kita jaga iman kita dan selalu menasehati diri kita untuk terus menggantungkan harapan hanya kepada Allah semata. Sebagai sarana pencegahan rasa kecewa kita. [] Khariztma Nuril Qolbi
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah