Awan Purna dan Senja

Oleh : Eka Diyanti

Aku adalah Awan teman Senja. Setiap pagi aku dan Senja jogging ke desa sebelah jika paginya terang. Namun, jika hujan aku dan Senja tidak jogging ke desa sebelah. Akan tetapi, menjalankan aktivitasnya di rumah masing-masing. Di pagi hari aku jogging ke desa sebelah. Sambil menikmati kanan kiri jalan yang dipenuhi keindahan alam yang Tuhan ciptakan untuk makhluk-Nya. Di kanan jalan ada sawah, angin berhembus sepoi-sepoi menyejukkan siapa saja yang melewatinya. Mentari bersiap-siap memunculkan sinarnya. Sungguh,  nikmat Tuhan mana lagi yang dapat aku dustakan. Tuhan menciptakan dunia ini benar-benar dengan proporsi yang pas.  Maka bersyukurlah kita masih diberi anugerah yang luar biasa ini.  Alangkah baiknya jika kita mensyukurinya. Sebagai rasa syukur kita, kita dapat berolahraga di pagi hari. Tapi rupanya setelah olahraga aku merasa sangat lelah. Wah rasanya luar biasa,  ditambah sepatuku bercelah sehingga kakiku menjadi terbelah, nafasku terengah-engah,  jantungku berdetak tanpa rasa bersalah seakan-akan copot rasanya. Namun,  dibalik itu semua aku memperoleh sejuta manfaat.

  Keadaan yang membawa Aku dan Senja menjadi semakin dekat. Ditambah suasana negeri ini sedang kacau akibat mewabahnya virus corona.  Namun,  dibalik itu semua ada hikmah yang dapat kupetik. Aku adalah anak pertama, sedangkan Senja adalah anak kedua. Tanggung jawabku lebih besar daripada tanggung jawab Senja. Aku dan Senja juga memiliki Purna. Purna adalah teman kami dapat pula dikatakan sahabat. Purna adalah seorang gamers pabji yang tembak menembak musuh. Purna juga pecinta kucing. Di rumahnya ia memelihara tiga kucing yang diberi nama si Oren, si Sireng,  dan si Ongeh. Namanya memang unik-unik.  Di antara  ketiga kucing itu,  kucing yang paling manja adalah si Oren, badannya paling besar. Setiap aku ke rumah Purna membawa motor,  si Oren langsung menduduki motorku dengan santainya, seakan-akan aku hendak mengajaknya pergi.  Tingkahnya sangat unik , ia selalu ingin dimanja oleh pemiliknya. Si Sireng tidak suka dengan si Oren, aku mengetahuinya ketika si Oren mencoba mendekati si Sireng,  si Sireng langsung pergi menjauh. Sedangkan,  si Ongeh lain dari yang lain,  si Ongeh sangatlah mandiri. Jika si pemilik rumah mengunci rumahnya, si Ongeh dapat memasuki rumah tersebut dengan mencoba membuka jendela. Dengan cepat jendela pun terbuka. Padahal, jendelanya dikunci,  tetapi si Ongeh tetap bisa membukanya. Begitu pintarnya si Ongeh. Pernah ada tingkah lucu si Oren,  ketika Senja dan Purna membawa si Oren ke sekolah.  Dengan leluasa si Oren bermain di lapangan sekolah. Si Oren sudah mengenali pemiliknya sehingga ketika ditinggal oleh pemiliknya,  si Oren dengan sendirinya mencari sang pemilik. Dan lucunya ketika ada motor dia langsung duduk di motor bagian depan. Oren juga suka mengganggu kucing lain. Akan tetapi,  si Oren,  si Sireng,  dan si Ongeh,  tetap hidup rukun meskipun mereka adalah kucing yang berbeda jenisnya.

Baca Juga:  Diary Kecilku untuk Ibu dan Bapak

Aku, Senja, dan Purna adalah tiga orang sahabat yang tidak bisa dipisahkan. Katanya sih gitu,  padahal kami tidak selalu bersama. Kami berteman sejak kecil hingga sekarang berada di masa putih abu-abu. Awan dan Senja tidak bisa dipisahkan. Keduanya ada untuk saling melengkapi. Senja menjadi pelengkap bagi Awan. Katanya Senja itu indah, apalagi jika dilihat bersama orang-orang tercinta. Senja sahabatku tidak kalah indah,  dia adalah pecinta musik bisa bilang anak indie. Ia adalah gitaris handal. Setiap kali Awan, Senja, dan Purna bertemu.  Senja selalu mempersembahkan sebuah lagu-lagu yang dinyanyikan dengan diiringi gitar. Petikan gitar tangan Senja seakan-akan membuatku untuk ikut terbawa olehnya. Ditambah merdunya suara Senja menjadi sensasi tersendiri bagi seorang penikmat musik. Dari SD, Senja adalah anak yang sangat aktif. Dia sering kali mengikuti lomba. Ia pernah mengikuti lomba menari, lomba gerak jalan bahkan menjadi pemimpin senam. Ia juga menjadi petugas upacara,  biasanya menjadi pemimpin upacara.  Karena berkat suaranya yang lantang dia dijuluki radio bodol. Padahal suaranya bagus. Sedangkan aku pernah mengikuti lomba LCC, menyanyi,  dan biasanya aku menjadi pengibar bendera di saat upacara pada hari Senin. Purna juga aktif mengikuti berbagai lomba. Di masa putih abu-abu,  di antara aku,  Senja,  dan Purna yang paling aktif adalah Senja. Dia mengikuti PKS (Pasukan Keamanan Sekolah) yang mana di ekstrakulikuler ini sangat memperhatikan baris berbaris. Baris berbaris saja diperhatikan apalagi kamu. Sedangkan,  aku sendiri pernah beberapa kali mengikuti lomba KTI. Kerap kali pelaksanaan tim KIR kami selalu dadakan bak tahu bulat sehingga menghasilkan karya yang amburadul. Belum lagi karya yang tim kami buat merupakan ide dari pembimbing ekstrakulikuler KIR. Aku juga pernah mengikuti KSN fisika.  Di dalam ilmu fisika aku diajarkan mengkhayal sesuatu untuk dapat menyelesaikan suatu persoalan dalam soal.  Sungguh, sulitnya bukan main. Meskipun aku beberapa kali mengikuti lomba,  tetapi aku merasa bahwa aku tidak seaktif waktu di SD.  Purna sendiri tidak mengikuti ekstrakulikuler apapun. Tetapi dia jago dance. Apalagi dance nya Black Pink yang oye-oye. Setiap gerakan dance nya dilakukan dengan lemah gemulai,  kataku mirip Lisa Black Pink. Purna juga kpopers,  dia suka boyband korea. Dia mahir dalam berbahasa Inggris. Bapak ibunya penjual nasi di pasar. Bapak ibunya sangat dermawan. Setiap aku dan Senja main ke rumah Purna. Bapak ibunya selalu menjajakan aku dan Senja. Dia juga punya kakak. Kakaknya sudah bekerja sehingga dapat membantu perekonomian keluarga Purna. Wajar saja jika apa yang dia inginkan selalu dituruti oleh bapak ibunya. Mereka hidup berkecukupan. Keluarganya sangat pas,  hanya terdiri dari Bapak,  Ibu,  dan dua orang anak. Karena dua anak lebih baik,  katanya si gitu.

Baca Juga:  Pentingnya Kesetaraan Gender dalam Islam

    Sebenarnya dulu waktu SD di antara Awan, Senja, dan Purna ada satu lagi, tetapi sekarang sudah tidak seperti dulu waktu di SD.  Dulu saat aku masih SD, aku punya geng yang diberi nama ELIS. Gengku ini sangat ditakuti oleh teman-temanku di kelas. ELIS adalah geng yang sangat aktif menjadi sorotan di mana-mana seperti selebritis saja. Katanya sih mukanya seperti para gengster padahal biasa-biasa saja. Sekarang ELIS sudah dibubarkan. Salah satu dari ELIS sekarang sudah berbeda. Karena tempat sekolah kami dengannya berbeda. Ia juga sudah berubah. Akan tetapi,  Awan,  Senja,  dan Purna tetap bersahabat. Awan dan Senja saling melengkapi. Awan sangatlah baik hati. Ia suka membantu Senja dan Purna di saat mereka dalam kesulitan. Begitupun Senja. Senja selalu menghiburku dan Purna dikala merasa sendu. Purna pun begitu sering mengajariku dan Senja untuk menjadi seseorang yang saling menyayangi terhadap sesamanya termasuk dengan kucing. Dan hingga sekarang, Awan,  Senja dan Purna tetap bersama. Di kala jumpa kami berbincang mengenai mimpi-mimpi yang sangat menakjubkan. Semboyan kami adalah mimpiku adalah mimpimu, mimpiku mimpimu adalah mimpi kita. Bersatu padu menjadi satu demi negara maju. Mimpi yang ada bukan untuk ditakuti. Namun,  mimpi yang  ada harus kita taklukan bersama.  Semua perjuangan akan berbuah hasil. Persahabatan yang ada akan menjadi pendorong mewujudkan segala mimpi-mimpi. Dengan percaya akan kebesaran-Nya, niscaya jika sudah dikatakan jadilah maka akan terjadi.  Sahabat ada untuk saling memberi semangat,  memberi dorongan,  memberi motivasi. Sahabat yang luar biasa akan selalu ada.  Jika kamu sudah sukses maka berterimakasihlah kepada sahabat.  Awan,  Senja dan Purna memiliki mimpi yang sama, bersatu membentuk kekuatan untuk mewujudkan cita-cita bersama membangun negeri untuk kemajuan yang abadi.

    Awan,  Senja,  dan Purna percaya suatu saat hari-hari mereka akan indah. Seperti senja yang tak pernah sirna. Itulah sahabat,  sahabat diibaratkan tali. Yang mana jika terputus akan sulit untuk dimanfaatkan,  tetapi jika tetap bersatu maka akan bermanfaat untuk orang lain.

Kata Awan,  awan itu suci,  bersih.  Bersih itu tidak hanya dari luar. Bersih yang sempurna adalah bersih yang berasal dari dalam diri seorang manusia. Ini membuktikan bahwa persahabatan harus dijalankan dengan sebuah ketulusan hati. Telinga yang siap mendengar,  tangan yang siap menolong, dan setiap perilaku yang dilakukan demi kebahagiaan seseorang yang dilakukan dengan penuh keikhlasan. Jika Awan tak pernah mau menunjukkan kesedihan kepada orang lain, maka jadilah seperti awan. Yang ingin selalu terlihat bahagia walau keadaan sebenarnya sengsara.  Ia selalu menjadi orang yang penuh percaya diri. Jika kita takut bermimpi,  maka mimpi juga akan menakuti kita.

Baca Juga:  Menghargai Waktu

  Di kala senja tiba,  kami menghampiri keelokannya,  menikmati kepergiannya. Ketika melihat senja seakan-akan mimpi kita sudah ada di depan mata. Seakan-akan aku, Senja,  dan Purna tidak akan pernah sirna,  tetapi akan selalu bersama walaupun badai menerjang kita.  Bagi Senja sahabat itu segalanya. Senja bersyukur kami  bisa bersatu. Kami jauh-jauh bersyukur dapat menikmati senja.

Di kala purnama, tepatnya tanggal 15 jawa. Bulannya bulat bak bola permata. Inilah bulan purnama. Yang indahnya tak tertandingi. Ditemani oleh sang bintang-bintang di sekelilingnya.  Belum lagi planet-planet. Wah, luar biasanya alam ini. Awan,  Senja,  dan Purna duduk di depan teras rumah memandangi langit malam betapa indahnya.  Mereka bercengkerama bersama, membahas mimpi-mimpi mereka masing-masing. “Andaikan bintang jatuh,  aku akan berdoa”, kata Purna. Seketika itu bintang pun terjatuh. Awan,  Purna,  dan Senja pun langsung berdoa.  Mereka memejamkan mata, tangan mereka saling bergandengan. Jika doa Awan dan Senja mengenai cita-cita,  Purna berdoa mengenai persahabatan mereka. Belajar dari sahabat itu adalah sebuah usaha untuk menjaga persahabatan. Kata Purna, “Wan,  Ja,  kalo kalian punya orang penting selain aku.  Aku mohon tolong jaga dia.  Jangan sampai kamu membuatnya sakit hati”.  “Apa yang kamu bilang, Na? “jawab Awan. “Kita kan sahabat,  kita harus selalu bersama. Saling mendukung satu sama lain. Kita tidak boleh terpecah belah. “kata Senja. Awan,  Senja,  dan Purna langsung membuka mata dan saling berpelukan. “Aku bersyukur mempunyai sahabat seperti kalian, “kata Purna.  Mereka semua menangis bahagia. Bintang-bintang yang jatuh pertanda,   harapan-harapan kita akan segera menjadi kenyataan. Awan,  Senja, dan Purna menjatuhkan badan ke rerumputan sambil memandangi langit terus menerus tiada henti.  Pandangan mereka memberikan isyarat bahwa mereka berharap semua mimpi-mimpi mereka akan segera dikabulkan oleh Sang Pencipta. Dan mereka berharap akan selalu menjadi sahabat sejati. Bersama sahabat semua menjadi indah,  karena sahabat aku bisa menghargai bagaimana arti sebuah pertemanan.  Sahabat mengajarkan kita arti sebuah kesetiaan dalam suatu hubungan. Sikap yang siap menerima segala kekurangan dan siap dalam saling melengkapi satu sama lain.

Penulis merupakan mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Teks asli : https://blogdotcontoh.wordpress.com/2021/10/03/awan-purna-dan-senja/

Related Posts

Latest Post