Indahnya Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra, putri Rasulullah SAW

Kisah Cinta
Gambar Ilustrasi Kisah CInta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra (Frepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Ali bin Abi Thalib merupakan putra dari Abu Thalib, paman dari Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir di Makkah, 13 Rajab 601M. Ali bin Abi Thalib juga merupakan sahabat Rasulullah  dan juga termasuk dalam golongan Assabiqunal Awwalun (julukan bagi orang-orang yang pertama kali masuk islam).

Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai khalifat setelah Abu Bakar Assidiq, Umar bin Khatab, dan Usman bin Affan. Sebagai sahabat Rasulullah, Ali bin Abi Thalib juga mengikuti perang-perang berasama Rasulullah kecuali perang Tabuk yaitu perang yang terjadi antara kaum muslimin dengan pasukan romawi di bulan rajab.

Fatimah Az Zahra merupakan putri bungsu atau keempat Rasulullah SAW. dengan Khadijah bin Khuwalid, beliau lahir di Mekkah. Fatimah memiliki tiga kakak perempuan yaitu, Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kathsum.

Fatimah Az Zahra sebenarnya juga memeliki dua saudara laki-laki, namun mereka telah meninggal ketika mereka masih kecil. Menurut kesaksian Aisyah, tidak ada yang dapat menirukan gaya bicara Rasulullah kecuali Fatimah Az Zahra.

Kisah Cinta dalam Diam Ali dan Fatimah

Ali sudah menyukai Fatimah sejak kecil. Semakin beranjak dewasa Ali semakin mengagumi kecantikan Fatimah, kecantikan ruhaninya melintasi batas hingga langit ketujuh, sifatnya pun persis seperti baginda Rasulullah.

Namun Ali merasa hanyalah orang miskin yang menumpang hidup di keluarga Fatimah sejak kecil, sedangkan Fatimah berasal dari keluarga terpandang. Sehingga tidak ada harta yang bisa belau jadikan mahar jika ingin menikahi Fatimah.

Sampai pada suatu ketika Fatimah dilamar oleh seorang laki-laki, yang mana laki-laki ini adalah seseorang yang selalu dekat dengan Rasulullah, yang telah mempertaruhkan kehidupannya, hartanya, jiwanya untuk agama islam. Beliaulah Abu Bakar Assidiq.

Mendengar berita tersebut Ali terkejut, tersentak jiwa beliau. Beliau merasa bukalah apa-apa jika dibandingkan dengan Abu Bakar yang merupakan saudagar, tentu akan lebih bisa membahagiakan Fatimah. Akhirnya Ali hanya berserah diri kepada Allah SWT. Ali pun ikhlas dan bahagia jika lamaran tersebut diterima oleh Rasulullah SAW.

Baca Juga:  Jajan Jengkol dan Kisah Sang Penguasa: Renungan Sufi tentang Keikhlasan

Namun ketika Abu Bakar datang ke hadapan Rasulullah untuk melamar Fatimah dengan halus Rasulullah menolak lamaran tersebut, dengan alasan Fatimah masih terlalu muda, sehingga akan terdapat perbedaan usia yang terlalu jauh dengan Abu Bakar.

Abu bakar pun menerimanya. Mengetahui hal tersebut, menumbuhkan kembali harapan Ali yang telah pupus. Ali kembali mempersiapkan diri, berharap ia masih memiliki kesempatan.

Namun ujian bagi Ali belum berakhir sampai disitu, setelah Abu Bakar mundur muncullah laki-laki yang gagah, perkasa, dan pemberani. Laki-laki yang mengangkat derajat kaum muslimin. Laki-laki yang membuat syaiton samapai lari ketakutan. Dialah Umar bin Khatab.

Ketika Ali mengetahui bahwa Umar melamar Fatimah. Ali pun ridha. Ia Bahagia jika Fatimah menikah dengan sahabat kedua terbaik Rasulullah setelah Abu Bakar. Namun kemudian Ali semakin bingung karena ternyata lamaran Umar pun juga ditolak.

Setelah itu menyusul Abdurahman bin Auf. Beliau melamar Fatimah dengan membawa 100 unta berwarna biru dan 10.000 dinnar. Dan lagi-lagi lamaran itu juga ditolak oleh Rasulullah. Kekhawatiran Ali tidak berhenti disitu saja.

Usman bin affan juga memberanikan diri untuk melamar Fatimah, dengan mahar yang sama dengan yang dibawa oleh Abdurrahman bin Auf, hanya beliau menegaskan bahwa kedudukannya lebih mulia dibandingkan Abdurrahman bin Auf karena beliau lebih dulu masuk islam.

Tidak disangka-sangka pula, lamaran itupun Rasulullah tolak. Empat sahabat yang melamar Fatimah ditolak oleh Rasulullah. Di titik ini Ali bin Abi Thalib semakin bingung, empat sahabat yang terkenal dengan kekayaan dan keberaniannya saja ditolak.

Suatu ketika Umar bin Khatab datang menghampiri Ali bercerita bahwa beliau baru saja ditolak Rasulullah atas lamaranya kepada Fatimah Az Zahra. Setelah bercerita Panjang lebar terbesit dalam pikiran Umar bin Khatab menyuruh Ali untuk melamar Fatimah karena umur mereka yang tidak terlalu jauh hanya selisih 7 tahun.

Mendengar hal tersebut Ali kaget dan merasa sangat ragu, bagaimana tidak seorang Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, dan Abdurrahman saja ditolak apalagi beliau yang tidak memiliki apa-apa pada saat itu.

Baca Juga:  Hindari 7 Perkara Ini Jika Ingin Hidup Bahagia Dunia dan Akhirat

Umar bin Khatab terus membujuk Ali untuk berani melamar Fatimah dan meyakinkan beliau bahwa lamarannya pasti akan diterima. Setelah lama Umar bin Khatab membujuk Ali akhirnya Ali pun mau untuk melamar Fatimah.

Ali pun memberanikan diri menjumpai Rasulullah. Beliau bermaksud untuk menyampaikan isi hatinya yaitu ingin meminang Fatimah. Awalnya beliau hanya duduk di samping Rasulullah dan tertunduk diam. Hingga akhirnya Rasulullah bertanya kepada Ali “wahai putra Abu Thalib, apa yang engkau inginkan?”

Mendengar Rasulullah bertanya, Ali terdiam sejenak dan menjawab dengan suara bergetar “Ya Rasulullah, aku hendak meminang Fatimah.”

Mendengar jawaban tersebut Rasulullah terkejut dan menjawab “Bagus wahai Ibnu Abu Thalib, beberapa waktu terakhir ini banyak yang melamar putriku, tetapi ia selalu menolaknya, oleh karena itu, tunggulah jawaban putriku”.

Kemudian Rasulullah pergi menemui Fatimah dan bertanya kepadanya, ketika ditanya Fatimah hanya terdiam dan Rasulullah menyimpulkan bahwa diamnya Fatimah berarti bersetuju untuk dipinang oleh Ali.

Rasulullah kemudian mendekati Ali dan bersabda “Apakah engkau memiliki sesuatu yang akan engkau jadikan mahar wahai Ali? Alipun menjawab ” Orang tuaku yang menjadi penebusnya untukmu ya Rasulullah, tak ada yang aku sembunyikan darimu, aku hanya memiliki seekor unta untuk membantuku menyiram tanaman, sebuah pedang dan sebuah baju zirah dari besi”

Dengan tersenyum Rasulullah SAW bersabda “Wahai Ali, tidak mungkin engkau terpisah dengan pedangmu, karena dengannya engkau membela diri dari musuh-musuh Allah SWT dan tidak mungkin juga engkau berpisah dengan untamu karena ia engkau butuhkan untuk membantumu mengairi tanamanmu, aku terima mahar baju besimu, jual lah dan jadikan sebagai mahar untuk putriku” Wahai Ali engkau wajib bergembira sebab Allah sebenarnya sudah lebih dahulu menikahkan engkau di langit sebelum aku menikahkan engakau di bumi” diriwayatkan oleh Ummu Salamah ra.

Baca Juga:  Kisah Penyerangan Kota Mekkah oleh Pasukan Gajah

Ali bin Abi Thalib menjual baju besi tersebut dengan harga 400 dirham dan menyerahkan uang tersebut kepada Rasulullah SAW, dan Rasulullah pun membagi uang tersebut ke dalam 3 bagian.

Satu bagian untuk kebutuhan rumah tangga, satu bagian untuk wewangian dan satu bagian lagi di kembalikan kepada Ali bin Abi Thalib sebagai biaya untuk jamuan makan untuk para tamu yang menghadiri pesta.

Setelah segala-galannya siap, dengan perasaan puas dan hati gembira dan di saksikan oleh para sahabat Rasulullah mengucapkan kata ijab kabul pernikahan putrinya.

Kemudian Nabi SAW bersabda:”Sesunguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah Putri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesunguhnya aku telah menikahkanya dengan mas kawin empat ratus dihram (nilai sebuah baju besi) dan Ali ridho (menerima) mahar tersebut.

Maka menikahlah Ali dengan Fatimah Pernikahan mereka penuh hikmah walau di arungi di tengah kemiskinan, bahkan di sebutkan oleh Rasulullah sangat terharu melihat tangan Fatimah yang kasar karena harus menepung gandum untuk membantu suaminya

Suatu ketika, saat malam harinya setelah dihalalkan oleh Allah SWT, terjadilah dialog yang sangat menggetarkan. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”, Ali berusaha tetap tenang, namun rasa cemburu terbesit dalam benak Ali.

Ali mendengarkan cerita istrinya dengan wajah yang muram dan dipenuhi dangan rasa cemburu. Ali pun bertanya mengapa ia tak mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya.

Sambil tersenyum Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu.” Subhanallah. Ternyata bukan Ali saja yang menyimpan rasa kepada Fatimah, namun ternyata Fatimah juga telah menyimpan rasa kepada Ali bin Abi Thalib sejak lama. [] Dela Kurniawati

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post