Sumber: Dok.Pribadi
ALMUHTADA.ORG- Pada Kamis (22/06/2023), mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada berkunjung ke BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) Republik Indonesia untuk belajar mengenai penelitian di bidang pendidikan dan keagamaan. Kunjungan ini termasuk dalam rangkaian kegiatan rihlah 2023.
BRIN RI yang beralamat di Jl. Jend. Gatot Subroto No. 10, Jakarta ini merupakan lembaga yang berwenang dalam melakukan riset pemerintahan di Indonesia. BRIN RI telah berdiri sejak 2019 atau empat tahun yang lalu. Tujuan didirikannya BRIN ini adalah untuk meningkatkan kualitas penelitian di Indonesia.
BRIN memiliki berbagai kelompok riset diantaranya kelompok riset agama dan kepercayaan lokal, kelompok riset agama dan keagamaan, gerakan keagamaan, ekstremisme dan terorisme, dan lain-lain. BRIN memfasilitasi peneliti dari berbagai daerah di Indonesia sehingga terdapat kantor-kantor yang didirikan di berbagai daerah tersebut meskipun dengan pusat di Jakarta. Misalnya di Semarang terdapat kantor CWS Semarang yang beralamat di Jl Pandanaran Semarang.
Pada kunjungan, mahasantri mengikuti sesi pematerian yang disampaikan oleh Prof. Dr. Choirul Fuad Yusuf, SS, M.Si dengan judul Discussion Materials with Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada. Dengan demikian, materi yang disiapkan merupakan materi yang secara khusus ditujukan untuk diberikan kepada mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada. Hal ini membuat para mahasantri menjadi lebih antusias dan tertarik untuk menyimak materi serta berdiskusi dengan pemateri.
Prof. Dr. Choirul Fuad Yusuf, SS, M.Si juga sebelumnya pernah menjabat sebagai Kepala Puslitbang di Kementerian Agama Republik Indonesia. Selain itu, beliau merupakan seorang profesor dan pemilik Ma’had Aly Istiqlal Karawang.
Belajar dari Ma’had Aly yang merupakan pondok dengan kegiatan pengajaran, penelitian, hingga lembaga pengabdian masyarakat, disampaikan strategi yang digunakan institusi tersebut untuk mengembangkan penelitian.
Strategy position of pondok pesantren: past, present, dan future yakni 1) center of islamic study and development, 2) center for dakwah islamiyah, 3) pusat pengembangan masyarakat yang mencakup aspek ideologi politik, ekonomi, budaya, sosial, dan agama.
Pesantren adalah lembaga yang disebutkan seksitusion karena terbentuk sebagai wujud perlawanan pada penjajahan. Akan tetapi, saat ini pesantren telah dijadikan sebagai pusat pembelajaran agama dengan tujuan menciptakan orang-orang yang paham mengenai agama Islam dan ilmu pengetahuan yang dipelajari dalam agama Islam. Kemajuan dari ilmu pengetahuan keislaman juga bergantung pada intensitas penelitian yang dilakukan.
Ma’had Aly sebagai contoh, membangun serta memperkuat pusat penelitian. Bidang penelitian yang diambil difokuskan dengan dukungan tersedianya staf penelitian yang berbakat, fasilitas, sumber daya, kolaborasi dengan mitra secara internal maupun eksternal, penerbitan dan penyebaran hasil penelitian, serta evaluasi efektivitas program penelitian yang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan haruslah kuat dan holistik agar hasilnya dapat dijadikan sebagai acuan penentuan suatu kebijakan.
Kemudian, materi juga disampaikan oleh Prof. Choirul yang membahas mengenai cara membangun dan memperkuat budaya akademik. Hal yang dimaksud adalah 1) merumuskan visi nilai yang jelas dan dapat diaplikasikan karena telah sesuai dengan tujuan dan fokus bidang studi yang dipilih, 2) memperbaiki dan meningkatkan kualitas staf profesional pada bidang penelitian, 3) menumbuhkan rasa ingin tahu intelektual, berpikir kritis, kreatif, ekspresi, dan integritas, 4) mengintensifkan kolaborasi dan jaringan melalui kemitraan dengan lembaga akademik lainnya, organisasi masyarakat, hingga profesional industri demi memunculkan peluang penelitian yang kolaboratif sehingga pembelajaran dapat terlaksana berdasarkan pengalaman.
Prof. Choirul juga menjelaskan pentingnya penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa global dan Bahasa Arab dalam melakukan kajian. Kedua bahasa tersebut harus dapat dikuasai oleh mahasiswa peneliti, khususnya yang juga merupakan mahasantri pesantren Riset Al-Muhtada. Penguasaan bahasa ini tentu bermanfaat dalam membangun dan memperkuat riset. Melalui hal itu, kebimbangan tentang agama dapat dihindari.
Mahasantri yang hadir turut menyampaikan pertanyaan yang ditujukan kepada pemateri. Selanjutnya, di akhir sesi, Dr. Aji Sofanudin yang merupakan Kepala Riset Agama dan Keagamaan BRIN menutup acara pematerian yang telah berlangsung.
Penulis: Alfian Hidayat
Editor: Azkia Shofani Aulia