تأثير جذور الكورونا (كوفيد-۱۹) في إندونيسيا

الكاتبة: نسائناعزى لطيفة

                الكورونا (كوفيد-۱۹) من فيروس جديد الذي يوجد من ووهان، الصين في بداية و ينتشر هذا الفيروس في كل انحاء العالم و يصبح وباء عالمي. تقوم الحكومة سياسة لتصغير انتشار الكورونا (كوفيد-۱۹)نحو تحث الحكومة على المجتمع لتغسيل اليد، وحماية حياة الصحي، وعدم التجمع بالتباعد الاجتماعي وكل ذلك كان لاسقاط جذور الكورونا في الحسبان باندونسيا. يؤثر هذا الفيروس تأثيرا لإندونسيا من ناحية الاقتصادي، والتربوي، وما يجري مجراه. لا شك ولا ريب، أن لتطبق السياسة أن تنظر الحكومة إلى ما قل ضراره. ليس كل فرد أن يعرف مجيء هذا الفيروس، لذلك لم تستعد الحكومة لحل هذا الوباء.

اندونسيا لم تتطبق السياسة “الاغلاق” في احتياط واسقاط جذور الكورونا، لأنه يؤثر تأثير السلبي الاعظم من جهة الاقتصادي مثلا يعني أن عوائد العام قد نقص بسبب انخفاض الصادرات. وهذا الحال، اندونيسيا تنفذ السياسة “تحديد اجتماعي بمقياس عظيم(PSBB)” في دائرة  من دوائر بإندونيسيا.

قد أشار حكومة الاندونيسي على المجتمعبوسيلة تحديد اجتماعي بمقياس عظيم(PSBB) لإسقاط جذور الكورونا، لأن به المجمع مطلوب بتباعد الاجتماعي لإجراءات احترازية وعدم التجمع ومنع خروج البيت. وجدتالتحديات لدى الاندونسي  من النواحي مثل فيجهة الاقتصادي، والتربوي، والثقافي. ويبحث على تأثير التربوي والاقتصادي في الكتابة.

يطبق تحديد اجتماعي بمقياس عظيم لإسقاط جذور الكورونا في اول الامل، لكن بهوجدت المسئلة من ناحية الاقتصادي على سبيل المثال اضاعة العمل لدى معظم الناس وهذا بسبب تنقيص معيشة لصانع حتى ينقص العامل الذي يعمل في المصنع. أما تنقيص زائر في كل البقع السياحية من تأثير  هذا الفيروس على جهة الاقتصادي الاخرى .وهذا بسبب منع خروج البيت حتى لا تدري غايته. كما نظرنا، أن اندونسيا بلد من أجمل بلاد في كل البقع السياحية نحو شاطئ البحر وجبال واشبه ذلك.قد سجل البنك العالم، أن اندونيسيا يرخص من جهة الاقتصادي بسبب خالي وزراء في السياحية.

لم تطبق اندونسيا السياسة”الاغلاق”، لأن به قد وقع التأثير السلبي في الاقتصادي كالبائع الذي لم يبيع مبيعه الى غيره، لو كان بالاغلاق عدم كل عمل يعمل في خارج البيت. وقد استعد الحكومة ان تساعد المجتمع بمساعدة حالة نقدا  “BLT” .

تأثير هذا الفيروس ليس من جهة الاقتصادي فحسب، بل يوجد من ناحية التربوي ايضا يعني بتطبيق تسريح المؤسسة التربوي لإحتياط واسقاط جذور الكورونا (كوفيد-۱۹). تحث الحكومة كل الطلاب والمعلم أن تعلم وتعليم في البيت  (WFH)عبر الانترنيت، ولكن الواقع، وجدت المسئلة الجديدة من مسائل حول التعلم والتعليم يعني لم يستعد تطبيقات ليلاحظ هذا التعليم عبر الانترنيت. وهذا يشعر المعلم والمتعلم في كل المستويات من الابتدائية والمتوسطة والثناوية والجامعية مثل المعلم يحور “بما لفعال تدريس؟” لدى المتعلم.

كثير من تأثير بسبب هذه السياسة من جهة التربوي، الاهداف بمناسب التعليم عبر الانترنيت، الذي يمكن ان يعلم المعلم كما تعليم العام يعني  يخضر  المحاضر المحاضرة ويناقش مع الطلاب فيها.  رغم ذلك ليست واقعة بل عكسه. والحقيقة، أن نظام التدريس عبر الانترنيت في الجامعة لا مشكلة فيها، إذا كانت مستعدة بتطبيقات لتعليم وإلا فلا.

الكورونا من اعظم مصيبة لدى الوطن ليختبر الصبر ويأخذ العبرة ويبحث على نتيجة بكل مسئلة. يلاحظ هذه الواقعة، نرجوا أن اندونيسيا تستطيع ان تعامل تحديات المستقبل في اي ممكن يعني بتكنولوجيا لدي الوطن باعطاء نظام التربوي عبر الانترنيتالصالح.

Penulis adalah mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

 

Bahasa!!! Tidak sesimpel itu, Ferguso

Oleh:

Wihda Ikvina Anfaul Umat

Banyak dari kita menganggap bahwa bahasa merupakan satu hal yang berfungsi sebagai alat komunikasi saja. Ya, sangat tepat memang. Namun jika melakukan pengkajian lebih dalam perihal bahasa, akan banyak kejutan yang dapat kita temui.

Saya Wihda Ikvina, mahasiswa Bahasa Indonesia. Memulai kuliah semenjak pertengahan tahun 2018, memberikan saya satu kesadaran bahwa aspek bahasa adalah hal lekat yang jarang kita sadari penggunaanya. Menjadi mahasiswa prodi Bahasa Indonesia tidak menarik, tidak menantang, mempelajari bahasa sendiri bukan satu hal yang luar biasa. Sedekitnya begitu unek unek segelintir orang orang ketika mendengar jurusan Bahasa Indonesia. Bisa jadi mereka benar, sebab hanya melihat dari sudut pandang terjauh dan condong emosional. Nyatanya pandangan dan perpsektif lain pasti akan banyak bermunculan ketika hal tersebut diperluas, diperbesar, dan mengambil aspek sepositif mungkin.

Lewat tulisan ini saya tidak ingin memuja atau memuji dan memaparkan kebaikan apa yang ada dalam aspek kebahasaan sebagai satu hal yang saya pelajari. Lebih dari itu saya ingin berbagi, betapa ketika makna kita pahami dari hal terkecil dan terlekat dapat bermakna bagi kehidupan kita.

Saya ingin memulai dengan menceritakan bagaimana bahasa sebegitu lekatnya dengan kehidupan kita. Pernahkah secara tidak sengaja kita mendengar seorang pembali di tukang cetak foto bertanya,

“Bang, tiga kali empat berapa ?”

Tau tidak, jika dikaji dengan ilmu semantik, (ilmu tentang makna bahasa) ada tiga maksud yang dapat terpahami dalam ujaran tersebut. Yakni makna 1. Lokusi, sebuah makna murni berdasar apa yang diujarkan oleh penutur, dalam hal ini berarti makna lokusinya adalah berapa hasil dari tiga kali empat. Hal tersebut bisa juga dipahami sebagai makna apa adanya. 2. Perlokusi, makna sebagiamana yang dimaksud oleh penutur. Dalam kasus tersebut tentu si penutur tidak ingin menanyakan berapa hasil kali dari 3 x4, akan tetapi maksudnya adalah berapa harga cetak foo dengan ukuran 3×4.  3. Ilokusi,  yakni makna sebagaimana dipahami oleh mitra tutur, dalam hal ini berarti abang tua=kang foto. Apakah kemudian ia akan menangkap makna secara lokusi ataupun perlokusi.

Makna-makna diatas dapat kita pelajari dari ilmu semantik. Dalam kehidupan sehari hari bisa kita pahami sebagai makna ucapan. Nah, kalian tentu sering sekalli mendapati beberapa kata yang kadang tidak berujung denotasi, namun ketika menghubungkannya dengan makna konatasi, bisa jadi masih juga belum teridenifikasi makananya. Begitulah kemudian semantik muncul dengan pemaknaannya yang cukup banyak.

Selanjutnya pernahkah juga kalian berkunjung ke satu daerah yang sangat kental dengan bahasa daerahnya masing masing, kemudian kita menjumpai banyak orang. Ketika mengungkapkan satu istilah yang sama, mereka memiliki ciri khas yang berbeda. Misalkan ketika A dan B mengucapkan “Opo to? (apa sih?) “ Namun keduanya memiliki gaya khas dalam mengungkapkan. A dengan nada yang sangat lemah lembut dan kejawen. Sementara B sangat lugas dan keras. Hal tersebut dapat berbeda sebab adanya idiolek yakni ciri khas kebahasaan pada masing masing orang.

Lagi, di era digital saat ini banyak aplikasi berbasis media digital yang digunakan untuk berkomunikasi. Salah satu fitur yang mulai berkembang adalah STICKER. Pernahkan kita mengartikan sebuah stiker dua tangan berdiri dan saling melekat sebagai tanda untuk mewakali kata terimakasih, atau mematuhi sebuah perintah? Atau juga sebuah stiker dengan senyum melengkung kebawah merupakan ungkapan dari Aku marah padamu. Atau juga stiker jempol sebagai ungkapan kata bagus, luar biasa, dll. Hal hal tersebut adalah satu ranah dimana bahasa sudah sangat disruptif dan dipengaruhi oleh banyak hal, bahkan bisa cukup terwakili hanya dengan gambar ekpresif dengan ukuran yang relative kecil.

Satu lagi, pernah tidak kamu (utamanya perempuan) sedang duduk sambil menunggu dosen memasuki ruang kelas, setelah menjalin obrolan kecil dengan orang disampingmu, kamu melihat sebuah kotak pensil yang tiba tiba dikeluarkan temanmu. Kotak pensil mungil dengan bulu halus berbentuk kotak warna pink, simple nan cantik. Sontak kamu berkata “Uh, lucu sekali”. Tentu kamu bukan bermaksud bahwa kotak pensil itu sedang melawak, bahkan kotak pensil itu juga bukan makhluk hidup. Apa yang kamu maksud lucu adalah bahwa kotak pensil itu sangat bagus, dan sangat imut.

Perkara diatas dibahas dalam satu ilmu bahasa yakni Sosiolinguistik. Sebuah cabang ilmu linguistik yang mengaitkan ungkapan dengan kehidupan sosial masyarakat, dan juga perkembangan bahasa yang terjadi di masyarakat juga daerah daerah.

Dua contoh cabang ilmu yang saya paparkan barusan tentu masih belum mawakili bidang bahasa yang sangat luas cakupannya. Apa yang hendak saya utarakan disini adalah, ada satu hal yang banyak orang tidak sadari ketika melangsungkan komunikasi, mereka seakan acuh dengan bahasa dan mengangapnya tidak penting. Padahal ketika bahasa tidak digunakan secara tepat yang terjadi adalah satu masalah yang  berpotensi membawa dampak yang tidak disangka sangka, Bijak dalam berbahasa adalah upaya pelestarian mandiri serta wujud apresiasi atas bahasa itu sendiri. Sekian dan terimakasih.

Penulis merupakan mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Drama Ramadhan & Mualafnya Dunia Pertelevisian

Oleh;

Muhammad Miftahul Umam

Tak terasa, saat ini kita sudah kembali memasuki bulanRamadhan. Memang, bulan Ramadhan menjadi bulan yang sangat dinanti-nantikan, khususnya oleh umat muslim. Bukan hanya sekedar menjadi momentum dimana manusia berlomba-lomba untuk beribadah atau memperbanyak kebaikan, namun bulan Ramadhan juga memiliki daya tarik tersendiri, salah satunya dari sisi hiburan. Jagat hiburan memang seakan-akan menemukan momentum di kala Ramadhan datang. Artis-artis berjejalan menggunakan simbol-simbol keislaman yang seakan-akan mereka ingin menunjukkan bahwa mereka tak kalah islaminya dengan yang lain.

Bulan Ramadhan memang menjadi surganya hiburan. Dunia pertelevisian ramai berbondong-bondong menjadi muallaf. Sedari menjelang sahur hingga berbuka, dan dari berbuka hingga menjelang sahur kembali, ramai siaran televisi hadi rmenemani kita dengan segala program yang dibungkus atribut Islam. Bukan hanya acara kultum atau tausiyah semata, namun acara lain sepertia cara komedi, lawak, talk show dan lain sebagainya juga mendadak menjadi islami, lengkap dengan menghadirkan berbagai model ustadz dengan berbagai macam yel-yelnya. Berjejalnya program televisi merupakan bukti konkrit bahwa gairah Ramadhan disambut gegap gempita oleh jagat hiburan.

Namun, jika kita amati, acara-acara yang seolah-olah dibingkai dalam frame agama tersebut, sebetulnya berujung pada kapitalisasi agama semata. Menjadikan Ramadhan sebagai lumbung hiburan merupakan fenomena yang tidak pernah kita kaji secara serius. Kita hampir tidak pernah mempersoalkan gaya lawakan yang cenderung menjelek-jelekkan lawan main, menyinggung ras atau semisalnya. Komedi hari ini faktanya lebih berarti sebagai acara lawakan yang hampir seluruh isinya merupakan ejekan serta celaan antara satu dengan lawan mainnya. Apa saja yang tayang ujung-ujungnya adalah komedi yang miskin sekali dari nilai-nilai edukasi.

Yang lebih anehnya lagi, fenomena Ramadhan ini juga menginjeksi kalangan ustadz, yang dalam tatanan religius masyarakat dijadikan sebagai rujukan. Mereka dipuja, diminta fatwa untuk dijadikan solusi akan peliknya kehidupan. Anehnya, mereka selalu bisa menjawab segala jenis persoalan yang ditanyakan kepadanya, lengkap dengan berbagai dalil. Mereka seakan-akan menjadi pakar segala bidang. Dan ketika audiensnya belum bertanya, mungkin ia sudah bisa menjawabnya.

Watak industri memang mengerikan. Semua yang masuk pada pusaran industri harus tunduk dan patuh pada bahasa yang dimiliki. Dunia pertelevisian merupakan semacam warung kelontong. Untu ksekedar bertahan ia memerlukan sebuah modal, dan modal itu dari sponsor. Sponsor inilah yang menjadi energinya, sehingga semakin acara itu mampu menarik minat penonton, maka semakin berlomba-lomba pula para sponsor yang ingin mengajaknya bekerjasama. Akhirnya mereka berlomba-lomba sekreatif mungkin untuk menciptakan sebuah acara.

Para ustadz yang mungkin awalnya memiliki niat baik, lambat laun akhirnya masuk dalam pusaran tersebut. Mereka dituntut untuk bisa ini dan itu, di dandani seperti boneka dan harus bisa mengikuti setiap arahan dari kreatifnya. Dan yang paling penting adalah mampu memuaskan pendengar dengan mampu menjawab setiap persoalan yang diajukan kepadanya, tanpa berfikir disiplin ilmu yang dikuasasinya. Mirisnya mereka paham bahwa mereka sedang dijadikan objek eksploitasi kapitalisme media berbau religi.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Dampak Covid-19 Terhadap Pendidikan

Oleh:

Moh. Naelul Arzak

            Menyebarnya wabah virus corona atau yang lebih dikenal dengani stilah Covid-19 (Corona Virus dieases-19) yang menyebar dengan sangat cepat membuat berbagai aktivitas manusia menjadi terhambat, salah satu sebabnya adalah diberlakukannya kebijakan social distancing yang diharapkan seluruh lapisan masyarakat dari segala usia untuk menerapkan pembatasan interaksi sosial. Bukannya tidak ada alternatif lain, namun untuk saat ini metode ini paling efektif untuk menghambat pertumbuhan virus semakin meningkat. Disisi lain pemberlakuan kebijakan sosial distancing berakibat fatal pada roda kehidupan manusia, diantaranya adalah tersendatnya pertumbuhan ekonomi, baik untuk negara maupun seluruh lapisan masyarakat sangat terasa dampaknya. Dimana pemenuhan kebutuhan pokok manusia menjadi masalah yang tak dapat dihindari. Sebab berbagai sektor ekonomi terpaksa ditutup sementara sehingga masyarakat yang notabeya adalah seorang pegawai/ buruh harus menerima keputusan untuk meninggalkan pekerjaannya sementara.

Selain itu pendidikan turut terdampak dalam kebijakann yaini, yang mana seharusnya siswa/ mahasiswa melakukan kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah/ universitas dialihkan untuk melaksanakannya secara daring di rumah. Tentunya hal ini bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan secara keseluruhan meskipun sebenarnya siswa/ mahasiswa telah dibekali tentang metode daring ini. Lantas faktor-faktor yang menjadi penghambat berjalannya proses pembelajaran daring menurut penulis antara lain:

  1. Permasalahan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana menjadi suatu hal yang penting dalam proses pembelajaran secara daring, dimana tidak seluruh siswa/ mahasiswa memliki perangkat yang menunjang aktivitas pembelajaran secara daring. Salah satunya ialah perangkat komputer atau laptop tidak semua dimiliki oleh setiap siswa/ mahasiswa. Meskipun tidak terlalu menjadi kendala bagi mahasiswa sebab sebagian besar mahasiswa memilikinya namun jika dibandingkan dengan siswa yang masih duduk di bangku dasar atau lanjutan pertama hanya sebagian kecil dari mereka yang memiliki. Karena selama ini pun kebutuhan yang menunjang pembelajaran siswa ialah sarana prasarana yang disediakan sekolah bukan milik pribadi.

  1. Penguasaan teknologi

Ketersediaan teknologi tidak berarti apabila penguasaanya dalam mengelola teknologi tersebut masih rendah. Masalah ini biasanya terjadi pada guru/ pengajar senior yang notabenya lebih sering menggunakan metode manual daripada digital, dan terpaksa harus memulai belajar menggunakan metode digital. Namun dari rendahnya penguasaan teknologi ini menjadikan terbatasnya penyampaian materi kepada anak didiknya yang berakibat siswa/ mahasiswa cenderung bosan karena terbatasnya variasi pembelajaran, yang mana siswa/ mahasiswa dirumah tanpa didampingi secara langsung oleh guru/ dosen.

  1. Jaringan internet

Tidak bisa dipungkiri bahwa internet adalah unsur yang sangat penting, tanpa internet maka pembelajaran secara daring tidak dapat terlaksana. Kendala ketersediaan internet tersebut oleh para siswa/ mahasiswa, biasanya sebab letak tempat tinggal yang sulit mendapatkan akses internet yang baik, dalam hal ini sinyal internet menjadi kunci dapatkah siswa/ mahasiswa mengakses pembelajaran daring atau tidak. Selain itu untuk mendapatkan akses internet tidaklah murah, kuota yang dibeli perlu anggaran/ biaya yang menguras kantong siswa/ mahasiswa. Maka dari itu tidak heran apabila banyak mahasiswa/ wali murid menyampaikan keluhanya kepada instansi sekolah/ universitas terkait. Sebenarnya penanganan masalah jaringan internet ini sudah mulai dilakukan namun belum adanya pemerataan yang baik dan ada juga akses yang diberikan terbatas hanya pada situs yang diizinkan.

Selain beberapa kendala diatas, selanjutya yang perlu diperhatikan adalah keefektifan metode sistem daring yang mana faktor keberhasilan dari pembelajaran sistem daring adalah peran masing-masing pihak terkait. Sekolah sebagai pihak yang memfasilitasi antara pengajar dan yang diajar diharapkan mampu memberikan kinerja yang baik. Fasilitas tersebut bisa berupa aplikasi belajar daring yang dirancang sebaik mungkin agar efektivitas pembelajaran daring dapat tercapai. Kemudian guru, sebagai pembimbing serta sebagai pengajar yang diharapkan mampu memberikan variasi model pembelajaran yang menarik, tidak serta-merta hanya memberikan tugas yang membebani siswa/ mahasiswa tanpa pembimbimgan dan arahan yang baik dalam menyampaikan sebuah materi pembelajaran dan baiknya bila ada forum diskusi yang membahas tuntas tentang materi pembelajaran yang disampaikan. Kemudian siswa, keaktifan siswa/ mahasiswa juga menjadi kunci suksesnya sebuah pembelajaran daring, ditentukan dari seberapa besar kesadaran siswa/ mahasiswa dalam belajar secara mandiri, pemahaman, dan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Tidak bisa dipungkiri bahwa orang tua juga berperan besar dalam pendidikan anak-anaknya. Orang tua harus belajar mengawasi serta memastikan anak-anaknya agar senantiasa belajar, tidak lagi ada istilah bahwa yang bertanggungjawab atas pendidikan siswa/ mahasiswa hanyalah sekolah/ universitas, pola pikir seperti ini seharusnya diubah karena peran penting pendidikan tanggungjawab orang tua juga, apalagi dengan kondisi sekarang yang diharuskan belajar dari rumah. Selain pihak yang sifatnya umum dalam lingkungan akademik, pemerintah sebagai pusat penyelengara sistem pendidikan nasional sangat berperan penting, bagaimana pemerintah menyikapi wabah covid-19 dengan upaya pembelajaran daring dan segala metode-metode yang disesuaikan dengan keadaan melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat serta didukung dengan fasilitas-fasilitas yang menyokong lembaga pendidikan. Dimunginkan bahwa sistem pembelajaran daring akan berlanjut perihal negara-negara maju pun sudah sejak lama melaksanakan pembelajaran daring, dan di Indonesia sendiri juga sudah bukanlah hal yang asing sebab sudah dikenalkan sebelumnya di semua lembaga pendidikan dan tingkat kemelekan teknologi yang cenderung tinggi di era sekarang.

Besar harapan semua pihak dapat megoreksi kekurangan masing-masing dan berusaha untuk memperbaiki demi mencapai tujuan pendidikan nasional. Karena bagaimanapun pendidikan adalah sesuatu yang seharusnya fleksibel seperti apa yang disampaikan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan sekarang Nadiem Makarim, “Di era industri digital saat ini, ilmu pengetahuan memang penting. Namun ada hal yang lain yang jauh lebih penting, yakni kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Sayangnya hal tersebut kerap luput dari kurikulum pendidikan.”.Maka dari itu setiap pihak terkait diharapkan memberikan solusi yang terbaik dan tepat terutama dikondisi pandemi covid-19 yang sedang terjadi demi tujuan pendidikan nasional.

Penulis merupakan Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

 

Daftar Pustaka

Andhika Prasetyo. 2019. Sistem Pendidikan Harus Fleksibel di https://m.mediaindonesia.com/read/detail/274505-sistem-pendidikan-harus-fleksibel (di akses pada 26 April).

Kondisi Wilayah yang Berkebalikan Akibat Perubahan Iklim

Oleh :

Mohammad Rizal Ardiansyah

Iklim merupakan keadaan rata – rata cuaca yang berlangsung dalam waktu yang lama dan mencakup wilayah yang luas. Iklim dipengaruhi oleh letak lintang, tubuh perairan, pola aliran angin, morfologi dan vegetasi. Kajian mengenai iklim menjadi hal yang sering diperbincangkan pada masa – masa sekarang ini. Fenomena perubahan iklim masih menjadi masalah yang berkelanjutan meskipun terus dicari jalan keluarnya.

Perubahan iklim merupakan perubahan keadaan cuaca rata – rata atau perubahan distribusi cuaca rata – rata. Perubahan iklim dapat terjadi karena faktor alam dan juga faktor manusia. Namun pada masa sekarang ini, perubahan iklim lebih disebabkan oleh faktor manusia. Manusia menjadi subjek utama yang kegiatannya sangat berpengaruh terhadap iklim di bumi.

Disaat pandemi Covid – 19 seperti sekarang ini, aktivitas manusia menjadi terhambat. Sehingga menyebabkan tingkat polusi udara semakin berkurang. Hal tersebut berakibat pada stabilnya kondisi atmosfer yang salah satunya ditandai dengan semakin menipisnya lapisan ozon. Ketika kondisi atmosfer stabil, perubahan iklim tidak berhenti begitu saja. Perubahan iklim akan tetap terjadi seiring dengan kemampuan bumi yang berusaha mencapai keseimbangan.

Bumi akan terus berubah menyesuaikan kondisi yang ada. Perubahan pada permukaan bumi memberikan efek yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Manusia harus senantiasa dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim agar dapat tatap bertahan hidup di bumi.

Ada hal menarik terkait dengan perubahan iklim yang terjadi di permukaan bumi. Perubahan iklim menyebabkan dearah hijau menjadi kering dan daerah kering menjadi hijau. Kondisi yang berkebalikan tersebut menjadi hal aneh yang kini terjadi. Adaptasi dari manusia diperlukan agar manusia dapat tetap hidup di permukaan bumi.

Melihat fenomena tersebut, bukan tidak mungkin di masa depan daerah yang sekarang adalah hutan akan menjadi daerah gurun yang tandus dan kering. Dan bukan bukan tidak mungkin juga daerah yang sekarang adalah gurun yang kering, pada masa depan akan menjadi hutan yang sejuk.

Permasalahan perubahan iklim harus segera ditangani agar prosesnya tidak berlangsung dengan cepat. Jika proses perubahan iklim berlangsung dengan cepat, maka kemampuan manusia untuk beradaptasi tidak akan dapat mengikuti perubahan yang terjadi. Sehingga manusia tidak dapat lagi hidup di permukaan bumi.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

UPAYA MASYARAKAT DALAM MENGATASI COVID-19

Oleh

Muhammad Nurul Huda

Saa tini Indonesia sedang dilanda musibah yang begitu , yaitu COVID-19, dimana penyakit serupa SARS yang menyerang area pernafasan dan beresiko dengan kematian. Penyakit ini sendiri berasal dari Wuhan salah satu kota di China dengan perjualan makanan, yang bisa di bilang semua ada disana. Virus ini sendiri kita ketahui berasal dari kelelawar liar yang di santap oleh masyarakat disana, lalu terjadilah sporadis yang berujung menjadi pademi yang saat ini terjadi sampai Indonesia.

Virus COVID-19 sendiri mulai muncul pada bulan November dan merebak luas pada bulan Januari hingga negara-negara lain terkena virus ini. Dimana pada bulan Januari-Februari virus ini sudah menyebar di Asia Tenggara kecuali Indonesia, sehingga negara ini bisa santai bahkan memberikan promo paket wisatanya agar para turis asing datang untuk berwisata di Indonesia untuk menaikkan devisa yang turut akibat pademi ini, selain itu juga banyak yang berkelakar tentang virus ini terutama di kalangan pejabat.

Pada awal Maret pun Indonesia di gegerkan adanya pasien COVID-19 dua orang asal Jabodetabek dan mereka pun mendapatkan stigma sosial terutama dari kalangan media yang turut meng-kepokan pasien tersebut. Selain itu pasien tersebut diduga menjadi patient zero dari virus ini sendiri, padahal sejatinya mereka bukan patient zero karena pada bulan sebelumya belum ada WNI yang terbukti terkena virus ini, nyatanya negara-negara tetangga sudah banyak masyarakatnya yang postif. Karena pasti ada orang Indonesia yang datang dari China terutama Wuhan yang sudah terpapar oleh virus ini dan juga masyarakat lokal yang terpapar juga oleh WNA dari negara yang terkena COVID-19 ini. Hal ini yang menyebabkan angka kematian di Indonesia tergolong tinggi dari negara tetangga, padahal Indonesia tergolong baru terkena pada bulan Maret, sebab sebelumya banyak yang sudah terkena penyakit ini atau terpapar.

Indonesia tergolong lamban dalam menangani kasus ini karena terbukti dengan tingginya angka kematian yang mencapai 8% dari penderita penyakit ini sendiri. Hal ini juga disusul dengan tingginya angka kasus pasien yang positif yang menyebabkan kenaikan kasus per harinya. Pemerintah juga belum melakukan tindakan preventif dengan melaukan lockdown atau melakukan rapid test secara besar-besaran seperti Korea Selatan yang melakuakn tes sebanyak 20 ribu perharinya sehingga mereka tidak usah melakuakan lockdown karena mereka dapat mengendalikan wabah tersebut. Selain itu juga angka rasio pada test tersebut adalah 1-2% dari tes yang mereka lakukan yang terkena penyakit tersebut. Berbeda dengan Indonesia yang rasio kasusnya mencapai 20% yang positif dari tes yang dilakukan dan juga secara tidak langsung akan menaikkan angka kematian.

Indonesia sendiri di prediksi akan terkena wabah ini sekita 60-70% dari penduduk, yang artinya 1,6 juta -7,5 juta akan akan meninggal dunia, tetapi ini adalah kemungkinan terburuk yang tidak secara pasti akan terjadi. Kejadian ini akan terjadi jika Indonesia gagal mengatasi wabah ini denggan baik dan benar. Sehingga peran Pemerintah saat ini sangat penting karena selain mengontrol wabah ini juga mengontrol ekonomi Inonesia agar stabil nanti. Ketika negara lain menggunkan GDP-nya untuk mengatasi wabah ini, sampai-sampai 10% dari total GDP. Indonesia juga belum mengumumkan dananya yang dikeluarkan untuk mengatasi wabah ini, dana ini di gunakan untuk pembelian APD bagi orang-orang terutama dokter yang turut ikut mengatasi penyakit ini, pembelian alat tes, dan penggunan BLT selain itu dana ini juga di gunakan untuk membengun perekonomian Indonesia agar tidak turun selalu.

Lambatnya peran pemerintah juga di sampingkan dengan banyak pelanggar yang tidak menaati peraturan seperti banyaknya yang masih mengadakan kegiatan yang melibatkan banyak orang seperti “Nikahan” dan juga yang saya ketahui banyaknya pelanggar lalu lintas karena sepinya jalanan umum dan bebas dari polisi tentunya. Dalam hal ini pemerintah di harapkan mampu dalam mengatasi persoalan-persoalan dengan baik.

Upaya pemerintah sendiri dalam menangani kasus ini kedepanya agar melakukan lockdown minimal sepulau Jawa karena daerah ini banyak yang terkena dan juga membatasi akses WNA yang keluar masuk Indonesia. Selain itu juga dengan melakukan Rapid test masal akan dapat berdampak mudahnya mengkontrol pasien yang terkena virus. Sembari menunggu arahan pemerintah para masyarakat juga ada yang sudah melakukan lockdown sendiri karena kekhawatiran terhadap virus itu sendiri.

Salah satunya yang melakuakan lockdown mandiri yaitu berasal dari salah satu desa di Purbalinga, di karenakan salah satu warganya sudah ada yang terkena positif virus ini. Selain itu juga pemerintah desanya di bantu denggan pemerintah Kabupaten turut membantu local lockdown itu dengan memberikan BLT berupa sembako senilai 50 ribu per kepala keluarga. Hal ini turut membantu masyarakatnya agar tidak keluar rumah di samping memutus ranatai penyebaran COVID-19.

Berbeda dengan pandangan penulis terhadap masyarakat di sekitar penulis tinggal, mungkin karena belum zona merah dan juga belum ada yang terkena positif penyakit ini, sehingga banyak masyarakat yang masih keluyuran. Berbeda pula dengan kota- kota yang terdamapak pada zona merah, yang menjadi sepi di jalan-jalan utama di karenakan masyarakatnya sudah mulai takut terhadap wabah ini. Pemerintah berharap agar para masyarakatnya dapat berdiam diri di rumah, melakuakan segala aktivitasnya dari rumah atau work from home unutuk memutus rantai penyebaran mata rantai pademi ini.

Masih banyaknya aktivitas kumpul-kumpul maupun keluar rumah untuk aktivitas tidak penting, turut menyebabkan bermigrasinya virus dari orang ke orang lainya. Selain ada masyarakat yang “bandel” juga ada masyarat yang nurut terhadap intruksi pemerintah dengan tidak melakukan aktivitas yang melibatkan banyak orang atau keluyuran gak jelas. Selain itu juga anjuran pemerintah turut di lakukan seperti dalam hal keagamaanya itu tidak mengadakan “khajatan” ataupun syukuran dengan banyak orang. Dan juga saat ini masjid/mushola sudah tidak menyediakan karpet atau sajadah karena akan menjadi tempat bersemayam virus ini nantinya.

Peran kita sebagai orang yang melek informasi atau sebagai civitas akedemisi adalah ikut dan turut melakukan upaya pencegahan penyebaran virus ini seperti mengingatkan unutuk menjaga kebersihan, mengingatkan tetangga yang cenderung “bandel” dan yang terpenting adalah dengan mengingatkan diri sendiri untuk melakukan itu semua demi memutus rantai penyebaran virus ini serta ikut mendukung upaya pemerintah dalam menangani kasus ini.

Penulis adalah mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Santri Al-Muhtada Goes To Klaten & Jogja

Rihlah Bulan Februari Perjalanan Indah Peningkat Ukhuwah

 

 

 

 

 

Rihlah telah menjadi suatu acara tersendiri bagi para santri Pesantren Riset Al-Muhtada sebagai tali untuk meningkatkan keakraban. Rihlah pesantren ini merupakan suatu kegiatan perjalanan yang menjadi acara tahunan sebagai sarana pengurang kejenuhan dan kepenatan dalam memenuhi tugas dan tanggung jawab kegiatan dalam pondok. Pada tahun ini yakni tahun 2020, rihlah diadakan pada tanggal 22-02-2020. Sebuah angka cantik di bulan februari. Acara rihlah ini diikuti oleh 26 santri dan mas Ayon Diniyanto yang merupakan mentor pesantren beserta temannya.

Berdoa sebelum perjalanan menjadi hal awal untuk memohon keselamatan kepada Allah. Hingga akhirnya perjalanan pun dimulai. Rihlah kali ini diawali dengan perjalanan menuju makam Sunan Pandanaran untuk berziarah. Makam ini merupakan salah satu tempat wisata religi yang cukup terkenal di kalangan peziarah yang terdapat di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di  Desa Paseban, Kecamatan Bayat. Kompleks Makam Sunan Pandanaran berlokasi di sebuah bukit dengan makam umum di bagian dasar hingga anak tangga, beserta pasarnya di pinggiran anak tangga tersebut dan kompleks makam utama yang berada di puncak bukit.

Arsitektur kuno yang indah dan keramahan penduduk lokalnya turut menambah kebahagiaan para santri ketika berziarah di tempat bersejarah ini. Hati semakin bahagia ketika para santri sudah mencapai puncak lokasi yang dijadikan tempat ziarah. Tidak hanya arsitektur yang indah, pemandangan hijau yang terlihat dari atas puncak pun turut memanjakan mata. Subhanallah, indah sekali ciptaan-Mu tak pernah berhenti rasanya diri ini untuk mengagungkan Engkau Ya Rabb…. Setelah selesai berziarah, kami menuruni anak tangga dan melanjutkan perjalanan ke lokasi rihlah yang kedua

Benar sekali, tujuan rihlah selanjutnya adalah pantai Indrayanti yang merupakan salah satu pantai indah di Gunung Kidul, Daerah Istimewah Yogyakarta. Pantai ini menjadi pantai kenangan tersendiri bagi para santri karena disinilah segala kepenatan dan kejenuhan itu tersingkirkan sejenak. Menghirup udara segar, memanjat tebing di bibir pantai, bermain air, dan berlarian di sepanjang bibir pantai sungguh sangat menyenangkan. Hmmm, Pantai ini telah menjadi saksi senyuman indah dari para santri.

Perjalanan terakhir adalah malioboro yang merupakan salah satu nama kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Jalan ini merupakan salah satu pusat perbelanjaan terkenal di jogja karena begitu banyak tempat perbelanjaan di sepanjang jalan tersebut. Hanya sebentar kami disini karena hari telah malam. Kami sampai pukul 20.30. WIB dan pulang dari malioboro pukul 22:00  sehingga kami hanya memiliki waktu 1,5 jam untuk menikmati Indahnya hiruk pikuk yang terjadi di sepanjang jalan Malioboro. selanjutnya, para santri pun menuju ke pesantren untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya kembali.

Banyak kenangan dan pelajaran berharga selama perjalanan rihlah berlangsung. Uang memang telah habis untuk memenuhi kebutuhan selama rihlah, namun kenangan indah yang telah tergores selama 20 jam ini tidak akan pernah pudar dalam ingatan. Waktu bersama-sama memang selalu memberikan arti tersendiri bagi pemeran utama di dalamnya. Sampai jumpa di rihlah tahun depan para mahasantri pesantren riset al-muhtada.

 

Reportase        : Khoirul Mumtahanah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada

Editor              : Nurjaya Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada

Bergerak Lebih Maju, Pesantren Riset Al-Muhtada Gelar Seminar Proposal

Dunia penelitian sepertinya sudah menjadi kawan akrab bagi Pesantren Riset Al-Muhtada. Seperti namanya, Pesantren Riset Al-Muhtada memiliki pergerakan selangkah lebih depan dengan program-program unggulannya. Salah satunya yaitu program riset atau penelitian yang diwajibkan untuk para santrinya.

Salah satu kegiatan yang digunakan untuk menunjang program riset tersebut adalah penyelenggaraan seminar proposal. Dengan mengangkat tema “Islam dan Kebudayaan” para santri harus membuat proposal tentang permasalahan seputar keislaman dan kebudayaan yang ada di lingkungan sekitar. Banyak judul yang diangkat dalam proposal yang dibuat oleh para santri, dengan berbagai objek dan lokasi penelitian.  Mulai dari Siswa,  Sekolah, hingga Tradisi masyarakat lokal yang ada di Jawa Tengah

Seminar Proposal diadakan pada Jumat, 3 Januari 2020. Dihadari oleh Pengasuh Pesantren Riset Al-Muhtada, Ust. Dani Muhtada  dan mentor Ayon Dinianto, para santri unjuk kebolehan proposal penelitian masing masing. Kegiatan tersebut berlangsung selama kurang lebih tujuh jam dengan 11 paparan kelompok. Ust. Dani Muhtada tidak hanya memberikan komentar terhadap proposal yang digagas oleh para santri. Namun, juga memberikan masukan konstruktif untuk menyunting serta merivisi bagian-bagian proposal yang masih kurang tepat. Selanjutnya proposal penelitian ini akan digunakan untuk acuan dalam melakukan penelitian lapangan. Kedepan program seminar proposal seperti yang diselenggan dapat menjadi satu bekal bagi para santri dalam menyusun tugas akhir kuliah Skripsi dan penyusunan karya karya ilmiah lain.

Reportase : Wihda Anfaul Umat Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada

Editor    : Nurjaya Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada

Lampu Kota

Oleh: Indra Dwi Jayanti

Kau telah menghiasi malamku
Meredakan perasaanku yang pilu
Menggetarkan kembali hati yang membisu
Segala kerisauanku seakan pudar
Menghilang bersama cahayamu yang berbinar

Saat malam semakin sunyi
Semakin dalam jiwa ini meresapi
Bersama teman malamku yang sejati
Secangkir kopi di tangan kiri
Hitam pekat namun banyak arti

Bagiku
Kau dan kopi itu beda tapi serasa
Sama-sama memberikan kejutan
Hingga lukaku yang sesak
Seketika hambar ditelan syahdunya malam
Melayang mengikuti geraknya awan

Itulah sebabnya
Aku kerap bosan dengan pengapnya kamar
Dengan segala isinya yang membosankan
Aku ingin keluar
Bernafas bebas
Duduk tak beralas
Sambil menatap cahayamu yang melintas

Hari ini
Mungkin akan menjadi puncak
Kerinduanku memandang cahayamu
Meluapkan gejolak rasa ingin bertemu
Merasakan hangatnya peluk
Darimu malaikatku
Ibu

Penulis adalah Santri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Ilmu Keoahragaan Universitas Negeri Semarang

Ibu

Oleh Muhammad Nurul Huda

Ibu
Seorang wanita tua nan renta
Berjalan menyusuri jalan
Menuju keramaian

Tanpa lelah engkau berjualan
Keringat, lelah yang kau rasakan akan tergantikan
Ketika engkau melihat anak anakmu tertawa sana sini
Dengan secuil nasi yang kau beli

Berusaha bertahan hidup dengan kesabaranmu yang tiada henti
Segala masalah dan cobaan silih berganti
Tetapi semua dapat kau arungi

Doa doa yang engkau panjatkan saat ini
Solat malam serta zikir yang teriringi
Semua demi anak anakmu ini
Yang selalu engkau sayangi

Penulis adalah Santri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang